Berita Semarang
Ika Curhat Dipaksa Makan 50 Cabai dan Dipukuli Majikannya di Semarang: Kamu Tak Bunuh Itu Hakku
Seorang pembantu rumah tangga curhat sempat mengalami penyiksaan oleh majikannya di Graha Padma Kota Semarang. Pernah dipaksa makan 50 cabai.
Penulis: Akhtur Gumilang | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Seorang Pembantu Rumah Tangga (PRT) yang bekerja di wilayah Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang ini mendapat perlakuan tak wajar oleh majikannya.
PRT tersebut bernama Ika Musriati (19), warga Mlatiharjo Timur, Citarum, Semarang Timur. Meski kejadian penganiayaannya tiga bulan lalu, Ika mengaku masih membekas dalam ingatannya.
Kepada Tribunjateng.com, Ika menceritakan, awal pertama kerja di rumah majikannya yang berada di Jalan Taman Lavender, Komplek Perumahan Graha Padma, Semarang Barat itu tak mengalami masalah.
• Tugimin Lambaikan Tangan Minta Tolong, lalu Muntah Darah dan Roboh, Warga Tanjung Mas Semarang Geger
• Kronologi Kecelakaan Motor Vs Truk di Semarang, Pria Pekalongan Bernama Rukimanto Tewas
• Indomie yang Mangkoknya Kosong Sudah Tersedia di Semarang, Begini Isinya
• Anak Nia Ramadhani Selalu Mengadu ke Kakeknya Setiap Kena Marah, Ardi Bakrie Sebal
"Bulan pertama kerja saya dikasih gaji Rp1,6 juta sesuai perjanjian.
Namun, pas jalan dua bulan, saya cuma dikasih Rp200 ribu," cerita Ika, Rabu (22/4/2020).
Dia memilih menjadi PRT setelah melihat lowongan kerja di Facebook.
Kemudian, dia berkenalan dengan pasutri yang tinggal di Jalan Lavender.
Singkat cerita, Ika pun akhirnya sepakat dengan gaji yang dijanjikan.
Saat datang ke rumah majikan, dia mendapat tugas mengurusi anak bosnya sembari beberes rumah.
"Saat mulai bekerja, saya kemudian diminta juga kerja sampai jam 2 malam.
Malah bisa sampai Subuh gak tidur," katanya.
Suatu hari, Ika sedang sial. Dia pun mendapat hukuman dari sang majikan dengan dipaksa memakan puluhan cabai.
Dia menerangkan, alasan dirinya dihukum karena lupa melakukan pekerjaannya.
Dalam sehari, ia bahkan pernah disuruh memakan hingga 50 cabai.
"Saya sering dihukum.
Sehari bisa dipaksa makan lima cabai, sepuluh cabai sampai 50 cabai.
Karena saya mulai diperlakukan kasar sama majikan, akhirnya saya tanya ke mereka.
Jawabnya mereka, aku sudah beli kamu, terserah aku.
Kamu tak bunuh itu hakku," tutur Ika mengeluarkan air mata.
Hari demi hari penyiksaan yang dialami Ika kian kejam.
Bahkan, Ika mengaku suatu siang pernah diikat kedua tangan dan kakinya lalu dipukul sambil diguyur air shower.
"Tak cuma sekali, bertubi-tubi saya terus disiksa oleh majikannya.
Setelah gaji pertama dan kedua sebesar Rp 200 ribu, saya tak lagi dapat gaji.
Saya juga hanya dapat makan sehari sekali. Itu pun nasinya tidak layak makan," ungkapnya.
Kekerasan tak wajar yang dialami Ika berlangsung hampir sekira empat bulan jelang akhir tahun 2019.
Ika sangat bersyukur ketika majikannya membawanya ke Polsek Semarang Barat.
Di depan penyidik, Ika sebenarnya akan dilaporkan majikannya karena dituduh mencuri handphone majikannya.
Namun, laporan yang dilayangkan sang majikan justru berbalik ketika melihat kondisi Ika babak belur.
"Tapi karena kondisi saya lemas, memar, mau jalan juga susah, polisinya curiga.
Saya diantar ke RS Bhayangkara.
Kemudian saya divisum. Baru tahu, kalau tenggorokan saya luka parah, pita suara rusak.
Penyiksaan yang saya alami terbongkarnya saat majikan mau lapor itu," ujarnya.
Ika dan keluarganya meminta agar Polsek Semarang Barat memberi hukuman setimpal buat majikannya.
Terlebih lagi, ia tak lagi dapat gaji selama tiga bulan terakhir.
"Desember kasusnya terbongkar, lalu saya dibawa pulang ke rumah sama bapak saya.
Saya harus dioperasi biar bisa sembuh lagi. Yang pasti saya trauma sekali," tandasnya.
Terpisah, Kapolsek Semarang Barat, Kompol Iman Sudariyanto membenarkan adanya kasus tersebut.
Bahkan, pihaknya mengaku telah memanggil korban.
Selain itu, dia pun mengaku telah memeriksa kedua majikan berinisial RS dan S yang bersangkutan atas kasus ini.
Dalam hal ini, Kapolsek menuturkan, telah meningkatkan status kasus ke tahap penyidikan.
"Kasus ini kami dalami selama empat bulan.
Ini berjalan lama karena kita harus menunggu hasil visum psikis dan luka yang dialami korban," pungkas Kapolsek.
(gum)
• Mengenal Padasan, Kearifan Lokal Jawa untuk Jaga Kebersihan Badan
• Jurnalis Kendal Sumbangkan Sembako kepada Warga Terdampak Virus Corona
• Pemkot Semarang Beri Diskon 50 Persen untuk Retribusi Pasar guna Ringankan Beban Pedagang
• Keluarga Kaget Ika Puspita Dibunuh di Surabaya: Sempat Bilang Kangen Semarang, Tapi Kena Lockdown
TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE: