Berita Semarang
Kisah Sukses Indah Produksi Mundhut Petis Kemasan Semarang Laris Manis Selama Pandemi Corona
Pandemi covid-19 tidak selamanya membawa dampak buruk bagi sektor usaha.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pandemi covid-19 tidak selamanya membawa dampak buruk bagi sektor usaha.
Ada sebagian usaha yang justru kian melejit di tengah situasi dan kondisi yang terjadi saat ini.
Hal itu di antaranya dirasakan Munik Indah (36), pemilik usaha "Mundhut Petis" di Kota Semarang.
• Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Ambar Warga Semarang Tewas Terbakar: Tulang Punggung Keluarga Kami
• Baru Sehari Kota Solo Dinyatakan Zona Hitam, Hari Ini Pasien Positif Corona Bertambah 7
• Ibu-ibu Fatayat NU Geruduk Tempat Judi Dingdong di Sragen Tempat Suami Bermain, Berakhir Begini
• Hasan Dipaksa Kerja Meski Sedang Sakit, Dipukuli dan Tak Diberi Makan Selama Tiga Hari
Warga jalan Belimbing Raya, Peterongan, Semarang ini mengaku justru mendapat berkah di tengah pandemi virus corona ini.
Ia menyebut penjualan petisnya mengalami peningkatan pesat.
"Penjualan Mundhut Petis selama pandemi ini benar-benar di luar nalar.
Penjualannya meningkat drastis.
Dulu penjualannya 50 pcs, itu pun habisnya dalam waktu dua minggu.
Sekarang 2.000 sampai 2.500 pcs perhari, pembeli bahkan rela mengantre dua hari sekali.
Ini karena pas awal Covid-19 orang-orang takut keluar rumah, rezeki bagi mundhut, orang menggoreng apa-apa diberi mundhut petis," ujar Indah kepada tribunjateng.com, Selasa (14/7/2020)
Indah mengungkapkan, Mundhut Petis sendiri telah berdiri sejak kurang lebih satu tahun yang lalu.
Awal usahanya itu bermula dari ibunya yang senang membuat petis.
Ia yang mendapat resep dari ibunya itu lantas mencoba membuat sesuai resep tersebut.
"Resep petis ini dari ibu.
Awalnya suka buat untuk dikonsumsi sendiri, lama-lama waktu kami sediakan saat berjualan banyak orang yang suka.
Akhirnya saya terpikirkan untuk membuat usaha ini di samping jarang dilirik masyarakat juga," paparnya.
Saat memulai usaha, ibu satu anak ini menyebut saat itu hanya menghabiskan 5 kg udang untuk satu kali produksi.
Dalam satu kali produksi ini, rata-rata petis yang dihasilkan sebanyak 50 bungkus dan habis dalam waktu dua minggu.
Tak disangka, lambat laun penjualan Mundhut Petis ini terus mengalami peningkatan hingga mempekerjakan orang untuk membantu pembuatannya.
"Dua bulan sebelum Ramadhan sudah mulai ramai, kemudian pas Ramadhan melonjak hingga 5 kali lipat.
Awalnya juga hanya saya dibantu ibu, kemudian sekarang ada 14 karyawan," ungkapnya.
Lantas Indah membeberkan, larisnya penjualan Mundhut Petis ini lantaran cita rasa yang dihasilkan.
Indah menyebut, butuh waktu selama kurang lebih 5 jam untuk menghasilkan rasa petis yang gurih.
Yakni dimulai dari udang bago pilihan yang telah digiling.
Kemudian udang yang telah digiling itu dicampurkan dengan bumbu racikan meliputi bawang, gula, tapioka, dan garam yang telah dipanaskan.
Indah membeberkan, ada teknik rahasia dalam membuat petis ini.
"Bumbu kami racik tanpa pengawet dan MSG.
Kalau soal rahasia pembuatan petis ini ada di tekniknya," lanjutnya.
Lantas Indah mengungkapkan, petis-petis ini dibuat dengan beberapa varian rasa di antaranya original, pedas, dan super pedas.
Dalam takaran petis 200 gram, Indah menyebutkan, dijual dengan harga mulai Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu.
"Untuk memasarkan petis ini kami ada 15 agen," tukasnya. (idy)
• Update Virus Corona Kota Semarang Selasa 14 Juli 2020, Semarang Utara Tertinggi Mijen Terendah
• 2 Pasien Positif Corona Pekalongan Dinyatakan Sembuh dan Boleh Pulang
• Tragedi Kebakaran Merenggut Nyawa Warga Kemijen Semarang, Sempat Selamatkan 2 Ponakan Terjebak Api
• Belasan Warga Bonagung Tanon Sragen Tolak Jual Sawah untuk Pabrik Sepatu, Ini Penjelasan Kades