Berita Internasional
Erdogan Buka Peluang Normalisasi Hubungan, Israel Minta Syarat yang Semakin Lemahkan Palestina
Akhir tahun lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengungkapkan keinginan Turki untuk memperbaiki hubungan dengan Israel
Kemudian pada Oktober tahun lalu, Times of Israel melaporkan bahwa Hamas telah mendirikan kantor di kota tersebut, serta fasilitas rahasia yang diduga digunakan untuk melakukan serangan siber di Israel.
Selama beberapa tahun terakhir, Turki telah menampilkan dirinya sebagai pendukung perjuangan Palestina, memutuskan hubungan dengan Israel pada 2018 ketika AS dan beberapa negara lain mulai mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Sebagai pengganti strategi pembebasan: Pemilu Palestina dirancang untuk mengulur waktu
Pada Agustus tahun lalu, Erdogan menjamu delegasi Hamas yang dipimpin oleh kepala Biro Politiknya, Ismail Haniyeh.
Washington pun mengutuk pertemuan itu.
Turki juga telah menampilkan dirinya sebagai mediator antara faksi Palestina Hamas dan Fatah, yang memungkinkan mereka untuk bertemu dan bernegosiasi di Istanbul September lalu.
Fraksi-fraksi tersebut mencapai kesepakatan tentang langkah-langkah dialog nasional.
Namun, setelah pembicaraan itu, Hamas dituduh menunda konfirmasi kesepakatan tersebut.
Pada November gerakan tersebut mengatakan bahwa proses rekonsiliasi hancur ketika Fatah dan Otoritas Palestina kembali ke kebijakan kerja sama keamanan dengan Israel. (Intisari)