Berita Kudus
Tim Pemakaman Jenazah Kudus Rela Tidak Dibayar Hingga Isolasi Mandiri di Tandon Air
Tim pemulasaraan jenazah yang ada di Kabupaten Kudus berasal dari relawan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kudus.
Penulis: raka f pujangga | Editor: m nur huda
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Ketika tenaga kesehatan memperoleh insentif karena jasanya merawat pasien covid-19.
Tidak begitu bagi tim pemulasaraan jenazah di Kabupaten Kudus ini, justru berjuang tanpa pamrih.
Tim pemulasaraan jenazah yang ada di Kabupaten Kudus berasal dari relawan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kudus.
• PKM Semarang Diperpanjang Lagi 14 Hari Mulai 22 Juni, Tapi Ada Pelonggaran untuk Tempat Hiburan
• Update Corona Banjarnegara, Pasien Jalani Isolasi Masih Tersisa 5 Orang
• Penulis Nursamad Kamba Meninggal Dunia, Hastag Maiyahberduka Trending Twitter
• Foto-foto Kunjungan Panglima TNI dan Kapolri di Mal Semarang, Semua Sesuai SOP

Jumlahnya sebanyak 10 orang yang tidak mendapatkan upah sepeser pun dari setiap jenazah yang telah dimakamkan.
Satu di antaranya Kristanto (39), warga Desa Peganjaran, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, yang sudah dua bulan terakhir membantu pemulasaraan jenazah.
Kristanto menceritakan, tim pemulasaraan terbentuk atas permintaan rumah sakit yang kesulitan menangani pasien yang telah meninggal dunia.
Sehingga dua bulan terakhir tim relawan tanggap bencana yang menggantikan tugas untuk pemulasaraan jenazah.
"Kami membentuk tim pemulasaraan jenazah ini karena dari rumah sakit kesulitan menanganinya, sehingga kami diminta tolong," ujar dia.
Dia mengatakan, tidak mendapatkan honor dari rumah sakit atau pemerintah untuk membantu proses pemulasaraan jenazah.
Bahkan insentif tenaga kesehatan yang dijanjikan Kementerian Kesehatan sebesar Rp 5 juta sampai Rp 15 juta per bulan pun tak bisa mereka rasakan.
Kris mengaku apa yang dilakukannya adalah perbuatan yang ikhlas sehingga tidak berharap ada timbal baliknya.
Namun dia akan senang hati bersedia menerima uang lelah untuk hasil jerih payahnya bersama teman-teman tersebut.
"Kami di sini kerja ikhlas tidak menuntut bayaran, tetapi kalau ada insentif untuk kami tentu senang," ucapnya.
Apalagi pekerjaan pemulasaraan jenazah pasien covid-19 itu merupakan kegiatan yang berisiko tertular.
Bahkan dia rela meninggalkan dua buah hatinya dan istrinya karena menjadi relawan pemulasaraan jenazah.