Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Krakatau Erupsi

BMKG Sebut Dentuman di Jakarta Tak Terkait Erupsi Gunung Anak Krakatau

Erupsi Gunung Krakatau di Lampung pada pukul 21.58 WIB, Jumat (10/4/2020), juga beriringan dengan adanya bunyi dentuman yang meresahkan warga Jakarta.

Editor: m nur huda
BNPB
Erupsi Gunung Anak Krakatau 2020 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Erupsi Gunung Krakatau di Lampung pada pukul 21.58 WIB, Jumat (10/4/2020), juga beriringan dengan adanya bunyi dentuman yang meresahkan warga Jakarta.

Tidak hanya di sekitar Jakarta, namun bunyi dentuman yang beberapa kali terdengar itu juga terdengar di Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).

Lantas, apakah suara dentuman itu ada kaitannya dengan gempa bumi akibat erupsi Gunung Anak Krakatau?

Menjawab hal itu Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono ST Dipl Seis MSc, dalam keterangan tertulisnya menyebutkan hal ini tidak ada kaitannya.

Ganjar Siapkan Taman Makam Pahlawan untuk Tenaga Medis Meninggal Akibat Virus Corona

Polda Jateng Tangkap Trio Pak RT dkk Diduga Provokator Penolakan Jenazah Perawat di Ungaran

Update Corona 11 April di 34 Provinsi: Jateng, DIY, Jabar, DKI Jakarta, Jatim, Bali hingga Sulawesi

Menoklak Diisolasi, PDP Corona Klaster Ijtima Jamaah Tabligh Ngamuk Ancam Perawat dan Dobrak Pintu

Misteri Suara Dentuman Dikira Gunung Anak Krakatau, Mbah Rono: Terus Terang Saya Tidak Tahu

Kata Rahmat, sejak tadi malam hingga pagi hari ini pukul 06.00 WIB, hasil monitoring Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan tidak terjadi gempa tektonik yang kekuatannya signifikan atau cukup besar di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta dan Provinsi Banten.

Meskipun ada aktivitas gempa kecil di Selat Sunda yang aktif saat erupsi Gunung Anak Krakatau terjadi, yaitu pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo M 2,4.

Episenter gempa itu terletak pada koordinat 6,66 LS dan 105,14 BT tepatnya di laut pada jarak 70 km arah Selatan Baratdaya Gunung Anak Krakatau pada kedalaman 13 kilometer.

"Tetapi gempa ini kekuatannya tidak signifikan dan tidak dirasakan oleh masyarakat," kata Rahmat.

Berdasarkan data tersebut maka BMKG memastikan suara dentuman tersebut tidak bersumber dari aktivitas gempa tektonik.

Hingga saat ini, belum ada keterangan secara pasti dari mana sumber suara dentuman yang terdengar di Jakarta dan wilayah Jabodetabek lain yang meresahkan masyarakat tersebut.

Penjelasan PVMBG

Menanggapi hal itu, Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG) Kasbani mengatakan, tidak terdengar dentuman dari Pos Pengamatan di Pasauran.

Namun, pihaknya membenarkan mengenai adanya erupsi dari GAK.

"Memang GAK erupsi sejak tadi malam. Sampai pagi ini masih berlangsung erupsi strombolian dengan lontaran lava pijar sekitar 500 meter. Namun, dari Pos Pengamatan di Pasauran, Pantai Carita, tidak terdengar dentuman," ujar Kasbani dilansir dari Kompas.com, Sabtu (11/4/2020).

Ia menjelaskan, erupsi strombolian merupakan erupsi dengan lontaran batu pijar dan lelehan lava, dan biasanya kandungan gasnya kecil.

"Erupsi strombolian biasanya tidak besar dan tidak membahayakan," lanjut dia.

Suara dentuman disinyalir dari letusan GAK

Sementara itu, ahli vulkanologi dari PVMBG, Surono, menyampaikan, ia belum mengetahui sumber suara dentuman yang dimaksud oleh sejumlah warganet.

Namun, ia menganggap suara tersebut disinyalir dari adanya letusan GAK.

Erupsi Gunung Anak Krakatau 2020
Erupsi Gunung Anak Krakatau 2020 (BNPB)

"Saya terus terang tidak tahu sumber suara dentuman tersebut, kecuali yang paling mungkin adanya letusan GAK yang meletus beruntun pagi ini," ujar Surono dilansir dari Kompas.com, Sabtu (11/4/2020).

Pria yang akrab disapa dengan Mbah Rono ini menyampaikan, hal yang paling berbahaya dari letusan gunung api muda yakni adanya longsoran pemicu tsunami yang terjadi pada Desember 2018.

Adapun longsoran tersebut terjadi lantaran untuk menambah bentuk gunung agar lebih tinggi dan besar.

"GAK mengikuti hukum kodrat alam, sering meletus seperti dulu, pernah satu tahun tidak berhenti, guna membangun tubuhnya supaya tinggi dan besar," ujar Mbah Rono.

Sementara itu, Mbah Rono menjelaskan, saat GAK meletus besar, GAK tidak akan menimbulkan tsunami besar, hanya longsorannya yang dapat memicu tsunami.

Dari kejadian pagi ini, Mbah Rono menyampaikan, terjadinya letusan kemarin mengapa justru diributkan saat ini, bukan ketika GAK selama satu tahun meletus secara terus-menerus?

Menurut dia, letusan GAK menjadi daya tarik wisata minat khusus, di mana para wisatawan sudah paham bagaimana aturan menonton kejadian alam tersebut.

"Siapa yang menikmati atraksi alam GAK? Beberapa kapal pesiar internasional mewah, kita sempat diundang naik kapal tersebut dan menceritakan mengenai ibunya alias Gunung Krakatau yang nakal dengan tsunaminya, sementara si anak yang dinamis ingin cepat besar dengan cara meletus," terang Mbah Rono.

Terkait kisah itulah perbedaan antara fenomena alam, Mbah Rono menganggap fenomena tersebut dapat menjadi tontonan, bukan untuk ditakuti.

Tidak perlu takut suara dentuman

Terkait dentuman, ia hanya berkomentar bahwa saat malam hari yang sepi, semua orang mengisolasi diri, suara dari kendaraan lenyap terimbas virus corona.

Oleh karena itu, dentuman GAK membahana, mengusir sepi. Karena itulah alam.

"Pernah saya dipanggil Gubernur Banten, Ibu Atut, karena jika malam masyarakat khawatir dengan suara dentuman GAK. Saya jawab, siang juga ada dentuman, tidak terdengar karena bising kendaraan dan lainnya," lanjut Mbah Rono.

Ia mengimbau masyarakat tidak perlu takut, karena Indonesia memiliki banyak gunung api, ini yang menjadi daya tarik jika dibandingkan negara lain.(*Kompas.com/Tribunnews)
 

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BMKG: Dentuman di Jakarta Tak Berkaitan dengan Gunung Anak Krakatau"

Curhat Ke Kapolda Jateng Sulitnya Medan Tugas, Bhabinkamtibmas di Blora Dapat Motor Trail

Balita PDP Corona Usia 11 Bulan Meninggal, Gugus Tugas Telusuri Riwayat Kontak

Update Corona 11 April di Indonesia: Pasien Sembuh Tambah Jadi 286 Orang, Total Ada 3.842 Kasus

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved