Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Kisah Pemuda Bertato Hijrah di Semarang, Bosan Hidup di Jalanan Kini Jadi Muadzin

Ahmad Nur Kusuma Yuda  atau akrab disapa Yuda pemuda yang sekujur tubuhnya dipenuhi tato menganggap hidupnya bak rolling coaster. 

Penulis: iwan Arifianto | Editor: m nur huda

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Ahmad Nur Kusuma Yuda  atau akrab disapa Yuda pemuda yang sekujur tubuhnya dipenuhi tato menganggap hidupnya bak rolling coaster. 

Dulu dia menjalani hidupnya begitu keras di jalanan. 

Kini, dia memilih menjalani hidup dengan tenang di Masjid Jami Al-Istiqomah Jalan Kusuma Wardani, Pleburan, Kota Semarang. 

Baca juga: Istri & 3 Anaknya Mau Liburan, Yaman Zai: Tapi Ditunggu Tidak Datang, Ditelepon Tidak Aktif

Baca juga: Penjelasan Direksi Sriwijaya Air Terkait Pesawat SJY-182 Sempat Delay 30 Menit Sebelum Terbang

Baca juga: Arkeolog Temukan Segel Kumbang Berusia Ribuan Tahun dari Era Mesir Kuno di Turki

Baca juga: BCL Ungkap Alasan Tak Lagi Jadi Juri Indonesian Idol: Aku Belum Bisa Berlari Bersama

Bahkan, kini dia memiliki nama baru  yang diberikan para ulama yakni Saad  Al-Maliki.

Nama tersebut diambil dari nama satu sahabat Rasulullah.

Ahmad Nur Kusuma Yuda  sedang salat Zuhur di Masjid Jami Al-Istiqomal,Jalan Kusuma Wardani, Pleburan, Kota Semarang, Sabtu (9/1/2021).
Ahmad Nur Kusuma Yuda  sedang salat Zuhur di Masjid Jami Al-Istiqomal,Jalan Kusuma Wardani, Pleburan, Kota Semarang, Sabtu (9/1/2021). (Tribun Jateng/ Iwan Arifianto)

"Alasan saya memilih hijrah karena bosan hidup di jalanan. 

Hati selalu bertanya-tanya mau sampai kapan hidup terus di jalanan," ujarnya kepada Tribunjateng.com, Sabtu (9/1/2021).

Timbulnya rasa bosan itu, kata dia, muncul sebelum bulan ramadan tahun 2020. 

Ahmad Nur Kusuma Yuda sedang salat Zuhur di Masjid Jami Al-Istiqomah, Jalan Kusuma Wardani, Pleburan, Kota Semarang, Sabtu (9/1/2021).
Ahmad Nur Kusuma Yuda sedang salat Zuhur di Masjid Jami Al-Istiqomah, Jalan Kusuma Wardani, Pleburan, Kota Semarang, Sabtu (9/1/2021). (Tribun Jateng/ Iwan Arifianto)

Dia pun langsung menelepon pamannya di Semarang lantas mengutarakan niatnya untuk taubat dan memilih jalan hijrah. 

"Saya anggap hal itu sebagai hidayah, Allah menuntun saja dan membuka hati saya," ungkapnya. 

Dia melanjutkan, selepas mendapatkan hidayah itu. 

Dia pun kembali dari Jakarta ke Kota Semarang. 

Pasalnya, mulai dari Ayah dan keluarga intinya ada di Semarang. 

"Di sini saya bantu urus Masjid, dari adzan sampai bersihkan Masjid," katanya. 

Dalam tahap ini, ujar dia, perasaannya lebih tenang. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved