Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Klaten

25 Warga Klaten Resah Seusai Hadiri Pemakaman Jenazah dari Semarang, Ternyata Pasien Positif Corona

Kabupaten Klaten resah seusai kecele menghadiri pemakamkan jenazah dari Semarang yang ternyata positif Corona.

Editor: galih permadi
TribunSolo.com/Istimewa
Pemakaman jenazah dari Semarang yang dihadiri puluhan orang di malam hari di Dukuh Purwosari, Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Selasa (2/6/2020). 

TRIBUNJATENG.COM, KLATEN – Tak ada informasi dari jenazah yang datang dari Semarang, 25 warga asal Bayat Klaten pun santai mengikuti pemakaman.

Namun, puluhan warga Dukuh Purwosari, Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten resah seusai kecele menghadiri pemakamkan jenazah dari Semarang yang ternyata positif Corona. 

Dari informasi yang dihimpun TribunSolo.com, warga geger karena usai pemakaman, karena ada warga yang mendapatkan surat pengantar dari RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang menyatakan kondisi jenazah pada Rabu (3/6/2020) pukul 02.29 WIB.

Kecelakaan Maut Truk Cabai Remuk Tabrak Bak Tronton di Tol Salatiga, Sopir Tewas Kernet Luka Lecet

Daniel Mananta Akui Kebodohannya saat Berpacaran dengan Marissa Nasution: Dia Adalah Trofi Gue

UPDATE: Pemakaman Kompol Widodo Ponco Susanto Dipimpin Kapolres Purbalingga AKBP Muchammad Syafii

2 Gadis Remaja Kakak Beradik Dihamili Ayah Tiri, Terbongkar saat Kumpul Keluarga, Ini Pengakuannya

Surat itu berkop RSUD KRMT Wonosegoro Semarang bercap basah tertanggal 2 Juni 2020 dengan pasien T (53) yang tertulis diagnosa kematian akibat Coronavirus Infection, Unspecified.

Kades Ngerangan, Sumarno menjelaskan, kejadian bermula saat warga desa mendapat informasi meninggalnya warga T tersebut pada Selasa (2/6/2020) pukul 20.00 WIB.

Adapun jenazah di mobil ambulans dari RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang itu  tiba di pemakaman dukuh, sekitar pukul 21.00 WIB.

"Jenazah tidak dibawa ke rumah duka, tetapi langsung dibawa ke pemakaman di Dukuh Purwosari," aku dia, Rabu (3/6/2020).

Proses pemulasaran jenazah selesai pukul 00.30 WIB menggunakan APD yang dinilai kurang lengkap.

"Ada 25 orang yang mengikuti pemakaman warga asli sini, tapi bermukim di Semarang," jelasnya.

Awalnya, warga belum mengetahui jika jenazah tepapar Covid-19, tetapi warga baru mengetahui setelah selesai dilakukan pemulasaran.

"Kami baru diberitahu oleh petugas medis RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang setelah pemulasaran jenazah," ucap dia.

"Ternyata diketahui positif terpapar Corona," jelasnya menekankan.

Sumarno mengatakan sudah meminta 25 orang yang kontak langsung dengan keluarga dan jenazah untuk mengisolasi diri selama 14 hari serta menunggu dilakukan rapid test dari pihak Gugas Tugas Kecamatan.

"Kami minta warga yang sempat kontak dengan jenazah dan keluarga untuk isolasi mandiri," ucap Sumarno

Sementara warga bernama Juned (40) mengatakan menjadi resah mengetahui kabar yang telat soal jenazah tepapar Covid-19.

Dia menyayangkan pihak keluarga tidak mau jujur atas informasi dari rumah sakit tersebut.

"Kami menyanyangkan pihak keluarga tidak memberitahu mengenai informasi dari RS," kata Juned.

Update Corona Jateng

Update kasus virus Covid-19 atau Corona di Jawa Tengah pagi ini, Rabu 3 Juni 2020 update terbaru pukul 08.15 WIB.

Pemerintah Jawa Tengah merilis data jumlah kasus dan juga peta penyebaran virus Corona di laman corona.jatengprov.go.id .

Selain bisa mengakses jumlah kasus yang terkonfirmasi, masyarakat juga bisa melihat kasus positif, PDP dan ODP di sekitar tempat tinggal.

Di laman ini juga tersedia daftar rumah sakit rujukan penanganan Corona yang ada di seluruh Jawa Tengah.

Serta data jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut.

Pasien positif terus bertambah, bahkan sudah melewati angka 1.000.

Saat ini pasien positif Covid-19 bertambah menjadi 1.537 kasus.

Dengan rincian 582 menjalani perawatan, 851 sembuh dan 104 kasus meninggal.

PDP atau Pasien Dalam Perawatan berjumlah 5.753.

729 masih menjalani perawatan, 4.218 dinyatakan sembuh dan 806 kasus meninggal.

Sedangkan Orang Dalam Pemantauan atau ODP berjumlah sebanyak 35.859.

1.143 masih dalam pemantauan dan 34.716 sudah selesai tahap pemantauan.

Data tersebut bisa berubah sewaktu-waktu.

Sebagai ikhtiar memutus mata rantai penyebaran virus corona, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengagas gerakan pola hidup baru, yakni hidup bersama Covid-19.

Gerakan ini pun telah disampaikan ke bupati dan wali kota di Jateng agar bisa bersama-sama bertindak.

"Mengingat angka-angka Covid-19 masih dinamis, maka kita harus dorong pola hidup baru.

Mulai sekarang kami buat 'Hidup Bersama Covid-19'.

Move on yuk.

Kita harus merubah pola hidup baru," kata Ganjar, Selasa (28/4/2020).

Sejumlah aspek kehidupan sosial diharuskan berubah sejalan pola hidup sehat agar terhindar dari corona.

Antara lain, masyarakat harus jaga jarak, kalau tidak bisa didenda oleh negara, selalu pakai masker, selalu cuci tangan pakai sabun.

Misalkan tidak ada air mengalir, bisa pakai disinfektan yang siap sedia di kantong masing-masing.

"Sehingga, dalam sistem sosial ekonomi kita berubah menjadi gaya atau pola hidup baru," jelasnya.

Kemudian, aspek sosial lain yang harus diperhatikan di antaranya kerumunan dibatasi maksimal empat orang dan harus berjarak.

Lalu, sistem antri dibuatkan garis dan titik dengan jarak. Begitu juga dengan sistem transportasi yakni harus longgar.

Begitu juga di pasar, pabrik, kantor harus ada protokol ketat untuk jaga jarak.

Aktivitas tersebut bisa dilakukan dengan terus menerus yang akhirnya menjadi kebiasaan atau gaya hidup.

"Hal itu bisa dilakukan agar kehidupan menjadi lebih mendekati normal. Ini tidak mudah tapi kita harus cari inovasi terus," ujarnya.

Soal keamanan di Jateng di tengah pandemi ini, Ganjar menyebut ada ekses dengan meningkatnya angka kriminalitas.

Karena itu, dia mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga tempat tinggal dengan menghidupkan ronda atau berpatroli malam.

"Kekuatan nilai-nilai kultural harus dibangkitkan lagi. Tepo sliro, gotong royong, tidak berebut," ucap orang nomor satu di Jateng ini.

Terkait ketahanan pangan di desa, ia minta seluruh bantuan masyarakat yang beragam sebaiknya dikumpulkan dalam satu tempat di lumbung pangan tingkat RT/RW atau kelurahan/desa.

Itu dilakukan supaya untuk mengurangi ekses sosial. Tidak hanya bantuan dari pemerintah tapi juga dari nonpemerintah, Baznas, CSR, donasi dan lain-lain.(*/lex)

Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul 25 Warga Bayat Klaten Kini Resah,Memakamkan Malam, Dini Hari Tersiar Kabar Jenazahnya Positif Corona

Profesor Pratiwi Sebut Gelombang Kedua Pandemi Corona di Indonesia Bisa Dicegah, Asal Lakukan Ini

Api Muncul dari Dalam Pos Polisi di Jalan Jenderal Sudirman Semarang

Satpam Cantik Asal Patihan Sragen Hilang, Sepatu Korban ditemukan di Pinggir Sungai Bengawan Solo

Arus Balik ke Jakarta, Puluhan Pemudik dan Travel Gelap Dicegat di Cianjur, Buka Jasa Lewat Live FB

Sumber: Tribun Solo
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved