Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Sudah 209 Kali Donor Darah, Djiko Akui Masih Trauma Jarum Suntik Gara-Gara Pernah Lumpuh 2 Minggu

Djiko warga Jalan Kapas Utara III Perumahan Genuk Indah, Kota Semarang, tercatat per 19 Februari 2020 telah mendonorkan darahnya ke 209 kali.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: Daniel Ari Purnomo
Istimewa
Djunaidi Prawiro (58) atau sapaan akrabnya Djiko pendonor darah ke 209 saat mendonorkan darahnya di UDD PMI Kota Semarang. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Djunaidi Prawiro (58) atau sapaan akrabnya Djiko warga Jalan Kapas Utara III Perumahan Genuk Indah, Kota Semarang, tercatat per 19 Februari 2020 telah mendonorkan darahnya ke 209 kali.

Kendati sudah ratusan kali mendonorkan darah, ternyata Djiko masih memiliki rasa takut terhadap jarum suntik.

Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Viral Misyanto Penjual Es Meninggal di Atas Motornya, Tidak Ambruk

Penghulu Ini Shock Berat Setelah Ijab Kabul Pengantin, Ternyata Pengantin Laki-laki adalah Wanita

Bayi Kembarnya Dihargai 1 Miliar di Akun Jual Beli Bayi, Syahnaz Shadiqah: Gila, Maksudnya Apa?

Kronologi Kecelakaan Honda Brio vs Pemotor hingga Tewaskan Aji Santoso di Sukoharjo

"Saya orang yang takut dengan jarum suntik, sampai sekarang pun saya masih takut."

"Namun rasa kemanusiaan ingin menolong sesama lewat darah akhirnya membuat ketakutan itu berkurang," ujarnya, Kamis (5/3/2020).

Menyiasati rasa takut, lanjut Djiko, biasanya ketika berdonor saat petugas donor akan menancapkan jarum suntik ke tangan maka dia akan mengalihkan pandangan ke arah lain.

Dia mengaku memang tidak mudah melakukan hal itu namun jika sudah terbiasa maka bisa melakukannya.

"Saya takut jarum sampai saat ini karena trauma saat kelas 3 atau 4 SD pernah jatuh sakit lalu di suntik oleh dokter, kemudian saya mengalami lumpuh selama 2 minggu tidak bisa gerak dan tidak bisa jalan,” terang pria berkaca mata ini.

Namun rasa takut dan trauma tidak menjadi penghalang bagi ayah empat ini untuk berdonor darah hingga sekarang.

Djiko menuturkan sudah mulai mendonorkan darahnya sejak tahun sekira 1975. Waktu itu dia tinggal di panti asuhan bersama kakaknya di Kota Madiun Jawa Timur.

Dari kakaknya itulah yang pertama kali mengajaknya berdonor.

Pertama kali donor pada usia 14 tahun, secara umur tidak sesuai namun terpaksa diperbolehkan oleh dokter pada waktu itu untuk donor darah lantaran mencari pendonor saat itu sangat susah.

"Pendonor dahulu di sana masih kurang, saya lalu diajukan oleh kakak saya, melihat syarat-syarat keliatannya tidak bisa, karena minimal usia 17 tahun."

"Waktu itu saya belum paham, dan semua syarat-syarat sebenarnya sudah memenuhi tetapi hanya kendala di umur saja."

"Namun karena dulu tubuh saya gemuk mungkin itu alasan saya diperbolehkan," terangnya.

Selepas itu, Djiko akhirnya mulai rutin donor darah, bahkan setiap kakaknya berdonor maka dia selalu diajak.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved