Mahasiswa, Buruh, dan Seniman Bersatu Kritik Kebijakan Pemerintah Lewat Pagelaran Seni
Spanduk bertuliskan "Merdeka 100 Persen Dari Pandemi Dan Tirani" dipampang di sudut ruang terbuka TTBRS Kota Semarang.
Penulis: budi susanto | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Spanduk bertuliskan "Merdeka 100 Persen Dari Pandemi Dan Tirani" dipampang di sudut ruang terbuka Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Kota Semarang.
Di sudut lainya, Hartono pelukis asal Semarang sibuk menggoreskan warna-warni cat di kanvas berukuran besar.
Suasana di ruang terbuka TBRS semakin syahdu saat para musisi memainkan berbagai alat musik.
Acara tersebut merupakan kegiatan yang digelar oleh gabungan mahasiswa dari Unnes, UIN Walisongo, Untag, para buruh dan seniman dari beberapa daerah, serta komunitas pelajar lainya.
Tak hanya musisi, dan perupa, teriakan para sastrawan saat menyuarakan nasib masyarakat lewat puisi turut mempertegas visi dari acara yang digelar di TBRS tersebut.
Kritisi atas kebijakan pemerintah yang dirasa tidak pro rakyat, seperti Omnibuslaw dan penanganan Covid-19 yang kurang transparan terus digaungkan oleh para seniman, kaum buruh dan mahasiswa dalam acara.
Aziz Rahmat satu di antara mahasiswa Unnes yang tampil dalam acara, bahkan mengkritisi masifnya pembangunan karena keberpihakan pemerintah ke investor lewat lagu.
"Kalimantan yang terkenal dengan pabrik oksigen, kini masyarakatnya tak bisa merasakan udara segar karena pembangunan yang merusak lingkungan," paparnya dihadapan puluhan penonton, Senin (17/8/2020) malam.
Dilanjutkannya, daerah sekitar kampus tempat ia menuntut ilmu tak khayal juga akan ditumbuhi pohon-pohon beton seperti tempat lainya.
"Ditambah dengan kebijakan pemerintah yang kurang pro rakyat dan memihak ke investor, pastinya akan semakin menyesakan kota, dan rakyat yang terkena dampaknya," paparnya.
Lewat lagunya Aziz juga mengajak para penonton untuk mulai memperbanyak penanaman pohon, serta menyuarakan hak rakyat.
"Jangan sampai hak rakyat tergusur karena pembangunan pabrik, kekayaan alam seharusnya dinikmati oleh rakyat bukan investor," tegasnya.
Adapun Hartono satu di antara perupa asal Semarang, menggambarkan kekayaan alam Indonesia yang harusnya dinikmati oleh masyarakat lewat karyanya.
"Karena kekayaan Indonesia milik rakyat, Kemerdekaan sesungguhnya untuk rakyat terutama kekayaan alamnya. Hal itu saya tuangkan ke dalam lukisan," ucapnya.
Sebagai seniman, Hartono mengaku senang bisa terlibat dalam acara yang digelar oleh para pelajar.
"Saya justru senang bisa ikut dalam acara positif seperti ini, sebagai pelaku seni tentunya akan mendukung hal positif terutama untuk kepentingan masyarakat luas lewat karya seni," tambahnya. (*)
TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE :