Berita Semarang
Mengenal Masjid Agung Semarang, Bertahun-tahun Jadi Saksi Sejarah Semarang, Kini Ada Kabar Gembira
Masjid Agung Semarang (MAS) atau Masjid Kauman Semarang merupakan sebuah masjid yang bersejarah di Kota Semarang, Jawa Tengah
Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: muslimah
Melansir Tribunjatengwiki.com, berdirinya Masjid Agung Semarang tidak terlepas dari pengaruh Walisongo yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, yakni sekitar abad ke-15 Masehi atau pada masa pemerintahan kesulatanan Demak.
Berawal seorang dari Demak bernama Made Pandan dengan nama asli Maulana Ibnu Abdul Salam diutus oleh Sunan Kalijaga menyiarkan agama Islam di sebelah barat kerajaan Demak, yakni Pulau Tirang yang jadi jujukan.
Made Pandan kemudian membuka hutan sebagai tempat penyiaran agama Islam, yang kemudian hutan tersebut tumbuh subur dan banyak kedatangan orang dari berbagai penjuru untuk belajar agama Islam.
Di tengah keseburan dan keramaian minat datang orang belajar agama Islam yang tinggi, tumbuh pohon asam namun tumbuhnya tidak merata atau renggang.
Dalam bahasa Jawa istilah tersebut ialah 'Asam dan Arang' yang kemudian jadi cikal bakal daerah tersebut dinamakan Semarang.
Untuk menunjang kegiatan penyiaran agama Islam dan berbagai kegiatan lain, Made Pandan mendirikan tempat peribadatan yang jadi awal berdirinya Masjid Agung Semarang dan terletak di kawasan Mugas (Semarang Selatan).
Atas jasa memajukan dan memakmurkan daerah tersebut, Made Pandan diberikan gelar oleh warga setempat yakni Ki Ageng Pandan Arang.
Sepak terjang Made Pandan yang semakin berhasil memajukan dan mendirikan Semarang, akhirnya menggugah Sultan Hadiwijaya dari Pajang dan Sunan Kalijaga.
Mereka sepakat menunjuk Made Pandan sebagai Bupati Semarang yang pertama, tepat pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 954 Hijriyah atau 2 Mei 1547 Masehi, bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Dirasa Mugas kurang strategis sebagai pusat pemerintahan, Made Pandan memindahkan pusat pemerintahannya ke daerah Bubakan bersama Masjid Kauman.
Menurut peta kuno Semarang yang tersimpan di Rijks Archief Belanda, menerangkan jika letak Masjid Kauman berada di sebelah timur laut Kabupaten Semarang yakni sekitar daerah Pedamaran.
Setelah Made Pandan wafat, kedudukan Bupati Semarang dilanjutkan putranya bernama Ki Ageng Pandan Arang II yang terkenal dengan sebutan Sunan Tembayat.
Tiga tahun menduduki pemerintahan, Pandan Arang II mengundurkan diri atas nasihat Sunan Kalijaga untuk lebih fokus melakukan penyebaran agama Islam.
Pemerintahan kemudian dilanjutkan oleh Ki Ageng Pandan Arang III atau Pangeran Mangkubumi I (1553-1586), Pangeran Mangkubumi II (1586-1657), Kyai Mas Tumenggung Tambi (1657-1659), Kyai Tumenggung Wongsorejo (1659-1666), Kyai Mas Tumenggung Prawiroprojo (1666-1670), Kyai Mas Tumenggung Alap-alap (1670-1674).
Pada masa pemerintahan Bupati ke-10, penjajah mulai datang ke Semarang, ketika dipimpin Tumenggung Adipati Suro Hadimenggolo I (1674-1701), dan dilanjutkan Tumenggung Adipati Suro Hadimenggolo II (1743-1751).
Masa pemerintahan Tumenggung Adipati Suro Hadimenggolo II ketika tahun 1741, terjadi peristiwa besar yakni pemberontakan orang-orang Tionghoa kepada pemerintahan Belanda, dipicu persaingan dagang dengan VOC.