Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Erupsi Gunung Merapi

Merapi Sedang Erupsi, Warga Balerante Klaten Masih Bertahan Tak Mau Ngungsi, Jaga Harta Benda

Meski Gunung Merapi beberapa kali 'batuk' mengeluarkan luncuran awan panas yang cukup besar sehingga mengkhawatirkan.

Editor: m nur huda
Istimewa
Erupsi gunung Merapi Rabu (27/1/2021) siang. (instagram) 

"Saat ini warga yang termasuk kelompok rentan sudah kita minta untuk pada berada di Tempat Evakuasi Sementara (TES)," ungkapnya.

Sementara di lokasi tersebut, hujan abu vulkanik Gunung Merapi cukup tebal.

Hujan abu vulkanik itu terjadi di 13 dusun dari total 22 dusun yang di Tegalmulyo.

Kepala Desa Tegalmulyo, Sutarno mengatakan saat ini, warga desa tersebut yang berada di KRB III Gunung Merapi sudah menghentikan segala aktivitasnya.

Sebagian warga di KRB III juga telah kembali ke TES yang berada di depan balaidesa.

"Kondisi saat ini warga di KRB III pada turun ke TES. Kalau persentasenya sebagian sudah di TES sekitar 50 persen," ujarnya saat dikonfirmasi.

Ia mengatakan, hujan abu vulkanik di desa tersebut terjadi hampir merata.

Namun di wilayah KRB 3 seperti Dusun Canguk, Dusun Pajegan dan Dusun Sumur hujan abu vulkanik terjadi cukup tebal.

"Dibandingkan hujan abu vulkanik pada pekan lalu, hujan abu vulkanik pada siang ini cukup tebal karena  guguran awan panas siang ini juga cukup tinggi," ujarnya.

Menurut Sutarno hingga sore ini hujan abu masih melanda Desa Tegalmulyo, namun intensitasnya jauh lebih sedikit dari intensitas abu yang turun pada siang hari tadi.

"Sore ini masih turun. Tapi sudah nggal terlalu tebal," ujarnya.

Kepanikan Warga di Kali Woro

Sebelumnya, dari video yang didapatkan TribunSolo.com, terlihat kepanikan puluhan penambang dengan truk-truknya di kawasan Kali Woro Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.

Saat detik-detik letusan Gunung Merapi menjulang ke langit tinggi, warga alias penambang di Kali Woro bisa menyaksikan dengan sangat jelas.

Bahkan tampak penambang berlarian menghentikan kesibukan di tengah mencari pasir.

Padahal sebelumnya, terjadi lahar dingin yang membuat material berlimpah ruah di Kali Woro terutama pasir.

Saat itu warga berhamburan ketika Merapi memuntahkan awan panas ke langit yang terlihat sangat jelas dan besar dari pada biasanya.

Selain itu, letusan tidak biasa Gunung Merapi menyebabkan hujan pasir hingga abu hingga di sejumlah kawasan di Kabupaten Klaten dan sekitarnya.

Dari informasi yang dihimpun TribunSolo.com, erupsi yang menyebabkan awan panas menjulang tinggi ke langit membuat sejumlah daerah ditutupi abu hingga pasir.

Di antaranya terlihat di Dusun Deles, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten yang hanya berjarak beberapa kilometer dari Gunung Merapi.

Adapun di kawasan tersebut, runtuhan abu hingga pasir hingga cukup tebal memenuhi atap dan jalanan pasca letusan cukup besar.

Selain di Klaten, di kawasan Kabupaten Boyolali juga terjadi hujan abu sehingga langit tampak pekat. 

Adapun pasca letusan tidak bisa yang menyebabkan hujan abu dan pasir, membuat langit gelap dan jarak pandang terbatas.

Menghebohkan Warga

Sementara Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) secara resmi mengeluarkan pernyataan resmi.

Adapun pernyataan resmi pasca terjadinya erupsi dahsyat secara tiba-tiba yang menggemparkan warga di sejumlah daerah, mulai Sleman, Klaten dan Boyolali, Rabu (27/1/2021).

Kepala BPPTKG, Hanik Humaida menyebut, Gunung Merapi meletus dan mengeluarkan awan panas guguran dengan jarak maksimum 1.600 meter ke arah barat daya.

Sejak tanggal 4 Januari 2021, Gunung Merapi memasuki fase erupsi yang bersifat efusif yang dikenal juga sebagai tipe Merapi.

Di mana erupsi dengan aktivitas itu berupa pertumbuhan kubah lava, disertai dengan guguran lava dan awan panas guguran.

“Pada hari ini, Rabu (27/01), sejak pukul 00.00-14.00 WIB, Gunung Merapi telah meluncurkan 36 kali awan panas guguran dengan jarak luncur antara 500-3000 meter ke arah barat daya atau hulu Kali Krasak dan Boyong," ungkap dia melalui kanal Youtube resmi BPPTKG, sore.

"Awan panas tercatat di seismogram dengan amplitudo antara 15-60 mm dan durasi 83-197 detik," jelasnya menekankan.

Akibat dari kejadian awan panas guguran tersebut, sejumlah lokasi melaporkan hujan abu dengan intensitas tipis hingga tebal.

Di antaranya di Kecamatan Tamansari dan Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali dan beberapa lokasi di Kabupaten Klaten.

“Hujan abu dapat terjadi sebagai akibat dari kejadian awan panas guguran," aku dia.

"Untuk itu masyarakat diharapkan untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik seperti dengan menggunakan masker, kacamata, dan menutup sumber air”, ujarnya.

Hanik menyatakan bahwa jarak luncur awan panas masih dalam radius bahaya yang direkomendasikan oleh BPPTKG–PVMBG-Badan Geologi, yaitu sejauh lima kilometer dari Puncak Gunung Merapi pada alur Kali Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.

Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas di daerah yang direkomendasikan tersebut.

Selain itu, terkait dengan masih musim penghujan, Hanik mengimbau masyarakat untuk mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di puncak Gunung Merapi.

Terkait dengan potensi bahaya saat ini, Hanik menyatakan bahwa  bahaya erupsi Gunung Merapi saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya.

Di antaranya meliputi Kali Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih dengan jarak maksimal 5 km dari puncak.

"Sedangkan erupsi eksplosif masih berpeluang terjadi dengan lontaran material vulkanik diperkirakan menjangkau radius tiga kilometer dari puncak,” ucapnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Meski Merapi Erupsi Dahsyat, Masih Ada yang Ogah Mengungsi : Alasan Jaga Harta dan Benda di Rumah

Sumber: Tribun Solo
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved