Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Nasional

Biodata Ajip Rosidi Sastrawan dan Budayawan yang Cetuskan Anugerah Rancage

Sastrawan dan budayawan Ajip Rosidi meninggal dunia pada Rabu (29/7/2020) sekitar pukul 22.30 WIB.

Penulis: Adelia Sari | Editor: abduh imanulhaq
ISTIMEWA
Sastrawan Indonesia Ajip Rosidi membacakan puisi saat peresmian Perpustakaan Ajip Rosidi di Jalan Garut, Kota Bandung, Sabtu (18/8/2015). 

TRIBUNJATENG.COM - Dunia sastra Indonesia kembali kehilangan sosok tokoh hebat.

Sastrawan dan budayawan Ajip Rosidi meninggal dunia pada Rabu (29/7/2020) sekitar pukul 22.30 WIB.

Suami dari artis senior Nani Widjaja ini meninggal pada usia 82 tahun.

Ajip menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Tidar Kota Magelang, Jawa Tengah.

Ini Alasan Partai Nasdem Resmi Dukung Hendi-Ita di Pilwakot Semarang 2020

Viral Suami Pergoki Istri Selingkuh, Sikapnya Buat Netizen Kagum

BREAKING NEWS : Sejumlah Camat di Kabupaten Pati Dinyatakan Positif Corona

Vicky Prasetyo Tanya Majelis Hakim Kenapa Bisa Ditahan

Penulis buku Tahun-tahun Kematian ini meninggal dalam perawatan pasca operasi karena pendarahan di otak.

Dilansir dari Kompas.com Ajip sempat terjatuh saat berada di rumah anaknya di Pabelan, Mungkid, Kabupaten Magelang.

Ia pun mengalami pendarahan di otak dan harus menjalani operasi.

Ajip Rosidi sendiri merupakan tokoh sastra dan budayawan yang sudah memiliki nama besar di Indonesia.

Ajip lahir di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat pada 31 Januari 1938.

Ia memulai pendiidkannya dengan masuk Sekolah Rakyat Jatiwangi pada tahun 1950.

Kemudian melanjutkan di SMPN VIII Jakarta tahun 1953 dan kemudian di Taman Madya Taman Siswa Jakarta tahun 1956.

Namun sayangnya, ia tidak tamat SMA.

Tetapi, dirinya mendapat kepercayaan mengajar sebagai dosen di salah satu erguruan tinggi di Indonesia sejak tahun 1967.

Bahkan ia berhasil menerima gelar Doktor Honoris Causa bidang Ilmu Budaya dari Fakultas Sastra Universitas Padjajaran.

Ajip mulai menulis sejak duduk di bangku sekolah rakyat.

Tulisannya sering dimuat di ruang anak-anak harian Indonesia Raya.

Saat SMP, ia pun mulai mnekuni dunia penulisan dan penerbitan.

Ia menjadi pemimpin majalah SUluh Pelajar pada tahun 1953-1955.

Bahkan pada tahun 1965-1967 ia tunjuk menjadi pemimpin redaksi Mingguan Sunda.

KArienya sebagai penulis dan pemimpin redaksi pun terus berkembang.

Buku pertama yang ia terbitkan berjudul Tahun-tahun Kematian pada usia 17 tahun.

Kemudian ia menulis kumpulan sajak, kumpulan cerita pendek, roman, drama, esai, kritik dan juga jurnal penelitian.

Karyanyapun banyak diterjemahkan dalam bahasa asing.

Seperti Belanda, Cina, Inggris, Jepang, Perancis, dan Rusia.

Ajip juga mendirikan penerbit Kiwari di Bandung tahun 1962 bersama kawan-kawannya.

Pustaka Jaya di JAkrta dan beberapa penerbit lainnya di kota besar.

Salah seorang pendiri dan salah seorang Ketua PP-SS yang pertama (1968-1975), kemudian menjadi salah seorang pendiri dan Ketua Dewan Pendiri Yayasan PP-SS (1996). Salah seorang pendiri Yayasan PDS H.B. Jassin (1977).

Ajip juga mendirikan Yayasan Kebudayaan Rancage bersama temannya.

Yaitu Erry Riyana Hardjapamekas, Edi S Ekajati serta tokoh lainnya.

Pada tahun 1989 yayasan ini pun membuat penghargaan sastra Rancage.

Ajip pun mendapat sambutan hangat dari masyarakat Sunda tentang penghargaan ini.

Pengelolaan yayasan dan hadiah inipun menggunakan dana pribadi.

Penghargaan inipun diberikan setiap tahunnya kepada sosok yang mengembangkan sastra Sunda, Jawa, Bali dan juga Lampung.

Pada tahun 1981 ia diangkat menjadi guru besar tamu di Osaka Gaikokugo Daigaku (Universitas Bahasa Asing Osaka) .

Ia juga mengajar di Kyoto Sangyo Daigaku (1982-1996) dan Tenri Daignku (1982-1994).

Ajip juga mendapat berbagai penghargaan, diantaranya Hadian Satera Nasional, Hadiah Seni dari Pemerintah RI, Kun Santo Zui Ho Sho dari Jepang, Anugerah Hamengku Buwono, dan Doctor Honoris Causa.

Karya-karyanya yang terkenal adalah Puisi Sunda, Puisi Indonesia Modern : Sebuah Pengantar, Surat Cinta Enday Rasidin, Hidup Tanpa Ijazah, Perjalanan Penganten, Orang dan Bambu Jepang : Catatan Seorang Gai-Jin dan masih banyak lagi.

Tahun 2008, beberapa sastrawan mengapresiasi karyanya yang dituangkan dalam buku berjudul Jejak Langkah Urang Sunda 70 Tahun Ajip Rosidi.

Ajip menikah dengan seorang wanita bernama Nunun Nuki Aminten pada tahun 1955.

Ia pun dikaruniai 6 orang enak dari pernikahannya.

Kemudian pada tahun 2017, Ajip menikah dengan artis senior Nani Widjaja.

Setelah pensiun, Ajip memilih menetap di Desa Pabelan, Keamatan Mungkid, Magelang, Jawa Tengah.

Kini sosok Ajip Rosidi telah menghadap sang maha kuasa.

Namun karyanya akan tetap abadi di hati masyarakat Indonesia.

 TONTON JUGA dan SUBCRIBE

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved