Berita Internasional
Iran Tangkap Kapal Tanker Korea Selatan, Sebagian Awak Kapal dari Indonesia
Pemerintah Iran kembali berulah dengan melanggar aturan internasional. Negeri Republik Islam Iran itu mulai memperkaya uranium hingga 20% di fasilita
TRIBUNJATENG.COM, DUBAI - Pemerintah Iran kembali berulah dengan melanggar aturan internasional.
Negeri Republik Islam Iran itu mulai memperkaya uranium hingga 20% di fasilitas bawah tanah pada Senin (4/1/2021).
Saat bersamaan, juga menyita kapal tanker minyak berbendera Korea Selatan di Selat Hormuz yang penting.
Baca juga: Profil Jack Ma yang Dikabarkan Hilang Setelah Lontarkan Kritik Ke Partai Komunis China
Baca juga: 10 Penambang Pakistan Diculik Lalu Dibunuh ISIS Secara Brutal
Baca juga: Gojek Dikabarkan Bakal Merger dengan Tokopedia, Akan Tercipta Raksasa Teknologi di Indonesia
Baca juga: Viral Foto Gading Marten Peluk Sang Ayah, Roy Marten: Itu Bukan untuk Gisel
Aksi itu akan semakin meningkatkan ketegangan di Timur Tengah antara Teheran dan Barat, seperti dilansir AP.
Pengumuman pengayaan di Fordo datang ketika kekhawatiran meningkat bahwa Teheran telah merebut MT Hankuk Chemi.
Iran kemudian mengakui penyitaan tersebut dan menuduh polusi minyak kapal yang memicu aksi itu.
Namun, beberapa jam sebelumnya, Teheran mengatakan seorang diplomat Korea Selatan akan berkunjung dalam beberapa hari mendatang.
Untuk merundingkan pelepasan miliaran dolar asetnya yang sekarang dibekukan di Seoul.
Insiden ganda terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat di hari-hari memudarnya masa jabatan Presiden Donald Trump.
Selama masa jabatan Trump, pemimpin AS secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Teheran dengan kekuatan dunia pada 2018.
Sehingga memicu episode tegang selama berbulan-bulan yang semakin merenggangkan hubungan antar negara.
Televisi pemerintah Iran mengutip juru bicara Ali Rabiei mengatakan Presiden Hassan Rouhani telah memberikan perintah untuk memindahkan fasilitas Fordo.
Keputusan Iran untuk mulai memperkaya kemurnian 20% satu dekade lalu hampir memicu serangan Israel yang menargetkan fasilitas nuklirnya.
Ketegangan mereda dengan kesepakatan atom 2015.
Dimulainya kembali pengayaan 20% dapat melihat bahwa tingkat kemurnian itu hanya selangkah lagi secara teknis dari tingkat tingkat senjata 90%.
Dari Israel, yang memiliki program senjata nuklirnya sendiri yang tidak dideklarasikan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengkritik keputusan pengayaan Iran.
Dia mengatakan itu tidak dapat dijelaskan dengan cara apa pun selain kelanjutan dari mewujudkan tujuannya untuk mengembangkan program nuklir militer.
"Israel tidak akan mengizinkan Iran membuat senjata nuklir," tambahnya.
Teheran telah lama mempertahankan program nuklirnya untuk tujuan damai.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan tidak terlibat dalam kegiatan utama yang terkait dengan desain dan pengembangan senjata nuklir Iran.
Langkah Iran dilakukan setelah parlemennya mengesahkan RUU, yang kemudian disetujui oleh pengawas konstitusi.
Bertujuan meningkatkan pengayaan guna menekan Eropa agar memberikan keringanan sanksi.
Ini juga berfungsi sebagai tekanan menjelang pelantikan Presiden terpilih Joe Biden, yang mengatakan bersedia kembali memasuki kesepakatan nuklir.
Iran memberi tahu Badan Energi Atom Internasional minggu lalu untuk mengambil langkah itu.
IAEA, Senin (4/1/2021) mengatakan inspektur telah memantau kegiatan di Fordo.
Direktur jenderal Rafael Mariano Grossi berencana untuk mengeluarkan laporan kepada negara-negara anggota organisasi PBB di kemudian hari.
Sementara itu, data satelit dari MarineTraffic.com menunjukkan MT Hankuk Chemi di lepas pantai kota pelabuhan Iran Bandar Abbas pada Senin sore.
Kapal telah melakukan perjalanan dari fasilitas petrokimia di Jubail, Arab Saudi, ke Fujairah di Uni Emirat Arab.
Kapal itu membawa bahan kimia yang tidak diketahui, menurut firma analisis data Refinitiv.
Panggilan ke Kementerian Luar Negeri Korea Selatan dan pemilik terdaftar kapal, DM Shipping Co. Ltd. dari Busan, Korea Selatan, tidak segera dijawab.
Kantor berita setengah resmi Iran melaporkan bahwa pihak berwenang telah menangkap awak kapal di kapal yang disita tersebut.
Mencatat mereka adalah warga negara Korea, Indonesia, Myanmar dan Vietnam.
Laporan Iran tidak mengatakan berapa banyak pelaut yang ada di kapal.
Tetapi Dryad Global, sebuah perusahaan keamanan maritim, sebelumnya mengatakan kapal itu memiliki 23 pelaut dari Indonesia dan Myanmar.
Kapal itu membawa 7.200 ton etanol, menurut situs berita yang berafiliasi dengan TV pemerintah.(*)
Baca juga: Temui Ganjar, Pengurus PKS Jateng Sebut Keadilan Sosial & Kesejahteraan Rakyat Belum Merata
Baca juga: Tadi Malam Muncul Lava Pijar Gunung Merapi, BPPTKG Imbau Masyarakat Tingkatkan Kewaspadaan
Baca juga: Ada 20 Anggota Polres Salatiga Terpapar Covid-19 Selama Pandemi, Seorang Perwira Meninggal
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Iran Sita Kapal Tanker Korea Selatan, Sebagian Awak Kapal Dari Indonesia