Berita Batang
Dampak Kenikan Cukai Rokok di Tengah Pandemi, Warga Geritan Batang Tak Mau Lagi Menanam Tembakau
Bahkan karena buruknya harga tembakau serta kenaikan cukai, mayoritas warga desa yang semula menanam tembakau kini tak mau lagi menanam tanaman terseb
Penulis: budi susanto | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, BATANG - Kenaikan cukai rokok semakin menekan nasib para petani tembakau di wilayah Pantura Barat Jateng.
Ditambah lagi anjloknya harga tembakau karen imbas dari Covid-19 yang melanda Indonesia.
Hal itu juga dirasa oleh para petani tembaku di Dukuh Geritan, Desa Kalirejo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang.
Bahkan karena buruknya harga tembakau serta kenaikan cukai, mayoritas warga desa yang semula menanam tembakau kini tak mau lagi menanam tanaman tersebut.
"Sejak ada isu kenaikan cukai rokok tahun lalu harga tembakau anjlok, dan kini semakin tidak jelas harganya, belum lagi karena Covid-19," jelas Royikin satu di antara warga Dukuh Geritan, Senin (14/12/2020).
Dilanjutkannya, harga jual tembakau tahun ini paling rendah dari tahun-tahun sebelumnya.
"Di sini harganya Rp 20 ribu perkilogram, itupun kalau ada yang membeli. Belum lagi jika cuaca tak mendukung yang menyebabkan kualitas tembakau tidak baik, pastinya tidak ada yang membeli," ujarnya.
Selain di Dukuh Geritan, petani tembakau di Desa Kedunggading Kebupaten Kendal, juga merasakan hal yang sama.
Meski pun harga tembakau di Desa Kedunggading saat panen beberapa waktu lalu lebih baik dari harga di Kabupaten Batang, namun para petani menuturkan harga tembakau tak seperti beberapa tahun lalu.
"Di tempat kami bisa sampai Rp 40 ribu perkilogram, harga tersebut jauh dibanding beberapa tahun lalu yang mendekati Rp 100 ribu," kata Irul satu di antara petani tembakau di Desa Kedunggading.
Adapun data terbaru dari BPS Provinsi Jateng, terdapat 4 wilayah yang memproduksi tembakau khususnya tembakau rajang di wilayah Pantura Barat Jateng.
Produksi terbesar ada di Kabupaten Kendal dengan 1.331 ton pertahun, lalu Kabupaten Pemalang 245 ton, Kabupaten Batang 43 ton, dan yang terakhir Kabupaten Tegal 8,3 ton pertahun. (bud)