Penanganan Corona
Jatmiko Rintis Usaha Kerajinan Kulit Salatiga dari Nol Sejak Pemkot Umumkan Work From Home
Menurutnya, sebelum Corona mewabah dalam sebulan dia memiliki pendapatan sekira hampir Rp 5 juta.
Penulis: M Nafiul Haris | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Dampak pandemi virus Corona (Covid-19) secara luas menyasar hampir semua profesi. Alhasil, banyak orang musti beralih dari pekerjaan lama demi terus bertahan hidup.
Itulah yang dialami Kurnia Bagus Jatmiko (35) warga Perumahan Yudhistira Blok E No 46 Grogol Baru, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga. Agar dapur tetap mengepul dia semula bekerja sebagai event organizer beralih menjadi perajin aksesori dengan bahan dasar kulit.
Jatmiko begitu sapaan akrabnya mengatakan pandemi Covid-19 membuat penghasilannya menurun drastis. Terlebih sejak diberlakukannya larangan pengumpulan massa.
"Salah satu yang terdampak adanya larangan berkumpul adalah dunia hiburan. Akibatnya agenda-agenda hiburan terpaksa dibatalkan. Atas kondisi itu, terus terang pemasukan nol rupiah. Istilahnya, tidak ada event, tidak ada kerja, tidak ada bayaran," terangnya saat dihubungi Tribunjateng.com, Senin (5/10/2020)
Menurutnya, sebelum Corona mewabah dalam sebulan dia memiliki pendapatan sekira hampir Rp 5 juta. Setelahnya, pemasukan hampir tidak ada karena kegiatan hiburan yang berpotensi mengumpulkan massa dilarang pemerintah.
Ia menambahkan, karena tanggungjawab terhadap kebutuhan keluarga tetap harus dipenuhi dirinya lantas mulai membuat kerajinan dengan bahan dasar utama kulit agar tetap bisa bekerja.
"Kalau tidak ada pemasukan, ya tidak makan. Saat ada imbauan work from home, saya mulai membuat kerajinan dari bahan kulit. Sementara berupa aksesoris seperti gelang, dompet, tas, strap jam, sabuk, dan jok sepeda motor," katanya
Jatmiko mengungkapkan, kerajinan hasil buatannya dari kulit sapi jenis vegtan dijual mulai Rp 50 ribu sampai Rp 1 juta. Besaran harga yang ditetapkan tersebut tergantung pola dan tingkat kerumitan dalam memproduksi.
Dirinya bercerita, produk kerajinan miliknya dijual dengan merk Think Leather Goods sementara ini pemasarannya masih melayani tingkat lokal.
"Karena saya buat manual sesuai pola, lalu saya jahit tangan. Kalau ada pemesan yang ingin model pahat atau dikasih gambar serta tulisan juga bisa," ujarnya
Sementara ini lanjutnya, pembeli masih didominasi berasal dari Pulau Jawa terjauh pengiriman ke Bali. Adapun pengiriman barang ke luar negeri sifatnya masih pribadi perorangan. (ris)