Berita Semarang
Ekonom Jateng Sarankan Startup Maksimalkan Layanan Inti Bukan Pengembangan Model Bisnis
Di tengah wabah virus corona atau Covid-19, perusahaan startup dinilai harus fokus dan memaksimalkan unit bisnis atau layanan yang dibutuhkan masyarak
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Di tengah wabah virus corona atau Covid-19, perusahaan startup dinilai harus fokus dan memaksimalkan unit bisnis atau layanan yang dibutuhkan masyarakat agar mampu bertahan dari tekanan.
Pengamat Ekonomi dari Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang Dr. Nila Trisetiarini SE, MSi, mengatakan untuk bisa keluar dari tekanan saat ini, perusahaan startup jangan sampai melakukan atau mengembangkan model bisnis atau layanan baru lainnya.
“Perusahaan start up harus mampu fokus dan memaksimalkan unit bisnis atau layanan yg dibutuhkan masyarakat bukan mengembangkan model bisnis atau layanan yang akhirnya useless dan tidak memberikan prospek ke depan,” katanya dalam keterangan persnya pada Tribunjateng.com, Selasa (23/6/2020).
• Cerita dan Resep Ampuh Mbah Kung Kakek Sugiono Indonesia Digemari Cewek-cewek Cantik
• Apa Pekerjaan Mbah Kung Kakek Sugiono Indonesia hingga Digemari Cewek-cewek Cantik?
• Bagaimana Cara Bikin Cewek Cantik Nyaman Dekat Mbah Kung? Jangan Langsung Ngajak Tidur
• Cewek Cantik Seperti Apa yang Didekati Mbah Kung? Bukan Anak Teman, Bukan Istri Orang
• Mbah Kung Kakek Sugiono Indonesia Asli Surabaya Ngekos di Semarang
Kondisi riil bisnis saat ini pada pandemi Covid-19, lanjut Nila, sangatlah berdampak di semua sektor industri sehingga bisnis start up harus memiliki daya adaptasi yang tinggi dalam kondisi apapaun, termasuk saat kondisi pandemi Covid-19.
Apalagi, menurut dia, dengan kondisi saat ini yang hampir 80 persen bisnis dijalankan secara online, dimana sistem ini sangat diakomodasi oleh perusahaan start up.
Hanya masalahanya, lanjut Nila, ada beberapa hal yang harus disadari perusahaan start up, karena kondisi pasar yang sangat dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang kian melemah.
“Dengan pengembangan model bisnis yang sudah ada, dan banyak dikembangkan, tentunya mereka harus responsif, menyesuaikan diri dan semakin memudahkan konsumen dan meningkatkan layanan yang dicari konsumen dengan semua keterbatasan mereka miliki,” paparnya.
PHK Karyawan
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Udinus ini lebih lanjut memaparkan, apa yang dilakukan Grab melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ratusan karyawannya, adalah sesuatu yang juga terjadi di banyak industri lainnya.
Bahkan usaha sejenis lainnya seperti startup virtual hotel operator, Airy Rooms juga melakukan hal serupa. Menghentikan operasional sejak 31 Mei 2020 dan merumahkan ratusan karyawan.
Menurut CEO Airy Rooms Indonesia Louis Alfonso Kodoatie, dengan adanya penghentian kegiatan operasional tersebut, startup itu melepas semua karyawan yang merupakan aset tak ternilai bagi perusahaan.
"Kami memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas kontribusi mereka selama ini dan kami pun meminta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi," ujar Louis Alfonso kepada media baru-baru ini.(*)
• Penerimaan Siswa Berkebutuhan Khusus SMPN 13 Semarang Tunggu Instruksi Dinas
• Disdikbud Jateng Terima 1.283 Aduan Selama Proses PPDB 2020
• Target Partisipasi Pemilih Pilkada 2020 Diturunkan Jadi 75 Persen karena Corona
• Pasca-Penyerangan Wakapolres Karangayar, Anggota Polisi Jangan Sendirian Dalam Bertugas