Berita Solo
Bantu Kelompok Budidaya Ikan, Tim PKM UNS Ciptakan Mesin Pembuat Tepung Ikan
Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Group Research (GR) Energy Conversion, Combustion, and Energy Education (ECCEE) Universitas Sebelas Maret (UNS)
Penulis: Muhammad Sholekan | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Group Research (GR) Energy Conversion, Combustion, and Energy Education (ECCEE) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menciptakan mesin pembuat tepung ikan dari limbah ikan.
Mesin itu diciptakan untuk mendukung kemandirian pakan ikan bagi kelompok pembudidaya ikan Desa Berahan Kulon, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak.
Pelaksanaan PKM ini, diketuai Dr Eng Herman Saputro dengan anggota Dr Laila Fitriana, Budi Siswanto, Ir.l Husin Bugis, dan Ranto, yang dilaksanakan pada, Jumat (16/10/2020) lalu.
Selain bekerjasama dengan kelompok pembudidaya ikan, GR ECCEE UNS turut menggandeng Energy Convertion and Combustion Laboratory (ECCL) UNS untuk melibatkan mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS dalam hal inovasi dan desain mesin pembuat tepung ikan.
“Mesin ini memanfaatkan limbah ikan menjadi tepung ikan. Seperti diketahui bersama bahwa harga pakan ikan saat ini menjadi variabel utama bagi pelaku usaha pembudidayaan ikan,” ujar Dr Herman Saputro, Kamis (22/10/2020).
Ia menerangkan, gagasan pembuatan mesin pembuat tepung ikan diawali dari observasi dan diskusi bersama Kepala Desa (Kades) Berahan Kulon.
Selanjutnya, GR ECCEE UNS menindaklanjuti hasil observasi tersebut dengan melakukan identifikasi masalah dan pemetaan potensi yang ada di Desa Berahan Kulon.
Temuan yang didapat GR ECCEE UNS adalah limbah ikan yang mencapai 100-150 kg per hari yang belum termanfaatkan dan adanya masalah ketersediaan pakan ikan bagi kelompok pembudidaya ikan di Desa Berahan Kulon.
“Hasil diskusi bersama antara GR ECCEE UNS, kades, dan kelompok pembudidaya ikan sebagai UMKM mitra sepakat untuk melakukan kegiatan pemberdayaan kelompok nelayan dalam pemanfaatan limbah ikan menjadi tepung ikan,” terangnya.
Desain mesin pembuat tepung disesuaikan dengan karakteristik bahan baku yang berupa limbah ikan dan ketersediaan energi penggerak di Desa Berahan Kulon.
Keunggulan dari mesin ini adalah mampu menyelesaikan tahapan pembuatan tepung ikan, mulai dari tahap awal sampai akhir, dengan mulai mencacah hingga menghaluskan tepung ikan.
Penghalusan tepung ikan dapat dilakukan sebab mesin ini dilengkapi dengan mekanisme pengayakan yang dioperasikan secara terintegrasi untuk menghasilkan tepung dalam dua bentuk ukuran yang berbeda.
Dengan keberadaan mesin ini, Herman Saputro berharap dapat membantu ketersediaan pakan ikan bagi kelompok pembudidaya ikan di desa ini.
Saat ini harga pakan ikan di pasaran berkisar Rp 12 ribu sampai Rp 15 ribu per kilogram, sehingga pakan ternak menjadi variable penting dalam budidaya ikan.
Dari perhitungan biaya produksi tepung ikan dengan memanfaatkan limbah ikan membutuhkan ongkos Rp 5 ribu sampai Rp 6 ribu per kilogram.