Berita Banyumas
Demi Belajar Daring, Siswa MTs Pakis Banyumas Harus Panjat Pohon di Puncak Bukit
Namun tidak seberuntung anak-anak di kota, bagi Nia dan 20 siswa MTs Pakis, sinyal internet adalah makhluk asing yang sangat sulit dijumpai.
TRIBUNJATENG.COM, BANYUMAS - Pagi masih berkabut saat Nia Anjalina (15) melangkah keluar rumah di Dusun Karanggondang, Desa Sambirata, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah.
Gadis itu hendak berangkat ke sekolah, Senin (1/12/2020).
Langkah kakinya rampak, menembus medan sawah dan perbukitan, menuju Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pakis di kampung seberang, Dusun Pesawahan, Desa Gununglurah.
Baca juga: Polisi Tak Akan Menahan Penabrak Orang Menyeberang di Jalan Tol, Kapolda: Tak Ada Hukum Lalulintas
Baca juga: Kabar Duka, Mbah Kung Kakek Sugiono Indonesia Meninggal Dunia di Semarang
Baca juga: Hasil Final Showcase Indonesian Idol 2021: 5 Kontestan Diselamatkan Juri, Aldrin Pulang
Baca juga: Pesan Terakhir Mbah Kung Hamid Hendrawan Sebelum Meninggal
Tidak seberuntung anak-anak kota..
Di masa pandemi seperti sekarang, pembelajaran memang idealnya dilakukan dengan sistem daring.
Namun tidak seberuntung anak-anak di kota, bagi Nia dan 20 siswa MTs Pakis, sinyal internet adalah makhluk asing yang sangat sulit dijumpai.
Kepala MTs Pakis, Isrodin mengatakan, lokasi Desa Gununglurah hanya terpaut jarak 12 kilometer saja dari pusat Kota Purwokerto.
Namun kondisi geografis membuat segala frekuensi yang masuk seperti terperangkap.
Untuk menjaring sinyal provider, para siswa MTs Pakis harus mendaki bukit di sekitar Telaga Kumpai.
Tak cukup sampai disitu, untuk mendapatkan kecepatan stabil saat berselancar di dunia maya, mereka harus memanjat puncak-puncak pohon.
“Biasanya yang cowok ini pada naik pohon buat nyari sinyal biar stabil, mereka sudah biasa nyaman belajar di atas pohon,” kata Isrodin.
Meskipun bukit dan pohon adalah taman bermain mereka sejak kecil, namun bukan berarti kegiatan ini benar-benar tanpa risiko.
Terlebih di musim hujan seperti sekarang, potensi jatuh terpeleset bisa saja terjadi karena ranting yang licin dan rapuh.
"Sangat berbahaya pada saat musim hujan," ujarnya.
Radio: harapan yang pupus