Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Pekalongan

Jelang Lebaran Idul Fitri, Pasar Grosir Batik Setono Sepi Pengunjung

Menjelang hari raya Idul Fitri 1441 H, biasanya pada pedagang batik di pasar batik Setono meraup keuntungan.

Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: galih permadi

TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN - Menjelang hari raya Idul Fitri, biasanya pada pedagang batik di pasar batik Setono meraup keuntungan.

Para pengunjung yang datang ke pasar setempat, tidak lain merupakan pemudik yang melintas di jalur tol maupun Pantura yang biasanya menjadikan batik sebagai oleh-oleh di kampung halaman.

Namun, tidak di tahun ini.

Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Kecelakaan Tronton Vs Avanza di Tol, 4 Tewas Pulang dari Pati

Fakta Baru Ternyata Bocah Penjual Gorengan Nyaris Tiap Hari Dibully, Polisi Duga Ini Alasan Pelaku

Istri Berulah di Facebook Berharap Rezim Jokowi Tumbang, Suami Anggota TNI AD Terancam Dipenjara

Saat Pulang, Bocah Penjual Gorengan yang Dibully Ciumi Adiknya: Maaf Tak Bisa Belikan Popok Lagi

Di tengah, pandemik virus corona tidak pemudik dan pengunjung sepi.

Dari pantauan Tribunjateng.com, suasana di Pasar Batik Setono di Kota Pekalongan terlihat masih lengang jelang idul Fitri 1441 H.

Biasanya menjelang hari raya Idul Fitri parkiran pasar batik yang berlokasi di keluar exit tol dipenuhi dengan kendaraan pribadi dari luar kota, khususnya dari Jakarta.

Di saat masa pendemik virus corona, pasar batik nampak sepi. Bahkan beberapa kios toko memilih untuk tutup karena sepinya pemasukan.

"Sejak adanya virus corona, pasar kelihatan sepi. Ditambah saat puasa, kita yang jaga kios hanya bisa duduk. Jarang sekali ada pembeli," kata Hidah (35) salah satu penjaga kios batik Setono, saat ditemui Tribunjateng.com, Senin (18/5/2020) sore.

Ia mengungkapkan, sebenarnya ada pembeli tapi tidak terlalu banyak sekali dan kebanyakan pembeli berasal dari wilayah Jawa Tengah saja.

"Kalau luar Jawa Tengah tidak ada sama sekali mas, paling jauh kalau Demak, Semarang, Brebes, dan Slawi," ungkapnya

Hidah menceritakan, tahun dulu kalau arus mudik pasar udah ramai sekali, tapi tahun ini pasar benar-benar berubah sepi.

"Hari ini pasar agak lumayan ramai, tapi kebanyakan warga lokal sendiri," tuturnya.

Dari segi pembeliian pun berubah, Hidah menambahkan tahun ini dagangan yang masih diminati seperti daster dan baju-baju biasanya.

Namun, untuk kayak batik formal dan batik kembaran saat ini jarang diminati.

"Daster banyak dicari, karena buat persenan. Tapi kayak baju batik yang dipakai sendiri jarang dibeli," tambahnya.

Terpisah, Karisah (46) pembeli batik dari Tegal mengatakan ia sengaja beli batik untuk dipakai sendiri dan untuk buat persenan lebaran.

"Setiap menjelang lebaran saya sering ke pasar grosir batik Pekalongan."

"Biasanya beli 100 biji, tapi karena adanya virus corona harganya turun menjadi 40 persen," katanya.

Saat disinggung mengenai apakah ada pengecekan pada saat perjalanan, ia mengungkapkan selama perjalanan tidak ada pengecekan petugas di cek point.

"Saya kesini tidak bawa surat jalan ataupun sehat. Langsung saja berangkat. Alhamdulillah, aman semua," ungkapnya.

Sementara itu, Haqqul Mubin Sekretaris Pedagang Batik di Pasar Grosir Setono mengatakan adanya virus corona berdampak sekali kepada par pedagang batik. Apalagi, saat ini menjelang lebaran.

"Dimasa pendemi virus corona, ada beberapa toko ataupun kios memilih tutup. Hal ini dikarenakan sepinya pemasukan."

"Sausana juga diperparah dengan masih tutupnya akses ke Pasar Tanah Abang Jakarta. Para pedagang, yang biasanya juga mengirim batik ke tanah abang harus ikut terhenti," kata Mubin kepada Tribunjateng.com.

Ia mengungkapkan, beruntung bagi para pedagang masih mempunyai para pelanggan dari kota-kota sekitar Pekalongan yang masih datang ke pasar batik Setono.

"Walaupun, ada pelanggan tetap saja daya beli masih rendah. Padahal, para pedagang telah menurunkan harga jual batik dari 25 % hingga 40 %," ungkapnya.

Dirinya menjelaskan, semenjak adanya virus corona ini, omzet turun drastis sampai 70 persen.

"Hari ini sudah mulai lumayan ramai, awalnya pas lockdown tidak ada pengunjung tapi karena jenuh di rumah pasar sudah mulai ramai."

"Sekarang, penurunan masih 50 % an lah cuman tidak bisa meningkat karena daya beli juga kurang," jelasnya.

Mubin menceritakan, pasar bisa dilihat ramai atau tidaknya itu dari parkirannya. Kalau parkiran ramai, pasti ada peningkatan. Tapi kalau sepi pendapatan juga sepi.

"Rata-rata pembeli yang datang itu dari regional sini saja seperti Semarang, Kendal, Pemalang, dan Brebes. Kalau, Jakarta belum ada."

"Beberapa, pelanggan dari Semarang dan sekitarnya masih saja datang ke pasar. Pasalnya, di sepanjang jalur Pantura ini belum dilakukan PSBB yang membatasi perjalanan para pelanggan batik," imbuhnya.

Dirinya menambahkan, guna meningkatkan penghasilan masing-masing kios, pengurus masih mencoba mengaktifkan penjualan online.

"Para pedagang berharap masa pendemi virus corona dapat berakhir cepat, sehingga kondisi normal seperti semula," tambahnya. (Dro)

RL Bocah Penjual Gorengan yang Dibully Tergolong Anak Berkebutuhan Khusus, Pelaku Ditangkap Polisi

Viral Foto Patung Didi Kempot Akan Dipasang di Stasiun Balapan Solo, Ini Faktanya

Viral Ular Piton Raksasa Bergelantungan di Atap Rumah Warga, Melahap Bulat-bulat Seekor Posum

4 Warga Boyolali Kena Teror Corona, Terlanjur Buka Kain Kafan & Mandikan Jenazah Positif Covid-19

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved