Angka Kecelakaan Yang Libatkan Pesepeda di Semarang Meningkat
Fenomena munculnya banyak pesepeda di Kota Semarang pada saat ini, bikin angka kecelakaan yang melibatkan pengguna moda transportasi itu meningkat.
Penulis: Dhian Adi Putranto | Editor: galih pujo asmoro
TRIBUN JATENG.COM, SEMARANG - Fenomena munculnya banyak pesepeda di Kota Semarang pada saat ini, bikin angka kecelakaan yang melibatkan pengguna moda transportasi itu meningkat.
Kasatlantas Polrestabes Semarang, AKBP Yuswanto Ardi mengatakan, kecelakan yang terjadi itu melibatkan pesepeda dengan pengguna kendaraan roda dua, mobil, maupun kendaraan berat lainnya.
Menurutnya, berdasarkan fakta di lapangan dan laporan yang diterima kepolisian, korban kecelakaan yang terdampak fatal justru bukan dari sisi pesepeda.
• HOAKS Wali Kota Semarang dan Satpol PP Akan Gelar Razia Gerakan Disiplin Siswa
• Penipu Tak Sadar Berurusan dengan Anak Presiden, Kaesang Pangarep: Nanti ada yang Ketuk Rumah
• Ancaman Ganjar bagi ASN Langgar Protokol Kesehatan, Denda Rp 500 Ribu hingga Potong Tunjangan
• Tangis Ayah Pencuri HP Demi Anak Sekolah Online Pecah Seusai Dapat HP dan Laptop dari Istri Menteri
Misalnya beberapa waktu lalu, ucap Ardi, ada pesepeda yang langsung pindah lajur tanpa memperhatikan pengguna jalan lain.
Di belakangnya, ternyata ada pemotor yang kemudian berusaha menghindari kecelakaan.
"Akhirnya pemotor itu jatuh dan mengenai trotoar."
"Sepeda secara undang-undang memang masuk dalam pedestrian."
"Namun ada jenis sepeda yang mempunyai kecepatan tinggi yakni road bike."
"Kecepatannya bisa menembus 45-60 Km/jam."
"Kecepatan seperti itu tentunya bisa menimbulkan resiko tinggi apabila terjadi kecelakaan," katanya di acara Tribun Forum, Rabu (2/9/2020).
Oleh karena itu, penyediaan jalur bagi pesepeda harus dibarengi dengan kebiasaan yang baik di masyarakat.
Pengamat kebijakan publik, Dzunuwanus Ghulam Manar mengatakan, kebiasaan atau kultur dibutuhkan lantaran tidak sedikit terjadi persinggungan antara pesepeda dan pengguna jalan lain.
Menurutnya, hal itu bisa terjadi karena belum terbentuknya kultur berlalu lintas yang baik dalam diri masyarakat saat bersepeda.
Dzunuwanus yang juga dosen di Fisip Undip itu menambahkan, satu di antara cara untuk membentuk kultur itu adalah dengan berkampanye cara bersepeda dengan baik.
"Kampanye itu bisa melibatkan komunitas pesepeda."
"Tentunya, masyarakat maupun pesepeda menginginkan kenyamanan dan keamanan saat berada di jalan," jelas dia, Rabu (2/9/2020).
Ia menyontohkan, antara pesepeda dan pengendara lain kadang bersinggungan lantaran ketidaksabaran dan sikap sentimentil dari kedua belah pihak.
Selain itu, perilaku pelanggaran lalu lintas pesepeda saat di jalan juga perlu diperhatikan.
Ditambahkannya, pesepeda bisa juda ditampung dalam satu wadah.
Tujuannya, untuk memudahkan komunikasi timbal balik antara pesepeda, pemerintah, dan stakeholder lainnya.
Degan demikian, jika suatu ketika ada perselisihan, bisa segera dicarikan solusinya.
"Jangan sampai pesepeda mampu membeli, namun sayangnya attitude (sikap, red) mereka tidak menunjukan pesepeda yang baik" ujarnya.
Ia juga mendorong adanya peraturan dari Pemerintah Kota Semarang untuk mengatur lalu lintas dan pesepeda.
Tujuan aturan itu semata-mata untuk membuat pesepeda merasa nyaman saat berada di jalanan Kota Semarang.
"Pilihan tepat jika menggunakan Perwal karena prosesnya cepat."
"Jika perda terlalu lama prosesnya di mana saat ini sudah banyak sekali pesepeda," jelas dia. (Dhian Adi Putranto)
• Hotman Paris Izinkan Anaknya Menikah Dengan Nikita Mirzani Tapi Harus Mau Satu Syarat Ini
• Cara Membuat Avatar Facebook di Android dan iOS, Kamu Bisa Tampil Berhijab dan Mirip Artis K-Pop
• Sudah Tersedia di Gerai Handphone, Ini Harga dan Spesifikasi Oppo A53
• Di Balik Tugu Peringatan Kecelakaan, Ada Kisah Sedih Asrudin 2 Anaknya Tewas
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/kasatlantas-polrestabes-semarang-akbp-yuswanto-ardi-di-tribun-forum.jpg)