Berita Regional
Inilah Penjelasan Kemensos dan BRI Soal Transferan Misterius Rp 600 Ribu BST COVID 19 TAHAP 1
Media sosial baik Twitter maupun Facebook tengah ramai oleh unggahan warganet soal uang Rp 600.000 yang tiba-tiba masuk ke rekening BRI milik mereka.
TRIBUNJATENG.COM - Beberapa hari lalu, tiga warga Boyolali mendapatkan transferan uang misterius Rp 600.000.
Kebingungan warga berlanjut di Media sosial baik Twitter maupun Facebook tengah ramai oleh unggahan warganet soal uang Rp 600.000 yang tiba-tiba masuk ke rekening BRI milik mereka.
Ada yang mengunggah foto pesan singkat (SMS) pemberitahuan transfer, ada pula yang menyebarkannya lewat tulisan dan foto di Facebook.
• Akhirnya Kim Jong Un Menampakkan Diri: Tertawa, Merokok, dan Lambaikan Tangan, Ini Komentar Trump
• BEM-KM Unnes Semarang Desak Pihak Kampus Kembalikan UKT 50 Persen: Biaya Operasional Berkurang
• Paula Verhoeven Malu Kiano Diberi Baju Bekas Rafathar, Baim Wong: Kayak Gue Gak Mampu
• BREAKING NEWS : Penutupan Jalan Tahap 4 di Kota Semarang, Ini 3 Ruas Jalan yang Akan Ditutup 24 Jam
Ada yang menyebut bahwa semua pemilik rekening BRI mendapatkan uang Rp 600.000 tersebut.
Berikut beberapa unggahan yang beredar:
Uang apakah ini? Bagaimana penjelasannya?
Uang Bantuan Sosial Tunai (BST)
Corporate Secretary Bank BRI Amam Sukriyanto mengatakan, tidak benar bahwa semua pemilik rekening BRI mendapatkan uang Rp 600.000.
"Enggak benar, dong. Kan BRI hanya bank penyalur. Yang benar, pemerintah yang bagiin uangnya," ujar Amam saat dikonfirmasi Kompas.com, Minggu (3/5/2020).
Dia menjelaskan, uang sebesar Rp 600.000 itu merupakan Bantuan Sosial Tunai (BST) dari Kementerian Sosial (Kemensos) RI.
BRI bersama dengan Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara) ditunjuk sebagai bank penyalur BST kepada 528.320 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang terdampak Covid-19.
Amam menjelaskan, pada BST Tahap 1 besaran yang disalurkan mencapai Rp 316 miliar.
Penyalurannya dilakukan pada 27-29 April 2020 melalui Mass Fund Transfer sebesar Rp 600.000 ke rekening masing-masing penerima yang berhak.
Penjelasan Kemensos
Kepala Biro Perencanaan Kementerian Sosial Adhy Karyono, saat dihubungi secara terpisah, menjelaskan, program BST diberikan kepada 9 juta KPM.
Angka 9 juta KPM ini berdasarkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Sementara itu mekanisme penyalurannya ada 2 cara, yaitu:
- Melalui PT Pos sebanyak 8 juta KPM
- Transfer top up ke rekening penerima manfaat sebanyak 1 juta KPM.
Adhy menambahkan, penerima lewat transfer bank adalah mereka yang sudah melakukan sinkronisasi data DTKS dengan data bank Himbara. Jumlahnya sekitar 5,8 juta KPM.
Kemudian, dari hasil pemadanan data, diperoleh rekening yang valid sebanyak 749.948 orang, termasuk di BRI sebanyak 528.144 orang.
Mengenai adanya penerima manfaat yang tidak mengetahui mengenai uang bantuan sebesar Rp 600.00 ini, menurut Adhy, sebelumnya sudah ada pemberitahuan.
"Sebelumnya pemberitahuan sudah diberikan kepada dinas sosial provinsi dan kabupaten atau kota, juga koordinator BPNT terkait BNBA yang akan dapat top up bantuan," kata Adhy.
Selanjutnya, Kemensos berkoordinasi dengan PT Pos Indonesia untuk melakukan tagging nama yang sudah masuk daftar Himbara.
3 Warga Boyolali
Tak hanya Daham yang memperoleh transferan uang p 600.000 bertulis BTS COVID 19 tahap 1.
Dua orang mengadu ke Daham mendapatkan hal serupa.
Transfer uang sebesar Rp 600.000 bertulis BTS COVID 19 tahap 1 yang diunggah warga Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali bernama Daham semakin diberbincangkan.
Bantuan misterius itu ternyata tak berhenti di Daham saja, ada beberapa warga Kabupaten Boyolali yang menerima hal yang sama seperti diungkapkan oleh Daham.
Daham menuturkan sudah 2 warga Boyolali yang mengadu kepadanya.
Kedua warga Boyolali tersebut bukan berasal dari kecamatan yang sama dengan Daham.
"Barusan ada yang lapor ke saya juga," papar Daham saat dihubungi Rabu (29/4/2020).
"Warga Simo dan Cepogo," tuturnya.
Yakni setelah postingan yang di ungguh viral di media sosial (medsos).
Anehnya, kedua warga yang mengadu pada Daham itu tidak berprofesi yang sama dengannya.
Kedua warga Boyolali tersebut merupakan ibu rumah tangga dan pekerja pabrik.
"Yang dari Simo ibu rumah tangga, yang Cepogo pekerja pabrik," terangnya.
Sampai saat ini, ia belum melapor pada pihak kelurahan setempat mengenai bantuan miaterius itu.
Meskipun begitu, ia tak berniat mencairkan bantuan karena ia merasa cukup mampu ketimbang orang lain di sekitarnya yang lebih membutuhkan.
"Belum laporan, tapi uangnya belum saya cairkan," ungkap Daham.
"Karena bukan apa-apa, saya sebenarnya gak seharusnya dapat ini, saya merasa masih mampu" jelasnya.
"Kalau memang kebijakan pemerintah dengan sistem random acak saya pikir ini salah sih, karena gak akan sesuai sasaran," terangnya.
Daham menduga bantuan misterius yang ia terima tersebut berasal dari Kementrian Sosial.
Praduganya itu menguat setelah ia membaca berita Kemensos yang mencairkan bantuan sejumlah sama yang ia terima.
"Dari Kementerian Sosial, ada di berita, penyalurannya lewat pos, transfer dan diserahkan langsung," pungkas Daham.
Viral
Seorang pria warga Kabupaten Boyolali kaget mendapat uang nyasar ke rekeningnya sebesar Rp 600 ribu.
Hal tersebut diketahuinya melalui notifikasi MBanking Bank BRI dalam ponselnya.
Dalam notifikasi itu terterta nominal uang yang diterima dan tulisan BST COVID 19 TAHAP 1.
Postingan ini awalnya dibagikan oleh akun Info Cegatan Solo.
Satu-satunya keterangan yang didapatnya dari uang itu merupakan Bantuan Covid-19.
Dalam notifikasi yang dia terima, tertulis BST COVID 19 TAHAP 1, yang dikirim pada Selasa (28/4/2020) pukul 21.36 WIB.
Yang membuat dia heran, dia mengaku sama sekali tak didata atau memberikan identitas kepada siapapun, belakangan ini.
Ketika dihubungi lewat akun Instagram-nya, pria itu megaku bernama Daham Fathoni.
Dengan besaran uang Rp 600.000, seperti jumlah uang yang akan diberikan pemerintah melalui Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Notifikasi tersebut sempat diunggah oleh akun @infocegatansolo dan sempat viral, namun saat ini postingan tersebut telah dihapus.
Ia ingin tahu, apakah ada orang lain yang bernasib sama dengan dirinya.
"Iya, saya ke kirim ICS (@infocegatansolo) itu," papar Daham, pengunggah cerita bantuan misterius pada Rabu (29/4/2020).
"Saya bener-bener mau tahu, ini yang dapat emangnya ada selain aku," imbuhnya.
Dia mengatakan, dalam postingan yang diloloskan admin @infocegatansolo itu, sempat di komentari banyak netizen.
