Afganistan dan Taliban Temui Jalan Buntu Terkait Pembebasan Ratusan Milisi
Beberapa negara menolak pembebasan milisi Taliban. Negosiasi pembebasan milisi Taliban itu diperkirakan dimulai beberapa hari mendatang
TRIBUNJATENG.COM, AFGANISTAN - Otoritas Afghanistan dan Taliban menemui jalan buntu lagi dalam rencana pembebasan ratusan milisi tahanan.
Pembebasan tahanan Taliban itu tersendat karena mendapat penolakan dari beberapa pemerintah asing, kata para pihak berwenang pada Senin (17/8/2020), yang tampaknya juga akan menghentikan progres pembicaraan damai.
Negosiasi diperkirakan akan dimulai dalam beberapa hari mendatang, setelah para tokoh terkemuka Afghanistan bertemu di Kabul pada 9 Agustus dan menyetujui pembebasan 400 tahanan Taliban.
• Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, 1 Keluarga Tewas Kecelakaan Ditabrak Kereta Api, Mobil Terpental
• Misteri Foto Jadul Sri Mulyani Agustusan di SMAN 3 Semarang, Netizen Sibuk Tebak Sosok Menkeu
• Kisah Mbah Khotim Sampai ke Telinga Jokowi, Ajudan Pribadi Presiden Turun Langsung Bawa Bantuan
• Kisah Mbah Khotim Terharu Dapat Bantuan Tambahan Modal Usaha dari Pemkot Semarang
Ratusan tahanan yang akan dibebaskan itu termasuk yang terlibat dalam serangan-serangan mematikan.
Pembebasan itu diyakini akan menghilangkan rintangan untuk menggelar perundingan damai.
Namun setelah 80 tahanan Taliban dibebaskan oleh pihak berwenang pada Kamis (13/8/2020), tidak ada pembebasan lagi sejak itu.
"Tidak ada rencana untuk membebaskan tahanan hari ini juga," kata seorang pejabat Dewan Keamanan Nasional Afghanistan (NSC) kepada kantor berita AFP.
Penundaan itu "ada hubungannya dengan kekhawatiran beberapa negara tentang berapa orang dalam daftar itu," kata Ghulam Farooq Majroh anggota tim perunding Afghanistan, kepada AFP.
Pejabat NSC lainnya berkata, beberapa "mitra internasional keberatan" tentang pembebasan para tahanan. Pejabat NSC dan Majroh tidak menyebutkan nama negara-negara itu, tetapi Paris dan Canberra sudah mengatakan mereka keberatan dengan pembebasan beberapa pemberontak, yang dituduh telah membunuh warga negara serta tentara Perancis dan Australia.
Bettina Goislard seorang pekerja Perancis di badan pengungsi PBB, dibunuh dua milisi Taliban pada 2003, dan seorang mantan tentara Afghanistan membunuh lima tentara Perancis serta melukai 13 lainnya pada 2012 di Provinsi Kapisa.
Perancis "dengan tegas menentang pembebasan individu yang dihukum karena kejahatan terhadap warga negara Perancis, terutama tentara dan pekerja kemanusiaan," kata Kementerian Luar Negeri Perancis pada Sabtu (15/8/2020).
"Kami karenanya meminta pihak berwenang Afghanistan untuk tidak melanjutkan pembebasan para teroris ini."
Sementara itu Perdana Menteri Australia Scott Morrison pekan lalu mengatakan, dia telah melobi untuk menentang pembebasan seorang mantan tentara Afghanistan, yang secara sadis membunuh tiga mitra Australia.
Presiden Ashraf Ghani sendiri telah memperingatkan 400 milisi itu adalah "bahaya bagi dunia".
Taliban mengatakan mereka bersedia memulai pembicaraan damai "dalam waktu seminggu" setelah semua 400 tahanan dibebaskan, dan menyalahkan Kabul karena menunda perundingan.