Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Profil Prof Muladi Mantan Menteri Kehakiman dan Rektor Undip, Pernah Dua Kali Tidak Lulus Sekolah

Prof Muladi mantan menteri kehakiman dan rektor Undip Semarang meninggal dunia dalam usia 77 tahun, Kamis (31/12/2020) pagi.

Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: M Syofri Kurniawan
TRIBUN JATENG/JAMAL A NASHR
Prof Dr Muladi SH 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Prof Muladi mantan menteri kehakiman dan rektor Undip Semarang meninggal dunia dalam usia 77 tahun, Kamis (31/12/2020) pagi.

Seperti apa sosoknya?

Berikut ini profil Prof Muladi yang dirangkum Tribun Jateng.

Baca juga: Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, Prof Muladi Mantan Menteri Kehakiman dan Rektor Undip Meninggal

Baca juga: Ancaman Novel Bamukmin Setelah FPI Bubar

Baca juga: Aparat TNI-Polri Lucuti Atribut FPI, Penjual Baju Bergambar Habib Rizieq pun Ditegur

Baca juga: Gadis Pegawai Bank Duel dengan Perampok, Tewas Kehabisan Darah Dengan 25 Luka Tusukan

Profil Prof Muladi

Prof Dr Muladi lahir di Solo, Jawa Tengah, pada 26 Mei 1943.

Menjabat Gubernur Lemhannas pada 2005–2011.

Prof Muladi juga mantan Menteri Kehakiman (kini disebut Menteri Hukum dan HAM) merangkap Menteri Sekretaris Negara pada masa Kabinet Reformasi Pembangunan.

Sebelum menjabat menteri, Prof Muladi merupakan Rektor Universitas Diponegoro.

Prof Muladi juga pernah menjabat Ketua Institute for Democracy and Human Rights di The Habibie Center.

Dikenal aktif berolahraga  terutama beladiri, Prof Muladi adalah aktivis Resimen Mahasiswa (Menwa) Undip.

Posturnya tinggi besar, meski gaya bicara keras tetapi sesungguhnya berhati lembut sebagaimana kesaksian para mahasiswa dan juniornya.

Dia merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan Dasijo Darmo Soewito dan Sartini.

Ayahnya yang asli Jawa Timur bekerja sebagai reserse polisi.

Karena orangtuanya pindah tugas, dia dibawa tinggal di Semarang. 

Muladi dua kali tidak lulus sekolah, yaitu ketika SD dan SMP.

Dia melanjutkan sekolah ke sebuah SMA swasta yaitu SMA Institut Indonesia.

Ia kemudian diterima di Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat Undip.

Akhirnya memilih untuk kuliah di Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (saat ini disebut Fakultas Hukum).

Semasih mahasiswa, Muladi juga aktif di organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) pada tahun 1963-1968.

Kemudian dia juga pernah menjadi Komandan Batalyon IV, Resimen Mahasiwa Semarang pada 1964–1967.

Sambil kuliah, juga bekerja sebagai karyawan OPS Minyak dan Gas Bumi, Jawa Tengah pada 1966–1969.

Pada usia 21 tahun, Muladi menikahi adik kelasnya, Nany Ratna Asmara, tepatnya pada 22 Maret 1964.

Pernikahannya membuahkan empat putri, yaitu Rina Irawanti, Diah Sulistyani, Aida Fitriani, dan Erlina Kumala Esti.

Dua anak pertama dan anak bungsunya mengikuti jejak Muladi mendalami bidang hukum.

Putri keduanya, Diah Sulistyani, mengikuti jejaknya menjadi seorang akademisi.

Di kancah politik, Muladi pernah aktif di Partai Golkar.

Prof Muladi meninggal

Kabar Prof Muladi meninggal tersebut disampaikan Rektor Universitas Semarang (USM) Andy Kridasusila.

"Kami mendapat info dari putrinya bahwa Prof Muladi meninggal tadi pagi jam 06.45 di Jakarta," jelas Andy yang dihubungi Tribunjateng.com.

Prof Muladi merupakan Ketua Pembina Yayasan Alumni Universitas Diponegoro sejak tahun 2006 sebagai Badan Penyelenggara USM.

Andy menyebut jasa-jasa dan kiprah almarhum bagi USM hingga menjadi kampus terkemuka di Jawa Tengah tak terkira nilainya.

"Kami berterima kasih atas komitmen, waktu, semua rencana dan upaya almarhum memberi kemanfaatan hingga USM mulai dari awal berdiri menjadi seperti sekarang ini. Menara USM adalah salah satunya," terang dia.

Kabar mengenai meninggalnya Prof Muladi itu juga tersebar luas di media sosial terutama di grup Whatsapp.

Andy menyatakan mantan Gubernur Lemhanas tersebut akan dikebumikan di Jakarta.

Sebelumnya diberitakan Prof Muladi terinfeksi Covid-19 bersama isteri sejak Jumat (11/12/2020) malam.

Hal itu disampaikan oleh puterinya Listy Muladi pada Rabu (16/12/2020).

"Saat ini dirawat  di RSPAD, dokter menyarankan transpalansi plasma darah namun stok darah habis," katanya.

Listy pun berharap ada yang bersedia membantu memberikan donor darah plasma untuk golongan darah AB+ dan A+. 

"Ibu yang kena gejala dan bapak OTG (Orang Tanpa Gejala)," tambahnya. (aim)

Baca juga: Indonesia Jadi Negara Pertama di Dunia yang Miliki Industri Baterai Mobil Listrik Hulu-Hilir

Baca juga: Viral Warga Lempari Mobil yang Nekat Lewat di Jalanan Banjir, Netizen Berdebat Kronologi

Baca juga: Komnas HAM Libatkan Ahli PT Pindad dalam Uji Balistik Kasus Penembakan 6 Anggota Laskar FPI

Baca juga: Gisel Jadi Tersangka Kasus Video Syur, Roy Marten: Setiap Orang Pasti Punya Sisi Gelap

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved