Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Virus Corona Jateng

Kala UMKM Banting Setir Buat Produk Terkait Penanganan Corona, Heno Kebanjiran Order Masker Batik

Sektor ekonomi terdampak pandemi Covid-19, baik mikro maupun makro. Tak hanya di Jateng tapi di Indonesia

Freepik
ilustrasi Masker dokter 

Terpisah, Dewi Oktavia (25) melihat kebutuhan pasar akan hand sanitizer sangat tinggi, dia pun segera terjun bikin produk itu.

Dewi membuat hand sanitizer sendiri menggunakan bahan-bahan yang sesuai standart WHO. Ia pun kemudian memesan bahan untuk membuat hand sanitizer secara daring.

"Jujur karena saking banyaknya orang buat hand sanitizer, bahan bakunya pun juga susah. Termasuk botol kemasannya. Kalau ada kadang harus menunggu agak lama," tuturnya.

Wanita yang juga apoteker ini sudah tidak perlu lagi membaca resep membuat hand sanitizer sendiri. Karena semua sudah ia pelajari saat masih duduk di bangku perkuliahan. Maka tak heran banyak masyarakat yang percaya dengan kualitas produk hand sanitizer yang dibuat Dewi.

"Alhamdulillah banyak yang pesan ke saya. Mungkin karena saya apoteker jadi tahu bagaimana membuat hand sanitizer yang sesuai standar WHO.

Pesanan selain dari masyarakat sekitar, dari perkantoran juga ada. Bahkan sampai luar kota. Saya jualnya per 100 ml," imbuh Dewi.

Satu kemasan isi 100 ml, Dewi hanya menjualnya seharga Rp 30 ribu. Karena ia tak ingin masyarakat jadi terbebani dengan harga hand sanitizer yang sangat mahal. Ia tak ada niatan untuk menjadikan ini sebagai usaha tetap.

"Tapi lihat saja nanti permintaan pasar bagaimana. Kalau setelah pandemi corona masih banyak, mungkin bisa juga dijadikan usaha tetap," pungkas warga Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes ini.

Harus Sesuai Standar WHO

Sekretaris organisasi Rumah UMKM Jawa tengah, Lenny Ratih Augustin, menceritakan banyak UMKM yang akhirnya beralih membuat produk yang diminati pasar. Misalnya, hand sanitizer, masker, alat pelindung diri, dan obat-obatan herbal.

Pihaknya sejauh ini mendukung apa yang sudah dilakukan anggotanya, karena melihat dari kondisi dunia usaha kecil yang kian terpuruk.

"Kami mendukung apa yang sudah dilakukan anggota. Namun perlu diingat jangan menjual dengan harga yang tidak wajar. Selain untuk menambah pemasukan, apa yang sudah dilakukan juga harus didasari pada rasa kemanusiaan untuk saling membantu," kata Lenny Ratih.

Produk-produk yang dihasilkan juga harus bisa sesuai dengan standar organisasi kesehatan dunia atau WHO. Sehingga, masker, hand sanitizer, maupun APD bisa digunakan secara maksimal tanpa mengurangi manfaatnya.

"Harus diperhatikan bahan bakunya, proses pembuatannya harus bagaimana. Jangan sampai merugikan pemakainya," imbuh dia.

Namun untuk pelaku UMKM yang masih tetap bertahan dengan produksinya, Lenny menyarankan beberapa hal supaya tidak gulung tikar hanya gara-gara pandemi corona. Di antaranya memanfaatkan media sosial untuk memasarkan produk mereka.

"Berikutnya perhatikan cashflow supaya tetap terjaga dengan sehat dan baik. Ketiga, rencanakan ulang pendapatan dan pangkas anggaran biaya yang tidak perlu.

Melihat kembali rencana anggaran biaya menjadi hal yang krusial. Pelaku usaha harus dapat memilah pos anggaran mana yang menjadi skala prioritas dan melakukan penyesuaian budget dengan kondisi saat ini," pungkasnya. (tim)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved