Ramadan 2020
Kisah Ustaz Muda Wonogiri Lakukan Syiar Sampai Nusakambangan: Pernah Dicurigai Teroris
Ustaz Kanzan berbagai kisahnya selama melakukan syiar di tanah air. Dia pernah dicurigai sebagai teroris saat masuk salah satu desa di Cilacap.
Penulis: budi susanto | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, CILACAP - Jarak dan beratnya medan tak jadi halangan bagi Kanzan (25) Ustaz muda asal Wonogiri memberi ilmu anak-anak di Desa Klaces, Kecamatan Kampung Laut, sebuah pulau kecil di ujung barat Nusakambangan, Cilacap.
Dua tahun lebih Kanzan mentransfer ilmu agamanya di desa terpencil yang terletak di segara anakan itu.
Tak jarang Kanzan harus menempuh jarak puluhan kilometer jika ingin berkunjung ke pusat kota Cilacap untuk membeli beberapa kebutuhan kesehariannya.
• Hasil Swab Karyawan Sampoerna Bikin Pihak RS Kaget:Tak Seperti biasanya, Bukti Corona Sangat Menular
• Denyut RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet (2): Makanan Berlimpah, Koneksi Internet Kencang
• Balas Kritik, Andre Rosiade Tuding Najwa Shihab Dapat Proyek dari Program Kartu Prakerja
• Benarkah Ibu Tien Soeharto Meninggal Gegara Ditembak Tommy? Kini Mbak Tutut Ungkap Fakta Sebenarnya
Pasalnya jika ingin ke Desa Klaces atau ke pusat kota Cilacap, ia harus menaiki perahu dari Pelabuhan Sleko Cilacap dengan waktu tempu 2 jam lebih.
Perahu tersebut harus mengelilingi pulau Nusakambangan yang memiliki panjang sekitar 70 kilometer untuk sampai di Desa Klaces.
Meski demikian Kanzan tetap semangat membagi ilmunya, dan berdakwah tanpa memikirkan jauhnya jarak dan beratnya medan menuju Desa Klaces.
"Bagi saya hal itu menjadi cerita perjalanan untuk melakukan dakwah."
"Dengan memberikan ilmu di pedalaman, saya bisa melatih kesabaran dengan tujuan menyampaikan kebaikan," ucap Kanzan menanggapi tantangan untuk bisa menyampaikan ilmunya, Jumat (1/5/2020).
Dilanjutkan Kanzan, ia sampai di Desa Klaces karena diminta satu di antara pemuka agama asal Purwokerto untuk melakukan syiar agama.
"Awalnya saya diminta Gus Solikin dari Purwokerto untuk memberikan ilmu ke anak-anak di Nusakambangan, selain itu beliau ingin mendirikan Pesantren Maritim sini," jelasnya.
Kanzan menceritakan, awal kedatangan di pulau Nusakambangan bersama dua rekannya asal Solo, dan kini tinggal satu rekannya yang masih melakukan syiar bersamanya di Nusakambangan.
"Awal datang saya ditemani dua rekan, dan datang pertama bukan di Klaces, namun di sisi lain pulau ini."
"Karena tempat awal kesulitan air, pihak Kecamatan Kampung Laut memberi saran pindah ke di Desa Klaces," ucapnya.
Pemuda 25 tahun itu menceritakan pernah hampir ditolak saat masuk ke Desa Klaces dua tahun silam, hal itu karena saat itu tengah ramai kasus teroris di Solo Raya.
"Kami pernah dicurigai karena awal masuk ke sini masih ramai kasus teroris dari Solo, kami juga diminta untuk membuat surat resmi dari kelurahan, kecamtan, bahkan ke Kepolisian, dan kami turuti permintaan warga."
"Hingga kini kami diterima untuk memberi ilmu agama ke anak-anak, bahkan masyarakat di sini sudah seperti keluarga kami," terangnya.
Karena kedekatan dan ikhlas dalam memberikan ilmu, dijelaskan Kanzan, masyarakat tidak mengijinkannya pindah ke daerah lain.
"Beberapa waktu lalu saya hendak pindah dari sini, karena dari awal saya diminta mrlakukan syiar selama dua tahun, namun saat mau meninggalkan pulau masyarakat tidak mau melepas kami, dan mengingkan kami tetap di sini," tuturnya.
(bud)
FOLLOW FACEBOOK TRIBUNJATENG.COM
• Pahala Sholat Tarawih Malam ke-11 Minggu 3 Mei: Kelak Wafat dalam Keadaan Seperti Bayi Dilahirkan
• Heboh Harta Nikita Mirzani Capai Rp 1 T, Ivan Gunawan Ungkap 2 Amalan yang Dikerjakan: Pantesan Nyai
• Mieke Amalia: Selama 10 Tahun Nikah Baru Kali Ini Gue Diimamin Salat sama Tora Sudiro
• Risma Sudah Sarankan Pabrik Sampoerna Tutup Sementara & Karyawan Diisolasi di Hotel