Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jawa tengah

Pembatik Berusia 92 Tahun di Tegal Tetap Produktif di Masa Pandemi: Kalau Hanya Tidur Jadi Penyakit

Seorang nenek pengrajin batik di Kota Tegal, tetap produktif di tengah pandemi Covid-19 meski usianya sudah di atas 90 tahun.

TRIBUNJATENG.COM, TEGAL - Seorang nenek pengrajin batik di Kota Tegal, tetap produktif di tengah pandemi Covid-19 meski usianya sudah di atas 90 tahun.

Dia adalah Kalimah (92), warga RT 02 RW 02 Kelurahan Kalinyamatwetan, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal.

Mbah Kalimah, sapaan akrabnya, sehari-hari memproduksi batik tegalan di belakang rumahnya.

7 Tahun Ayah Kandung Setubuhi Anaknya, Padahal Masih Rutin Hubungan dengan Istri, Ini Pengakuannya

Kecelakaan Maut di Tol Solo-Ngawi, Balita Selamat di Pangkuan Ibunya yang Tewas

Alasan Petugas Lapas Bantu Terpidana Mati Cai Chang Pan Kabur dari Penjara, Sempat Temui istri

Kronologi Kecelakaan Maut ABG Asal Semarang di Magelang, Agung Cium Miras dari Mobilio Oranye

Dia membatik mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 15.00.

Saat dikunjungi tribunjateng.com, Kalimah nampak sedang asyik menggoreskan canting ke kain sembari mengunyah sirih.

Dia sedang membuat batik tulis tegalan dengan motif beras mawur.

"Tiap hari saya membatik.

Kalau hanya tidur nanti jadi penyakit," kata Kalimah, nenek yang memiliki empat orang cicit dan 11 orang cucu, kepada tribunjateng.com, Sabtu (3/10/2020).

Kalimah mengatakan, ia tidak pernah libur membatik.

Tiap hari sejak pagi hingga sore hari selalu membatik.

Begitu juga saat ada pandemi Covid-19 di Indonesia.

Kalimah mengatakan, ia bisa memproduksi tiga batik dengan ukuran sekira 2 meter dalam waktu satu bulan.

Sementara dalam satu bulan ia bisa menerima pesanan sebanyak empat buah batik.

"Saya tidak memikirkan pusing adanya virus corona.

Saya tetap membatik, tetap sehat, dan tetap produktif," ungkapnya.

Kalimah menceritakan, dulu banyak pengrajin batik tegalan seusianya di lingkungan tempat tinggalnya.

Kini tinggal ia sendiri.

Ia mengatakan, banyak teman-temannya berhenti membatik di usia tua karena tangannya gemetaran saat memegang canting.

"Di sini tinggal saya saja.

Tidak ada lagi.

Dulunya banyak, ada juga yang sudah meninggal dunia," katanya.

Kalimah mengatakan, ia membatik sejak 67 tahun yang lalu, tepatnya sejak berusia 25 tahun.

Ada lima motif batik tulis yang bisa dibuatnya.

Dari batik jamuran, batik galaran, batik gribigan, batik beras mawur, hingga batik cempaka putih.

Menurut Kalamah, biasanya pesanan datang dari orang- orang yang hendak menikah dan sunat.

Ia sendiri hanya melayani dua jenis pesanan, batik dalam bentuk tapih dan sarung.

"Harga satu batik Rp 350 ribu.

Tapi khusus tapih dengan motif batik cempaka putih harganya Rp 400 ribu," ungkapnya. (fba)

Trump Positif Covid-19, Segala Perawatan hingga Obat yang Belum Pasti Diberikan, Ini Jenisnya

Hayati Sumpah Profesi, Dokter Spesialis Ini Blusukan Datangi Pasien di Dusun Terpencil Banjarnegara

Kisah Alita Bocah SD di Semarang Pengidap Kista, Ayah: Saya Kangen Dengar Alita Ketawa

Kasus Covid-19 di Banyumas Melonjak, Tiga Tempat di Baturraden Ini Siap Tampung OTG

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved