Berita Banyumas
Smart Mernek Jenek di Cilacap Wujudkan Ketahanan Pangan Mandiri dengan Pola Integrated Farming
Lahan pekarangan rumah yang belum dimanfaatkan secara optimal diubah menjadi sumber penghasilan pangan melalui 4 kegiatan budidaya terpadu.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: M Syofri Kurniawan
TRIBUNJATENG.COM, CILACAP - Pengangguran dan rendahnya pengembangan potensi desa menjadi masalah yang dihadapi sebagian besar warga di Desa Mernek, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Kaum wanitanya hanya sekadar mengurusi urusan kasur, sumur dan dapur.
Sementara kaum laki-laki masih berkutat pada pekerjaan tanam dan panen padi.
• Petarung UFC Dikeroyok hingga Nyaris Tewas saat Berlibur di Bali
• Cerita Warga saat Polsek Ciracas Dibakar, Dicegat Orang Bersenjata hingga Masuk Mako Kopassus
• Kata Dandim Soal Perusakan Polsek Ciracas: Mungkin Kita Kerahkan Intelejen untuk Cari Info
• Amalan 10 Muharram 1442 H, Pahala Besar Bagi yang Menyantuni dan Mengusap Rambut Anak Yatim
Lahan kosong di pekarangan rumah warga banyak tidak dimanfaatkan secara optimal.
Sampai pada awal 2019, sebagian warga Desa Mernek berkomitmen mengubah keadaan dengan mencoba mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki.
Lahan pekarangan rumah yang belum dimanfaatkan secara optimal diubah menjadi sumber penghasilan pangan melalui 4 kegiatan budidaya terpadu.
Keempat budidaya terpadu tersebut adalah dengan membuat sistem pertanian hidroponik yang menggunakan air dari kolam ikan lele.
Kemudian ada pula budidaya maggot sebagai pakan ikan lele, hingga pemanfaatan limbah berupa kotoran hewan menjadi pupuk organik untuk pertanian.
Inilah yang disebut sebagai pola integrated farming.
Pola integrated farming adalah pengelolaan pertanian terpadu dalam satu hamparan dibudidayakan banyak komoditas yakni ada sayur-sayuran, ayam, lele, sapi, dan komoditas pangan lainnya seperti maggot hingga jangkrik.
"Kami menamainya dengan program Smart Mernek Jenek (SMJ).
Jenek itu artinya 'nyaman' dalam istilah keseharian warga setempat agar menjadi motivasi bagi masyarakat menjadikan suatu kawasan yang berdikari," ujar Kades Mernek Bustanul Arifin kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (29/8/2020).
Awal Januari 2020 program SMJ dimulai dengan support dan pembinaan oleh Pertamina melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) atau Corporoate Social Responsibility (CSR).
Warga desa Mernek mencoba memanfaatkan lahan kosong dipekarangan rumah untuk mengembangkan pertanian hidroponik.
Ada berbagai macam sayur-sayuran yang ditanam dapat dimanfaatkan untuk konsumsi sehari-hari seperti sawi, selada, kangkung, tomat, cabai, pokcoy, terong, kacang hijau, jahe merah dan tanaman palawija lainnya.
Sebagian besar mereka yang terlibat dalam pengelolaan pertanian hidroponik adalah kaum wanita.
Mereka menghimpun diri dalam wadah, Kelompok Wanita Tani (KWT) Bunga Desa.
Kurang lebih ada 70 orang yang tergabung KWT Bunga Desa.
Luas area pertanian hidroponiknya sendiri adalah sekitar 200 meter persegi.
Bukan hanya mengembangkan pertanian hidroponik, SMJ juga mengkombinasikannya dengan berternak ayam petelur.
Ada 20 ekor ayam yang dapat bertelur 18 butir setiap harinya.
Seperti yang disampaikan oleh Ketua KWT Bunga Desa, Desa Mernek, Maos, Cilacap, Aprilianti jika program SMJ membantu para kaum ibu memasok berbagai kebutuhan pokok utamanya sayur dan telur.
"Jadi kalau ayam setiap hari itu bertelur 18 butir dan warga biasanya langsung datang membeli karena masih segar, begitu juga dengan sayurannya," katanya.
Jenis sayuran seperti Slada baru dapat dipanen sekitar 40 hari dan biasanya dijual per net pot, Rp 5 ribu.
Kalau ikan lele yang berada persis dibawah kandang ayam, Aprilianti menuturkan jika sudah tiga kali ini panen.
Ia bersama kawan KWT lainnya mengaku tengah melakukan pengajuan penambahan jumlah ayam supaya kapasitas produksi telur bertambah.
