Berita Pati
Tokoh Lintas Agama Pati Gelar Pernyataan Sikap Tolak RUU HIP
Tokoh lintas agama menyatakan sikap menolak dan meminta pembatakan Rancangan Undang-undang Haluan Ideologi Pancasila.
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, PATI - Sejumlah tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda di Kabupaten Pati menggelar aksi pembacaan pernyataan sikap menolak dan meminta pembatalan Rancangan Undang-Undang (RUU) Haluan Ideologi Pancasila (HIP), Rabu (1/7/2020). Aksi tersebut digelar di Gedung DPRD Pati.
Tokoh-tokoh yang terlibat dalam aksi damai tersebut berasal dari berbagai organisasi, di antaranya MUI, PCNU, PD Muhammadiyah, DPD LDII, FKUB, perwakilan Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, PC GP Ansor/Banser, Pemuda Pancasila, PD Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Panca Marga, FKPPI, PMII, HIPAKAD, dan OMK/Pemuda Katolik.
Dalam pernyataan sikap yang mereka baca, para tokoh tersebut menilai bahwa memasukkan “Ketuhanan yang Berkebudayaan”, “trisila”, dan “ekasila” dalam RUU HIP adalah tindakan nyata pengkhianatan terhadap Pancasila dan UUD 1945.
“Dalam poin ketuhanan yang berkebudayaan, itu mestinya harus dibedakan. Ketuhanan itu agama. Agama itu ada persyaratannya. Ada kitab suci, pembawa, dan ajarannya. Kalau budaya itu hasil dari peradaban, pikiran manusia. Itu, kan, merendahkan Pancasila,” ujar Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Pati KH Ahmad Khoiron.
Ia juga menyampaikan bahwa Pancasila merupakan dasar negara yang final, karenanya mesti dibela habis-habisan.
“Tidak usah direduksi jadi trisila atau ekasila, nanti membingungkan umat beragama,” tegas dia.
KH Khoiron menilai, aksi yang digelar para tokoh di Pati ini tidak terlambat. Sebab, menjaga Pancasila harus dilakukan sampai kapan pun.
Aksi yang digelar ini disepakati diikuti peserta dengan jumlah terbatas. Setiap yang ikut harus membawa surat undangan. Sehingga, tidak ada pengerahan massa dalam jumlah besar.
“Peserta terbatas, hanya representasi tokoh agama, masyarakat, dan pemuda. Kalau mau show off force, kami hadirkan ribuan orang bisa. Tapi kami tidak lakukan itu,” ungkap dia. (Mazka Hauzan Naufal)