Berita Demak
Nelayan Perempuan Terdampak Pandemi Corona di 3 Kabupaten di Jateng Dapat Bantuan Sembako
LBH Apik Semarang bersama PPNI, Kiara, Puspita Bahari, Yayasan Paralegal Pertiwi, Serikat Pekerja Rumah Tangga Merdeka Kota Semarang dan Kadin UMKM Ka
Penulis: Moch Saifudin | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, DEMAK - LBH Apik Semarang bersama PPNI, Kiara, Puspita Bahari, Yayasan Paralegal Pertiwi, Serikat Pekerja Rumah Tangga Merdeka Kota Semarang dan Kadin UMKM Kabupaten Demak pada Minggu (3/5/20) melakukan penyerahan 1.000 paket sembako untuk nelayan perempuan terdampak pandemi corona di tiga kabupaten, Demak, Rembang, dan Jepara.
Dalam rilis yang dikrimkan LBH Apik Semarang melalui pendiri Puspita Bahari, Masnuah mengatakan, penyerahan sembako tersebut merupakan kegiatan tahap kelima yang dilakukan oleh LBH APIK Semarang, dengan sasaran kelompok perempuan rentan terdampak covid-19, yaitu dari pekerja rumah tangga, ex pedila, nelayan, disabilitas, lansia, petani, buruh, transpuan, pendamping/ relawan/paralegal, ojek online, pedagang, dan pemulung.
"Keseluruhan paket sembako tersebut donasi dari para donatur melalui rekening LBH APIK Semarang, kemudian diwujudkan dalam bentuk paket sembako, disamping ada juga donatur yang langsung memberikan donasi dalam bentuk paket sembako," jelas Masnuah dalam keterangan tertulisnya, Senin (4/5/2020).
• Mulai Besok, PSBB Bandung Akan Dihentikan Padahal Jumlah Pasien Positif Corona Meningkat 80 Orang
• VIRAL! Rumah Mewah Terima Bantuan PKH di Brebes, Pemilik: Bangun Rumah Pakai Iuran Keluarga
• Hasil Tes Swab PCR, 83 Siswa Setukpa Lemdikpol Polri Dinyatakan Positif Corona
• BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Hujan Lebat Angin Kencang dan Petir 2 Hari ke Depan
Lanjutnya, penggalangan dana yang dimulai dari awal April 2020 ini akan terus diberikan hingga pademi usai, dengan harapan, perekonomian perempuan kelompok rentan diharapkan dapat stabil kembali.
Hingga saat ini, lanjutnya, LBH APIK Semarang mendapatkan pengaduan dari nelayan perempuan terkait dampak pandemi Covid 19, selain tidak bisa setiap hari melaut bersama dengan suami karena terkadang tidak dapat membeli bahan bakar untuk kapal, juga hasil tangkapan menjadi rendah harga jualnya di pasar.
"Kerja dari rumah sesuai dengan anjuran dari pemerintah, tidak bisa dilakukan, karena laut kan tidak ada di rumah," ujarnya kemudian.
Menurut LBH Apik, lanjutnya, nelayan perempuan selama covid-19 ini seakan merasakan multi beban, karena selain mengalami kesulitan secara ekonomi, juga harus mengurus rumah tangga seharian, faktor ekonomi dan kelelahan ini memicu pertengkaran suami istri, sehingga berpotensi adanya KDRT.
Lanjutnya, multibeban dampak dari pandemi Covid 19 paling dirasakan pada nelayan perempuan sebagai kepala keluarga.
Lanjutnya, peran pemerintah daerah sangat penting untuk perempuan kelompok rentan terdampak Covid-19.
"Kami berharap pemerintah daerah dapat memberikan bantuan sosial secara rutin kepada perempuan kelompok rentan sampai usai.
Harus tepat sasaran dengan tidak hanya terpaku pada database kependudukan yang belum tentu terupdate datanya, dengan cara tetap melakukan survei langsung ke lapangan dengan dibentuknya Satgas Covid 19 di masing-masing daerah," ujarnya. (ivo)
• Meski Larangan Mudik, Satgas Rafico 2020 Tetap Monitor Penyaluran BBM & LPG Selama Ramadan
• Pasien Positif Corona Asal Kendal Membaik, Diperbolehkan Pulang untuk Isolasi Mandiri
• Kecelakaan Pelajar SMA di Banjarnegara Tewas Tertabrak Truk Setelah Hindari Minibus
• Pemkab Karanganyar Siapkan 1 Hotel Untuk Penginapan Tenaga Medis yang Berjibaku Tangani Corona