Wabah Virus Corona
Dampak Wabah Corona: 3500 Sopir Terancam Tak Berpenghasilan, Nasib Angkutan Umum Konven Terabaikan
Data dari Organda Kota Semarang, terdapat 955 awak kendaraan angkutan umum yang terdampak Covid-19.
"Karena situasi seperti ini banyak pengemudi angkot tidak narik lagi, terutama yang tidak punya armada sendiri. Mau bagaimana lagi, boro-boro setoran, penghasilan untuk dibawa pulang saja sangat minim," jelasnya.
Di tengah percakapan, satu angkot ikut memarkirkan armadanya tepat di depan kendaraan Rudianto.
Usai terparkir, pengemudi berpawakan sedikit gempal menghampiri Rudianto.
Keduanya berbincang tentang kondisi perekonomian angkutan umum yang kian terpuruk.
"Sama sekali tidak ada yang naik dari Pasar Kambing ke Banyumanik. Mau makan apa kalau seperti ini," keluh Setiawan kepada Rudianto.
Sembari menyandarkan lengannya di pintu kendaraan Setiawan mengaku kesal mendengar banyaknya pengemudi angkutan berbasis aplikasi diberi perhatian oleh pemerintah.
"Enak sekali driver angkutan aplikasi diperhatikan dianggap pahlawan lagi, sedangkan kami dibiarkan. Rasanya pemerintah tidak ada perhatian sama sekali dengan kami," ucapnya.
Terkait setoran yang harus dibayar ke pemilik angkot, Setiawan menambahkan, pemilik angkot memaklumi sedikitnya setoran karena wabah virus corona.
"Ya tak tentu, kalau ada sisa saya setorkan ke pemilik angkot kalau tidak ada ya terpaksa bilang jujur karena keadaan. Wong beberapa pekan ini saja setiap harinya tak lebih dari Rp 50 ribu, belum dipotong bahan bakar," tambahnya.
Perlu Program Recovery
Sementara itu, Pakar transpotasi dari Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, menilai pemerintah harus menyiapkan program recovery untuk mengurangi dampak Covid-19 bagi bisnis transportasi umum.
Program pemulihan dan bantuan sangat ditunggu untuk mengurangi dampak keterpurukan bisnis transpotasi di tengah wabah Covid-19. Karena kesejahteraan awak yang ada di dalamnya juga terancam memburuk jika tak cepat ditangani.
"Melihat kenyataan di lapangan, pemerintah terlalu berpihak dan memikirkan kelanggengan bisnis transportasi online," ungkapnya.
Tak bisa dipungkiri mitra angkutan daring menjadi beban negara dan masyarakat, bahkan kini sudah menjadi mitra negara.
Pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat miskin, dan kemudahan di tangah pendemi Covid-19, di mana driver angkutan online masuk golongan di dalamnya.
"Harusnya pemerintah juga memikirkan pengusaha transportasi umum, yang kini dipusingkan dengan nasib pekerjanya karena imbas Covid-19," jelasnya.