"Dalam postingan kemarin, yang komen dapet juga ada lho," imbuhnya.
Namun, karena menimbulkan kegaduhan tersendiri, ia meminta admin @infocegatansolo untuk menghapus unggahan ceritanya itu.
Ia tak ingin membuat masyarakat resah dengan bantuan misterius yang ia terima.
"Karena gaduh, malam itu juga saya minta dihapus," ungkapnya.
Terpisah, Sekretaris Kecamatan Ngemplak, Edy Maryanto, menambahkan jika uang yang diterima salah satu warganya itu bukanlah uang dari Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Pasalnya, pihaknya masih melakukan pendataan terhadap warga miskin yang berhak mendapatkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa Rp 600 Ribu per bulan.
“saat ini kami belum mencairkan dana sebesar yang diterima oleh Daham itu,” kata Seketaris Kecamatan Ngemplak, Edy Maryanto, Rabu (29/4/2020).
Selain itu, kalaupun dari Pemerintah Desa (Pemdes) telah melakukan pencairan, Kecamatan belum mendapatkan laporan tersebut.
Syarat Mendapatkan
Sebagaimana diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk memberikan BLT senilai Rp 600.000 per bulan selama tiga bulan bagi keluarga miskin.
Di tengah pandemi virus corona atau Covid-19, berbagai kebijakan telah dibuat pemerintah untuk keluarga kurang mampu.
Setelah memberikan listrik gratis selama tiga bulan, kini, pemerintah juga akan memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi keluarga miskin.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk memberikan BLT senilai Rp 600.000 per bulan selama tiga bulan bagi keluarga miskin.
Bantuan ini diberikan sebagai upaya meminimalisasi dampak pandemi virus corona atau Covid-19.
Warga yang mendapatkan BLT adalah mereka yang berdomisili di luar Jabodetabek.
Sementara di Jabodetabek, saat pandemi Covid-19, warga miskin akan mendapatkan sembako dengan nilai sama, yakni Rp 600.000 per bulan.
"Presiden menyetujui usulan kami untuk memberikan bantuan langsung tunai atau disingkat BLT selama tiga bulan, dengan indeks juga Rp 600.000 per keluarga," kata Menteri Sosial Juliari Batubara usai rapat dengan Presiden, Selasa (7/4/2020).
Juliari menyebutkan, BLT ini akan diberikan kepada seluruh keluarga yang tercatat dalam data terpadu Kemensos.
Namun syaratnya, keluarga tersebut belum menerima bansos lain, seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Nontunai, ataupun Kartu Pra-Kerja.
Selain mengandalkan data Kemensos, pemerintah juga akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah.
"Nanti kami juga minta data tambahan dari pemda," kata Juliari.
Juliari menyebutkan, BLT akan mulai disalurkan bulan ini.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, setidaknya ada 9 juta keluarga yang akan mendapatkannya.
"Di luar Jabodetabek ada 9 juta keluarga, tapi masih harus dibersihkan datanya," kata dia.
Juliari menambahkan, dari data Kemensos, jumlah keluarga yang berhak mendapatkan BLT saat wabah Covid-19 kurang dari 9 juta.
Khusus Warga di Luar Domisili Jabodetabek
Satu di antaranya adalah dengan memberikan Bantuan Langsung Tunai atau BLT.
Dikutip dari Kompas.com, BLT yang diberikan sebesar Rp 600.000 untuk satu keluarga.
Bantuan tersebut akan diberikan selama tiga bulan.
Terhitung bulan April ini hingga Juni 2020 mendatang.
"Presiden menyetujui usulan kami untuk memberikan bantuan langsung tunai atau disingkat BLT," terang Menteri Sosial Juliari Batubara dikutip dari Kompas.com, Selasa (7/4/2020).
"Selama tiga bulan, dengan indeks juga Rp 600.000 per keluarga," tambahnya.