Hal itu karena peminat pembeli telor banyak bahkan sampai antre jika ingin membeli.
Manfaat utama yang dirasakan langsung oleh warga dengan adanya SMJ adalah warga tidak susah cari sayuran jauh-jauh untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
Karena ketelatenan dan usaha dari para ibu-ibu kelompok tani di Desa Mernek, paling tidak mereka mampu menghasilkan laba bersih Rp 1 juta sampai Rp 2 juta perbulannya.
Uang tersebut sementara ini dimanfaatkan kembali untuk perbaikan sarana dan peningkatan kapasitas produksi.
Program ini dapat memberikan tambahan penghasilan bagi para warga desa.
"Penghasilan bukan harus uang, melalui ilmu ini dan dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga juga menjadi manfaat yang luar biasa bagi mereka.
Semenjak ada program ini hampir semua warga mulai menanam toga minimal cabai pasti tanam," ungkapnya.
Program SMJ adalah program baru, meskipun masih baru tetapi sudah di contoh oleh warga lain secara mandiri.
Dalam satu desa terdapat empat titik KWT serupa yang sama-sama sedang mengembangkan sistem integrated farming.
Dalam satu desa terdapat 1.717 KK dengan jumlah penduduk sekira 6.700 jiwa.
Kades mengatakan jika anggaran yang dikeluarkan untuk membangun tempat pengembangan satu tempat integrated farming sekitar Rp 25 juta.
Program kemandirian di Desa Mernek bukan hanya SMJ saja, para petani juga tengah mengembangkan bibit padi.
CSR Pertamina membina Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sumber Rejeki yang beranggotakan 45 petani.
Kelompok tersebut mengelola lahan seluas 35,65 Ha menjadi ladang pertanian produktif.
"Sebelumnya petani yang kami bina hanya berorientasi pada penjualan padi konsumsi.
Petani belum memiliki kesadaran untuk memproduksi benih padi," kata Ketua Gapoktan, Waluyo.
Oleh karena itu Waluyo dan kawan petani lainnya mendorong agar sebagian lahan pertaniannya dijadikan produksi benih padi sehingga menjadi alternatif pendapatan dan mampu meningkatkan hasil penjualan.
Hasilnya sebanyak 60 ton benih padi mampu memperoleh keuntungan hingga Rp 720 juta pada setiap tanam bagi para petani.
Keuntungan tersebut meningkat 25 persen dari sebelumnya pada saat petani hanya menjual padi homogen.
Selain itu, pertanian padi yang dilakukan juga ramah lingkungan karena telah menggunakan pupuk organik yang diproduksi sendiri oleh petani dari limbah pertanian sebelumnya.
Kepala Desa Mernek Bustanul Arifin mendukung penuh inovasi yang dijalankan oleh kelompok tani yang berada di wilayahnya.
Hal itu ditunjukkan dengan menerbitkan Surat Keputusan (SK) Desa guna mendukung peningkatan produksi benih padi ‘Merlita’ dan penggunaan pupuk organik ‘Si Mantap’ selama proses tanam dan melakukan pendampingan bersama.
Gapoktan Ditarget Memasok 1200 ton benih padi di Jawa tengah, dan khusus 100 hektar untuk kabupaten Cilacap.
Senior Supervisor CSR Pertamina Jateng dan DIY, Martia Mulia Asri menambahkan jika
program CSR ini adalah sebagai upaya menjaga ketahanan pangan, dan kesejahteraan masyarakat Desa Mernek.
"Kita juga sedang mengupayakan mengimplementasikan hal yang sama dengan desa terdekat juga.
Harapannya ada kesejahteraan dan ada penambahan kas desa di BUMDes nya," katanya.
Berkat keteguhan dan semangat itu juga Smart Mernek Jenek berhasil memperoleh penghargaan Kampung PROKLIM Tingkat I Kabupaten Cilacap pada tahun 2019 dan saat ini sedang tahap verifikasi penilaian Kampung PROKLIM Nasional tahun 2020.
"Tentunya ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi kami semua," pungkasnya. (Tribunbanyumas/jti)
• Puasa Asyura, Ini Doa Buka Puasa Lengkap dengan Latin dan Artinya
• Eijkman Temukan Virus Corona yang lebih Ganas Sudah sampai Indonesia, Kasus Baru Covid Catat Rekor
• Nasib Petahana Bupati Kendal Mirna Annisa di Pilkada Seusai Tak Dapat Rekomendasi PDIP
• Bupati Klaten Tak Menyangka dan Prihatin Namanya Digunakan Pria Kediri untuk Berbuat Kejahatan