Berita Demak
Jembatan di Dukuh Tambak Gojoyo Wedung Demak Roboh, Ratusan Warga Harus Berputar
Satu jembatan untuk penyeberangan orang di RT 1 RW 12, Dukuh Tambak Gojoyo, Desa Wedung, Kecamatan Wedung, Demak roboh
Penulis: Moch Saifudin | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM, DEMAK - Satu jembatan untuk penyeberangan orang di RT 1 RW 12, Dukuh Tambak Gojoyo, Desa Wedung, Kecamatan Wedung, Demak roboh, ratusan warga harus memutar hingga 300 an meter.
Warga Dukuh Tambak Gojoyo, Basiron (55) mengatakan, jembatan yang berusia 20 tahunan tersebut roboh lantaran air pasang laut sekira 10 hari yang lalu.
"Kami sudah ke pemerintah desa mengusulkan pembangunan jembatan tiga kali, namun bambu saja tak diberikan," jelasnya di rumahnya yang berdekatan persis jembatan roboh, Minggu (17/5/2020).
• Ini Kekayaan Irwan Mussry Suami Maia Estianty, Miliki 110 Toko Jam dan Tas Mewah
• 10 Menit, Wanita Muda Ini Guling-guling di Jalan Raya, Bangkit Lalu Jalan Sempoyongan
• Fakta Baru Kasus NF Membuat Sang Ayah Amat Terpukul, 2 Pria yang Dibawanya Leluasa Mencabuli NF
• Judika Dapat Pesan Whatsapp WA dari Ibunda Duma Riris Untuk Tinggalkan Duma, Ada Apa?
Dirinya menjelaskan, di Dukuh Tambak Gojoyo terdapat tiga jembatan, yakni satu jembatan utama untuk lewat kendaraan motor dan orang, dua di antaranya untuk jembatan penyeberangan orang.
Ia menjelaskan, jembatan yang roboh tersebut berukuran 35 x 1,5 meter.
"Jembatan untuk penyeberangan orang sempat roboh dua duanya, satu bagian barat sudah diperbaiki, satunya di bagian timur belum," jelasnya.
Ia menambahkan, selama ini pemerintah desa Wedung seperti tak pernah mendengarkan keluhan warga Dukuh Tambak Gojoyo.
Ia menyebut, warga selalu iuran sendiri untuk infrastruktur pembangunan di dukuh tersebut.
"Kulo boten ngertos, nopo Gojoyo dinjarke kenter nopo pripun. (saya tidak tahu, apakah Gojoyo dibiarkan hanyut/hilang atau bagaimana)," keluh warga pesisir Demak tersebut.
Ketua RT 1 RW 12, Syafa'adi menambahkan, warga di dukuh Gojoyo terdapat delapan RT, berjumlah sekira 500 KK, atau 800 jiwa selalu mengandalkan iuran dalam pembangunan infrastruktur.
Lanjutnya, jalan akses masuk dukuh tersebut yang berjarak sekira 4 kilometer juga masih dalam kondisi bergelombang dan terjal dari tanah.
"Sudah tak terhitung jumlahnya warga selalu iuran. Kalau ada kerusakan, warga pasti iuran. Terkahir pembangunan jalan, 1 KK iuaran sebesar Rp 100 ribu," jelasnya.
Basiron menambahkan, kendati tak didengar pemerintah desa, dirinya beserta warga lain berinisiatif membangun jembatan roboh tersebut dalam waktu dekat ini menggunakan bambu.
Ia menyebut, jembatan tersebut perlu diperbaiki dengan segera mengingat sudah mendekati lebaran, meski hanya dengan bambu.
"Bambu tak kuat lama menahan terjangan air pasang. Kayu saya setahun dua tahun sudah roboh," imbuhnya. (ivo)
• Ketakutan Masyarakat Bergeser, dari Takut Terpapar Virus Corona Jadi Takut Kelaparan
• Cerita Para Pasien Virus Corona, Alami Gejala Aneh Berminggu-minggu
• DPU Kota Semarang Rencanakan Bangun Ruma Kali di Kampung Kali, Ini Fungsinya
• Kronologi Detik-detik Penemuan Kerangka Manusia Bercincin di Wonogiri