Berikut cara untuk mendapatkan BLT dari pemerintah terkait pandemi corona:
1. Warga yang mendapatkan BLT juga sudah tercatat ke dalam data terpadu milik Kementerian Sosial (Kemensos).
2. Untuk mendapatkan BLT, pemerintah pusat akan memberikan kepada keluarga yang ekonominya masuk ke dalam kategori ke bawah atau miskin.
3. Selain itu, hanya warga yang berdomisili di luar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) yang akan mendapatkan BLT.
4. Warga yang ingin mendapatkan BLT tidak boleh menerima bantuan sosial lain.
Seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) atau Kartu Sembako, serta Kartu Pra-Kerja.
Sementara itu, untuk wilayah di Jabodetabek juga akan mendapatkan bantuan, namun dengan bentuk yang berbeda.
Juliari Batubara menyebutkan sejumlah wilayah yang akan mendapatkan bantuan.
Hal tersebut disampaikan dalam video yang diunggah di kanal YouTube Kompas TV, Selasa (7/4/2020).
Wilayah yang akan mendapatkan bantuan antara lain DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, serta Kota Depok.
Kemudian terdapat Kota Bekasi, Tangerang, hingga Tangerang Selatan.
Seluruh wilayah yang berbatasan langsung dengan Jakarta itu akan diberikan bantuan sosial khusus.
Bantuan sosial akan diberikan dengan bentuk sembako.
Juliari Batubara mengatakan, bantuan akan diberikan selama tiga bulan mendatang sejak April 2020.
Pembagian sembako tersebut akan dimulai dua minggu lagi.
Sembako yang diberikan akan senilai Rp 600.000 untuk setiap satu keluarga.
Seperti bantuan yang diterima oleh warga di luar Jabodetabek.
Warga yang berhak untuk mendapatkan bantuan adalah keluarga yang ada di dalam data terpadu milik Kemensos.
Tak hanya itu, Kemensos juga bekerja sama dengan pemerintah daerah terkait data keluarga yang berhak mendapatkan bantuan.
"Wilayah Jakarta, yaitu DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, dan Kota Depok, Kota Bekasi, Kota Tangsel, Tangerang, itu wilayah yang berbatasan dengan DKI," ungkap Juliari Batubara.
"Kami akan memberikan bansos khusus berupa sembako dengan durasi selama tiga bulan yang akan kita mulai dalam waktu dua minggu dari sekarang."
"Yaitu indeksnya adalah Rp 600 ribu per keluarga untuk wilayah tersebut," ucap dia.
"Data yang kami gunakan adalah keluarga yang ada di dalam data terpadu kami, ditambah masukan dari data-data pemerintah daerah," lanjutnya.
Dilansir oleh Kompas.com, Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani menjelaskan perihal tujuan diberikan BLT di tengah pandemi corona.
Masyarakat diharapkan dapat mengikuti aturan pemerintah terkait meminimalisir risiko penularan corona.
Yakni bagi masyarakat yang bekerja di sektor informal.
Selain itu, dengan adanya BLT diharapkan dapat menjaga tingkat konsumsi masyarakat saat perekonomian mulai melemah.
"Dengan demikian bisa membantu untuk bisa mengikuti arahan dan pedoman mengurangi aktivitas dan interaksi," jelas Sri Mulyani dilansir oleh Kompas.com.
"Dan tidak melakukan kumpul sehingga bisa memerangi penyebaran virus ini."
"Namun tetap mendapatkan bahan pokok terutama bagi pekerja harian," imbuhnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Heboh Terima Transfer Rp 600.000 di Rekening BRI, Ini Penjelasan BRI dan Kemensos"
• Kenakalan Dian Sastro Waktu SMA, Bolos Sekolah Ditilang Polisi, Mendadak Ada Cowok Ajak Kenalan
• Pria Klaten Ingin Jual Ginjal, Jalan Kaki Temui Ganjar di Semarang Seusai Dirumahkan, Istri Tak Tahu
• Hasil Survei Terbaru UI: 92,8 Persen Masyarakat Dukung Karantina Wilayah
• Bayi 40 Hari Meninggal Sesak Nafas Usai Diajak Kondangan di Kudus, Ada Tamu Undangan dari Zona Merah