Virus Corona Jateng
UPDATE: Jenazah Perawat RSUP Dr Kariadi Semarang Meninggal Karena Corona Batal Dimakamkan di Ungaran
Perawat RSUP Dr Kariadi Kota Semarang positif corona yang meninggal dunia, Kamis (9/4/2020) tak jadi dimakamkan di Ungaran Timur Kabupaten Semarang.
Penulis: akbar hari mukti | Editor: Daniel Ari Purnomo
Pemakaman terhadap pasien meninggal akibat Covid-19 di Sidoarjo, Jawa Timur, sempat terkendala.
Sebab, para penggali kubur menolak untuk melakukan pemakaman karena takut tertular virus corona.
Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin membenarkan kejadian tersebut.
Akibat kondisi itu, bahkan ia sempat mengunjungi rumah para penggali kubur untuk menyakinkannya.
"Tanah sudah digali, tapi setelah itu ditinggal karena takut. Saya sampai kejar ke rumahnya. Saya yakinkan dan saya beri alat pelindung diri," terangnya saat dikonfirmasi, Kamis (26/3/2020).
Tidak hanya penggali kubur, menurutnya sopir ambulans juga menolak saat diminta mengantar jenazah ke area pemakaman.
"Karena halangan-halangan itulah, jenazah waktu pemakaman jenazah akhirnya molor. Padahal jenazah harusnya dimakamkan tidak lebih dari empat jam setelah dinyatakan meninggal," ujarnya.
Mari Jaga Perasaan Keluarga
Aksi penolakan pemakaman terhadap jenazah yang dinyatakan positif virus corona atau Covid-19 mulai terjadi di beberapa wilayah.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meminta masyarakat tidak melakukan hal serupa demi menghargai perasaan keluarga.
Ia merasa miris dengan beberapa berita penolakan pemakaman jenazah korban corona.
"Tolong, tolong betul saya meminta.
Jangan ada lagi penolakan terhadap jenazah yang dinyatakan positif corona.
Mari kita jaga perasaan keluarganya," kata Ganjar dalam keterangan tertulis kepada Tribunjateng.com, Rabu (1/4/2020).
Banyaknya asumsi terkait penularan yang berkembang di masyarakat diduga menjadi satu faktor pemicu penolakan.
Gubernur sudah bertanya ke sejumlah pakar kesehatan terkait hal ini.
Dirinya menegaskan bahwa jenazah positif Covid-19 yang sudah meninggal dan prosedur pemakaman yang baik sudah dilakukan, itu tidak akan menimbulkan penularan.
"Kalau sudah dilakukan sesuai prosedur, jenazah sudah dibungkus dan dikubur, itu tidak apa-apa.
Virusnya ikut mati di sana.
Yang penting jangan ikut melayat," tandasnya.
Penolakan dan stigma terhadap jenazah, kata dia, pastinya akan menyakitkan keluarga korban.
Penolakan dari masyarakat justru akan semakin membuat keluarga terpukul.
Mereka yang kehilangan orang tercinta, tidak boleh mendekat, tidak boleh melihat wajahnya pasti sudah sangat menderita.
"Jagalah perasaan mereka, kita harus merasakan sakitnya seperti apa mereka saat ini.
Mereka sudah sangat sakit dengan kondisi ini, tolong jangan ditambah lagi perasaan sakitnya mereka.
Mari kita berikan dukungan dan semangat bersama-sama," ujarnya.
Penolakan juga ternyata terjadi pada warga dan tenaga kesehatan yang dianggap telah melakukan kontak dengan pasien Covid-19.
"Kasihan mereka, mereka itu bukan musuh kita.
Justru mereka butuh dukungan.
Ingat lho, sudah banyak yang sembuh dari penyakit ini," katanya.
Untuk itu, Ganjar memohon pada masyarakat untuk tidak melakukan penolakan.
Sebab, pemerintah telah memiliki ketentuan yang sudah standar protokol kesehatan.
Penting diketahui, aksi penolakan pemakaman jenazah yang meninggal akibat Covid-19 terjadi di beberapa tempat.
Warga berdalih takut tertular virus dari jenazah yang dimakamkan.
Bahkan ada jenazah yang sudah dimakamkan terpaksa digali kembali karena adanya penolakan warga. (Ahm)
• Pasangan Bukan Suami Istri Ditemukan Tewas Tanpa Busana di Kos Solo, Warga Tangerang dan Wonogiri
• 2 Minggu Dirawat, Pasien Positif Virus Corona di Wonosobo Ini Dinyatakan Sembuh
• Ini Permintaan Khusus Aurel Hermansyah ke Anang dan Krisdayanti Jika Akhirnya Menikah Nanti
• HEBOH Donald Trump Presiden AS Bikin Keputusan Teken Perintah Eksekutif untuk Menambang Bulan