Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Jika Trump Terpilih Lagi di Pilpres AS, Palestina: Bencana Bagi Dunia, Tuhan Tolong Kami

Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mengatakan jika Donald Trump mendapatkan kemenangan lagi dalam pemilihan presiden AS mendatang, maka akan

Editor: m nur huda
AP/Majdi Mohammed
Warga Palestina melakukan shalat berjamaah selama protes terhadap rencana Israel untuk mencaplok (aneksasi) bagian-bagian inisiatif Timur Tengah di Tepi Barat dan Presiden AS A. Donald Trump di Lembah Jordan, Jumat, 19 Juni 2020. 

TRIBUNJATENG.COM, RAMALLAH - Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mengatakan jika Donald Trump mendapatkan kemenangan lagi dalam pemilihan presiden AS mendatang, maka akan menjadi bencana bagi rakyatnya dan dunia pada umumnya.

Dalam komentar yang dibuat selama pertemuan dengan legislator Eropa pada Selasa (13/10/2020), Shtayyeh mengatakan bahwa 4 tahun terakhir pemerintahan Trump telah sangat merugikan Palestina.

"Jika kita akan hidup 4 tahun lagi dengan Presiden Trump, Tuhan tolong kami, Tuhan membantu Anda dan Tuhan membantu seluruh dunia," kata Shtayyeh seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Selasa (13/10/2020).

Baca juga: Sebulan Perjanjian Damai dengan UEA, Israel Segera Perluas Pencaplokan Wilayah Tepi Barat

Baca juga: Memanas, Pedangdut Senior Eny Sagita Ancam Bongkar Borok Nella Kharisma

Baca juga: Beredar Surat Instruksi Demo Seluruh Indonesia Selama 5 Hari, KSBSI: Kita Enggak Mau Chaos

Baca juga: BREAKING NEWS: Pohon Setinggi 10 Meter Tumbang di Semarang, 2 Pengendara Motor Tertimpa

Pernyataan Shtayyeh tersebut mengulangi komentar yang dia buat sehari sebelumnya dalam pidato virtual di Parlemen Eropa.

Komentar tersebut juga ia unggah di halaman Facebook-nya.

"Jika hal-hal akan berubah di Amerika Serikat, saya pikir ini akan mencerminkan dirinya secara langsung pada hubungan Palestina- Israel," kata Shtayyeh, merujuk pada calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden, jika memenangkan pemilihan presiden, pada 3 November.

"Dan itu akan mencerminkan dirinya (Biden) juga pada hubungan bilateral Palestina-Amerika," tambahnya.

Trump dan konflik Israel-Palestina

Warga Palestina secara tradisional menahan diri untuk tidak mengambil posisi publik yang eksplisit dalam pemilihan presiden AS.

Komentar Shtayyeh mencerminkan rasa putus asa di pihak Palestina, setelah serangkaian langkah kontroversial oleh Washington, meliputi pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada akhir 2017, yang dilanjutkan dengan relokasi kedutaan di sana.

Pada saat itu, para pemimpin Palestina, yang melihat Yerusalem Timur yang diduduki sebagai ibu kota negara masa depan mereka, mengatakan AS tidak lagi menjadi perantara yang jujur dalam negosiasi.

Setelah itu, AS menutup kantor misi Organisasi Pembebasan Palestina di Washington, sebagai tanggapan atas penolakan Otoritas Palestina untuk mengadakan pembicaraan yang dipimpin AS dengan Israel.

Trump juga memotong ratusan juta dollar bantuan AS untuk Palestina, dan awal tahun ini mengeluarkan apa yang disebut "rencana Timur Tengah", yang langsung ditolak oleh Palestina karena terlalu menguntungkan bagi sekutu setia AS, Israel.

Hal itu, memberikan bayangan aneksasi Israel atas petak besar Tepi Barat yang diduduki termasuk pemukiman ilegal Yahudi dan Lembah Jordan, serta memberi Israel perbatasan timur permanen di sepanjang Sungai Jordan.

Pemerintahan Trump juga mengatakan tidak lagi menganggap permukiman Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur ilegal.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved