Berita Kendal

Kisah Kakak Beradik Asal Kendal Mualaf Saat Ramadhan, Dapat Hidayah Masuk Islam dengan Cara Berbeda

Dua orang remaja kakak beradik Aditia Kurniawan (25) dan Danan Arya Setiaji (16) warga RT 01, RW 04 Desa Ngareanak, Kecamatan Singorojo bershahadat

Penulis: Saiful Ma'sum | Editor: galih permadi
ISTIMEWA
Dua orang remaja kakak beradik Aditia Kurniawan (25) dan Danan Arya Setiaji (16) warga Desa Ngareanak, Kecamatan Singorojo bershahadat pada menjadi muallaf di Masjid At Taqwa beberapa hari lalu. 

"Aku berharap gerakan ini diduplikasi oleh orang lain, karena kapasitasku ini akan berakhir, pasti ada ujungnya dan ini akan menjadi panjang dan lama. Orang lapar pasti ada terus," katanya.

Mantan Pendeta

Sebelumnya, seorang mantan pendeta memilih menjadi mualaf dan mendalami agama Islam di Kebumen.

 Ibnu Masngud (55) rela meninggalkan harta dan keluarganya di Mojokerto, Jawa Timur.

Tentu tanpa alasan ia meninggalkan hal dunia dan memilih pindah ke Kebumen.

Ia ingin fokus mendalami ilmu agama Islam setelah istri dan anak tak mau berpindah keyakinannya.

Sebagian orang rela mengorbankan iman demi mengejar dunia.

Tetapi kisah Ibnu Masngud (55), seorang mualaf dari Mojokerto Jawa Timur membuktikan, iman tak bisa dibayar dengan apapun di dunia.

Masngud adalah mantan pendeta di sebuah gereja ternama di Mojokerto Jawa Timur.

Gerejanya pernah dibom teroris hingga menewaskan seorang anggota Banser NU yang siaga mengamankan gereja.

Tapi ia selamat dari insiden itu karena buru-buru melarikan diri.

Tapi siapa sangka ia justru memeluk Islam kemudian.

Ia mendapat hidayah setelah melihat bintang berbentuk lafaz Allah di langit malam.

Hingga pria bernama asli Abraham Agus Setiono itu mengimani Islam.

Ia datang sendiri ke Pondok Pesantren Lirboyo Kediri untuk menyatakan keimanannya.

Hingga ia bertemu dengan almarhum KH Idris Marzuki, pengasuh Ponpes Lirboyo.

Sosok kyai karismatik itu seketika membuat tubuhnya gemetar.

Air matanya deras. Sang kiai merangkulnya hangat. D hadapannya ia berucap sahadat.

"Pas ucapkan kalimat sahadat sempat kesulitan, tapi juga bahagia,"katanya

KH Idris kemudian mengganti namanya dengan Ibnu Masngud (Mas'ud), artinya anak beruntung.

Masngud memang merasa sangat beruntung. Ia bersyukur memperoleh nikmat yang tiada tara, yakni iman kepada Allah.

Karenanya, ia tak memberati dunia lagi setelah beriman.

Ia tak segan menceraikan istri tercinta yang telah puluhan tahun menemani hidupnya.

Ia pun ikhlas melepas darah dagingnya.

Alasannya, mereka enggan mengikuti ajakannya untuk memeluk agama Islam.

Baginya iman tak bisa ditukar dengan apapun di dunia ini, bahkan keluarga sekalipun.

Karenanya ia tak ragu berucap selamat tinggal kepada orang-orang tercinta.

Bukan hanya keluarga, Masngud meninggalkan segala hasil jerih payahnya.

Seluruh harta, termasuk rumah mewah dan mobil ia tinggalkan.

Ia memutuskan menutup masa lalunya total.

"Saya tinggal semua, total. Karena saya punya keyakinan, di kehidupan yang baru, semua harus baru," katanya

Suatu ketika Masngud meminta izin kepada KH Idris untuk ikut Kiai Asyhari Muhammad Al Hasani atau Gus Hari, ulama muda asal Kebumen Jawa Tengah.

Sang kiai merestui dan meminta Hari untuk membimbing mualaf itu agar imannya terus terjaga.

Masngud pergi tak membawa bekal, kecuali beberapa setel baju dari pesantren Lirboyo.

Ia tinggal di pesantren yang diasuh Gus Hari, Ponpes Al Hasani, Desa Jatimulyo Alian Kebumen.

Di usianya yang semakin senja, Masngud masih bersemangat mempelajari Islam.

Ia membaur dengan santri lain untuk belajar Al Quran hingga kitab kuning yang menjadi ciri khas pendidikan pesantren, antara lain kitab fikih Fakhul Qorib.

Semakin dalam ia mempelajari Islam, Masngud mengaku keimanannya semakin mantab.

"Baca Al Quran sedikit-sedikit sudah bisa,"katanya

Jika dulu ia berjaya saat menjadi pendeta, kini ia hanya warga biasa.

Tapi Masngud tak pernah menyesalinya. Gemerlap dunia hanya sekilas atau fana baginya.

Terpenting bagaimana ia bisa menjaga iman dan memperbanyak amal di sisa umurnya.

Karenanya, ia tak segan menjalani pekerjaan apapun asal halal.

Di luar aktivitasnya memperdalam agama Islam dan membersihkan makam, Masngud masih ulet bekerja.

Ia dipercaya menjadi tukang kebun di sekolah.

Selain itu, Masngud juga tak canggung menjadi pemulung.

Ia memungut barang rongsok di tempat sampah yang bisa ditukar dengan rupiah.

Bagaimanapun, ia harus bisa mencukupi kebutuhan dasarnya sebagai bekal untuk ibadah.

Masngud memang kini tidak punya apa-apa.

Kehidupan ekonominya telah berbalik.

Tapi ia percaya, di balik kesusahannya, Allah memberikan yang terbaik baginya.

"Dulu harta mewah, semua ada, istri cantik. Sekarang secara manusia, saya miskin, tapi hati saya kaya, hidup saya nyaman sekarang,"katanya

Masngud pun merasa anugerah Allah kembali datang padanya.

Di usianya yang sudah kepala lima, ia dipertemukan dengan gadis salehah yang bisa menerima kekurangannya.

Sariasih (30), gadis yang memiliki usaha warung kini telah menemani hari-harinya yang sepi.

Keduanya telah terikat janji suci.

Tak sekadar mendampingi, sang istri pun setia mengajarinya membaca Al Quran.

Masngud masih memiliki cita-cita yang belum terpenuhi.

Bukan urusan duniawi pasti.

Sebagaimana keinginan setiap umat Islam, ia pun ingin sekali pergi haji ke Baitullah untuk menyempurnakan rukun Islam.

"Insya Allah saya ingin ke Baitullah," katanya.(Sam/*)

Fakta Baru Ternyata Bocah Penjual Gorengan Nyaris Tiap Hari Dibully, Polisi Duga Ini Alasan Pelaku

Sandra Dewi Pernah Ditinggal Banyak ART Gegara Kasih THR Setara Gaji Setahun, Kali Ini Ia Bimbang

Viral Beredar Foto Pria Bully Bocah Penjual Gorengan Pakai Kaus PLN: Bukan Pegawai Kami

Semua Pengunjung Mall Hypermart Kota Pekalongan Berkeringat Dingin, Was-was Tunggu Hasil Rapid Test

Sumber: Tribun Jateng
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved