Berita Demak
Driver Ojol Semarang Kehabisan Ongkos Pilih Balik Demak Jadi Kuli Panggul Gabah
Wahid Hasyim (30) memutuskan pulang ke kampung halamannya di Desa Bungo, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak.
Penulis: Muhammad Yunan Setiawan | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, DEMAK - Wahid Hasyim (30) memutuskan pulang ke kampung halamannya di Desa Bungo, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak.
Ia melakukan itu karena pendapatannya sebagai ojek online di Kota Semarang semakin tidak menentu.
Hal itu disebabkan wabah corona yang membuat laju perekonomian lesu.
• Heboh Penemuan Mayat Perempuan di Atas Ranjang dalam Kondisi Terikat
• Pilu, Kisah Suharto Pemulung Rawat Anak Angkatnya yang Lumpuh, 7 Bulan Belum Bisa Tengkurap
• Viral Josua Temukan Batu Diduga Meteor Jatuh yang Ditawar Rp 1 Miliar, Ini Faktanya
• Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Teddy Kusdiana Sekda Kabupaten Bandung Meninggal di Usia 57 Tahun
Di kampung halamannya, Wahid beralih profesi sebagai kuli panggul.
Saat ini sawah-sawah di desanya sedang panen. Maka, kebutuhan kuli panggul tinggi.
Ia bersama ratusan orang warga Bungo tergabung dalam Paguyuban Manol Putu Panji.
Menurutnya, itu paguyuban yang mewadahi kuli panggul di desanya.
Semua kuli panggul yang tergabung di paguyuban tersebut wajib taat aturan.
Satu di antaranya, ujar dia, wajib absen sebelum pukul 13.00 WIB.
Lebih dari jam itu, tidak diperbolehkan bekerja.
Wahid menuturkan, jam kerja kuli panggul sekira pukul 13.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB.
Dalam pekerjaannya itu, tutur dia, setiap kuli panggul secara terus-menerus mengangkat satu sak berisi gabah lalu meletakkanya di bak truk. Hingga bak truk terisi penuh.
Kendati secara fisik lebih berat dari ojol, ia mengaku pendapatannya saat ini jadi kuli panggul lebih tinggi ketimbang ojol.
Dia mengungkapkan bisa terselematkan dengan musim panen yang datang bersamaan wabah corona.
Karena ia bisa memiliki alternatif pekerjaan lain.
Terlebih, pekerjaan itu berada di desa, sehingga bisa bekerja sembari kumpul teman dan dekar keluarga.
"Kalau sepi bisa dapat sekira Rp 80 ribu, kalau ramai bisa mencapai Rp 150 ribu," katanya kepada Tribunjateng.com, Rabu, (5/8/2020).
Dia mengatakan, beruntung tinggal di kawasan pedesaan yang di kelilingi hamparan sawah.
Karena saat panen tiba, tidak hanya pemilik atau penggarap sawah yang kecipratan rezeki.
Kuli panggul seperti dirinya juga ikut menikmati.
Sehingga kendati terdampak pandemi, ia masih bisa bertahan dan tidak terpuruk.(yun)
• Ibu dan Anak Saling Lapor ke Polres Purbalingga, Ibu Dikatai Mirip Binatang Lewat Whatsapp
• Ekonomi Indonesia Minus 5,32 Persen, Menkeu Nilai Masih Normal
• Petrokimia Gresik Luncurkan Pupuk Organik Phonska Oca di Sragen
• Terjawab Sudah, Tokoh Tisna dan Yuli Hilang di Tukang Ojek Pengkolan Bakal Muncul di Preman Pensiun