Berita Semarang
Batu Cagar Budaya di Jatibarang Hilang, Pencuri Hanya Sisakan Ini, Pelaku Diduga Lebih dari 3 Orang
"Memang lokasinya di perbatasan Mijen dan Jatibarang tetapi itu masuk wilayah kami," tuturnya
Penulis: iwan Arifianto | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Lurah Jatibarang Kecamatan Mijen, Slamet Sugiharto menyebut akan segera melaporkan ke pihak kepolisian menyusul hilangnya tiga batu cagar budaya yang berada di wilayah Kelurahannya.
Diduga tiga batu itu hilang pada Rabu (8/7/2020) dini hari.
Ini berdasarkan keterangan dari para warga setempat.
"Kami segera melaporkan kejadian ini ke Polsek Mijen sebab batu itu merupakan cagar budaya yang tentu memiliki nilai sejarah dan dilindungi undang-undang," terangnya kepada Tribunjateng.com, Kamis (9/7/2020).
• Rapid Test Peserta UTBK Unair Diubah Reaktif Corona, Unggahannya Viral, Ini Kata Pihak Kampus
• 5 Fakta Pria yang Masturbasi di Gang Jalan Laweyan Solo, Saat Dipergoki Malah Pamer Alat Kelamin
• Pulang Kerja, Wanita Ini Temukan Surat dari Driver Ojol di Bawah Pintu, Isinya Kini Viral
• Mujenih Petugas Kebersihan Ini Temukan Plastik Hitam Isi 500 Juta! yang Dilakukan Banjir Doa Netizen
Slamet melanjutkan, batu itu sebenarnya berasal dari situs Candi Duduhan Mijen.
Namun oleh warga di dusun tersebut menaruh di depan gang kampung mereka.
Atau terletak di pertigaan Jalan Duduhan Raya.
Perbatasan antara Kelurahan Jatibarang dan Kelurahan Mijen.
Tempat mereka menaruh batu tersebut masuk ke wilayah Jatibarang.
"Memang lokasinya di perbatasan Mijen dan Jatibarang tetapi itu masuk wilayah kami," tuturnya.
Dijelaskan Slamet, kedua batu itu terletak persis di bawah pohon angsana.
Masing-masing berbentuk arca Ganesha dan Lumpang berukuran sekira tinggi 50 sentimeter dan diameter 40 sentimeter.
Sedangkan pecahan batu dari arca Ganesha terletak tidak jauh dari lokasi dua batu itu.
Yakni di gapura Kelurahan Jatibarang atau persis di seberang kantor Kelurahan Jatibarang.
Untuk ukuran satu batu tersebut, dia kurang mengetahui persis.
"Warga sudah menaruhnya puluhan tahun itu situ, lima belas tahun lalu waktu pertama tugas di daerah sini saya sudah melihat batu tersebut di pinggir jalan," ungkapnya.
Slamet menyayangkan perbuatan oknum tidak bertanggung jawab yang telah mengambil batu cagar budaya tersebut.
Pasalnya batu itu dikeramatkan oleh warga dan tidak boleh diotak-atik.
"Warga menyakralkan batu itu sehingga tetap ada di tempat tersebut tetapi memang dirawat seadanya," paparnya.
Dia menambahkan batu cagar budaya di pinggir jalan itu sudah pernah di datangi oleh para arkeolog dari dinas terkait dua tahun lalu.
Bahkan ada arkelog dari luar negeri yang ikut rombongan tersebut.
"Batu cagar budaya yang hilang itu juga sempat diteliti dan difoto."
"Namun sayang tidak ada tindak lanjut sampai batu itu hilang," katanya.
Diberitakan sebelumnya, tiga batu cagar budaya di Kelurahan Jatibarang hilang.
Dugaan kuat batu tersebut hilang lantaran dicuri.
Seorang warga Ngatini (62) menuturkan, tiga batu tersebut terletak di pertigaan Jalan Duduhan Raya.
Perbatasan antara Kelurahan Jatibarang dan Kelurahan Mijen.
"Pertama yang mengetahui hilangnya batu bersejarah itu suami saya pada Rabu (8/7/2020) sekira pukul 05.00," jelasnya kepada Tribunjateng.com, Kamis (9/7/2020).
Ngatini mengungkapkan, suaminya ketika itu hendak membuang sampah di seberang jalan tempat batu cagar budaya.
Lantas kaget melihat ketiga batu tidak ada di tempatnya semula.
Suaminya kemudian menanyakan ke ketua RT dan warga sekitar.
Namun mereka tidak ada yang mengetahui aksi pencurian tersebut.
"Masih ada bekas serpihan batu di pinggir jalan, orang yang mengambil batu pasti lebih dari tiga orang," tuturnya.
Ngatini menjelaskan, ketiga batu masing-masing berbentuk arca Ganesha, pecahan ekor Ganesha, dan Lumpang.
Diketahui benda itu bagian dari candi Duduhan yang berlokasi tidak jauh dari ketiga batu yang hilang itu.
Benda cagar budaya itu masing-masing Ganesha dan Lumpang terletak persis di bawah pohon angsana.
Sedangkan satu batu berbentuk ekor Ganesha berada di samping gapura Kelurahan Jatibarang atau di pojok bangunan warung mie ayam.
"Batu itu sudah ada puluhan tahun di situ, yang menaruh di situ warga," bebernya.
Dia melanjutkan, hilangnya benda cagar budaya itu sempat membuat geger warga.
Pasalnya warga tidak menyangka, benda tersebut ada yang mencuri.
"Warga tidak tahu kalau benda itu ada nilai jualnya," ungkapnya.
Sejauh ini, kata Ngatini, warga hanya merawat batu itu seadanya.
Yakni hanya membersihkan batu itu tanpa ada perawatan khusus.
Bahkan batu itu sempat dibuat taman kecil namun rusak karena ada pelebaran jalan.
"Warga juga bingung batu itu dilindungi atau memiliki nilai jual. Kami hanya merawat tanpa ada maksud tertentu," katanya.
Sedangkan Warga lain Nasikhin (29) mengaku, hilangnya batu cagar budaya tersebut diduga terjadi pada Rabu (8/7/2020) dinihari.
Sebab ada pengakuan warga ketika melintas di jalan itu masih melihat batu pada Selasa (7/7/2020) sekira pukul 00.00.
"Anak muda yang nongkrong di gang sebelah juga sempat melihat mobil pick up L 300 mondar mandir padahal sudah larut malam," jelasnya.
Kendati demikian, warga di lingkungan tersebut tidak menyangka bahwa saat itu akan mencuri batu cagar budaya.
"Jadi ketika pencurian warga hanya bisa kaget," terangnya.
Menurut Nasikhin, batu itu sudah ada di tempat tersebut mulai tahun 1991.
Sepengetahuan dia, benda itu dipindahkan warga dari candi Duduhan ke gang depan kampung atau lokasi saat ini.
Entah tujuan dan maksudnya dia kurang mengetahui.
"Mungkin kesalahan warga menaruhnya di pinggir jalan utama bukan di tengah pemukiman sehingga mudah diambil oleh orang yang tidak bertanggung jawab," bebernya. (Iwn)
• Rapid Test Peserta UTBK Unair Diubah Reaktif Corona, Unggahannya Viral, Ini Kata Pihak Kampus
• Mujenih Petugas Kebersihan Ini Temukan Plastik Hitam Isi 500 Juta! yang Dilakukan Banjir Doa Netizen
• Sudah Coba 8 Sekolah Tetap Tak Lolos PPDB, Siswi Peraih Ratusan Penghargaan Akhirnya Putus Sekolah
TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE :