Berita Regional
Warga Ketar-ketir Pagar Penangkaran 32 Buaya Sudah Rapuh, Kalau Jebol Bisa Kabur ke Pemukiman
Penampakan rumah warga di Kalimantan Timur menjadi perbincangan. Bagaimana tidak, rumah warga itu berada di dekat kandang buaya.
TRIBUNJATENG.COM - Warga Ketar-ketir Pagar Penangkaran 32 Buaya Sudah Lapuk, Kalau Jebol Bisa Lari ke Pemukiman
Penampakan rumah warga di Kalimantan Timur menjadi perbincangan.
Bagaimana tidak, rumah warga itu berada di dekat kandang buaya.
• Resmi Diumumkan, Mulai April Karyawan Bergaji hingga Rp 16 Juta Per Bulan Bebas Pajak Penghasilan
• Lapan RI Keluarkan Peringatan Adanya Asteroid Dekati Bumi, Ini Waktunya
• Kamar Tidur Rasanya Berputar dan Saya Sulit Bernafas, Cerita Mantan Pasien Positif Corona
• Pengasuh Pondok Pesantren di Kab Semarang Nikahi Anak 7 Tahun, Si Anak Tetap Tinggal dengan Orangtua
Bukan tanpa alasan, warga bernama Muhammad Irsani itu memang memelihara 32 ekor buaya.
Warga Kelurahan Sambaliung, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur memelihara buaya di belakang rumahnya.
Dinding Kandang Rapuh, Warga Ketakutan
Saat pertama kali memelihara reptil itu pada 1998, Irsani membuat kandang berukuran 20x30 meter yang dipagari kayu ulin berlapis seng bekas.
Dilansir dari Kompas.com, kini pagar itu mulai rapuh dan membuat warga sekitar khawatir.
"Warga takut suatu ketika pagarnya bocor karena lapuk, buaya-buaya itu bisa keluar,” ungkap Ansari, Ketua RT 03 Kelurahan Sambaliung, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (11/3/2020).
Anshari mengatakan, lokasi penangkaran berada di kawasan padat permukiman.
Selain itu, dekat kandang buaya jadi lokasi anak-anak bermain.
Warga takut keberadaan buaya bakal memakan korban.
Namun sejauh ini kasus demikian belum terjadi.
Bau Menyengat
Selain bahaya keselamatan, warga juga mengeluh bau kandang buaya yang menyengat saat hujan.
“Banyak ayam-ayam milik warga yang masuk kandang itu langsung dimakan buaya. Kami khawatir anak-anak main terus lompat pagar," terang Ansari.
Semakin banyak warga yang khawatir membuat Ansari berdiskusi dengan pemilik penangkaran buaya itu dan meminta agar dipindah.
Saat itu pemilik menyetujui usulan tersebut.
Mereka kemudian meminta bantuan dari Pemerintah Kabupaten Berau untuk pemindahan hewan melata itu dari Kelurahan Sambaliung.
Pemilik puluhan buaya itu diberi kompensasi oleh pemerintah daerah sebanyak Rp 350 juta untuk biaya pemindahan.
“Uang itu nanti digalang oleh Pemda Berau dari perusahaan-perusahaan swasta yang beroperasi di Berau,” kata Ansari.
Sekali makan Rp 500.000
Setiap kali memberi makan buaya, kata Ansari, pemilik bisa mengeluarkan biaya sekitar Rp 500.000 untuk membeli puluhan ekor daging ayam.
“Biasanya dua hari sekali makan. Pak Irsani sudah langganan sama orang yang antar makanan buaya,” ungkap Ansari.
Sang pemilik penangkaran itu sebenarnya mengaku sudah tidak sanggup lagi mengurus buaya-buayanya dan berharap pemerintah mengambil alih. “Jadi sejalan saja. Pemilik juga menginginkan agar buaya tersebut dipindah,” terang Ansari.
Awalnya, pemilik menginginkan agar buaya tersebut dilepasliarkan.
Namun pertimbangan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah I Berau perlu ada kajian khusus mengenai lokasi pelepasliaran, kesehatan satwa dan keamanan warga.
“Jadi untuk sementara kami titipkan dulu di penangkaran buaya Balikpapan. Rencana Minggu ketiga Maret kami evakuasi,” ungkap Kasi Konservasi Wilayah I, BKSDA Kaltim wilayah Berau, Dheny Mardiono saat dihubungi Kompas.com.
Dheny mengatakan saat ini sedang mempersiapkan kandang untuk proses evakuasi 32 ekor buaya tersebut.
(Kompas.com/Kontributor Samarinda, Zakarias Demon Daton)
• Tak Tahu Harga Velg Mobil BMW Jutaan Rupiah, Pencuri Asal Solo Jual ke Loak Rp 400 Ribu : Buat Judi
• Perwira TNI AD Ngamar dengan 3 Pria Berbeda di Hotel Diadili, Diduga Disorientasi Seksual
• Siswa SMK Jambret HP Dihajar Massa, FS Salah Pilih Jalan Kabur, Tertangkap Gara-gara Ada Hajatan
• Guru Mesum Nicolas Cabuli 8 Anak Tetangga, Berdalih Main Dokter-dokteran, Alasan Kasihan Tak Terurus