Berita Semarang
Kisah Mbah Suratman Berjualan Perabot Keliling demi Biayai Sekolah Lima Cucu
Baginya ketika sudah berangkat bekerja, pantang untuk bermalas-malasan sebelum tiba waktu pulang.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: M Syofri Kurniawan
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kaki Suratman (69) perlahan berjalan mengiringi setiap putaran roda sepeda antik yang dituntunnya.
Sembari menopang tumpukan barang pada sepeda itu, ia menyusuri jalanan beraspal Kota Semarang untuk menjajakan dagangan.
"Perabot..." ucapnya menawarkan barang-barang yang menutup hampir seluruh sisi sepedanya, baru-baru ini.
Baca juga: Istri Menunggu Dijemput Suami, Ternyata Datang Polisi Kabarkan Suami Meninggal Kecelakaan
Baca juga: Kasus Wanita Semarang Dilaporkan Besan: Kami Kecewa, Dulu Mereka Keluarga dan Hubungannya Baik
Baca juga: Khirani Curhat Perlakuan Bambang Trihatmodjo Ayahnya Lalu Sebut Nama Mayangsari: Suami Siapalah
Baca juga: Pengakuan Dzaki Bocah 4 Tahun yang Diculik, Ditemukan Berjalan dengan Mata Tertutup, Tangan Terikat
Langkah Suratman seketika terhenti ketika seorang pembeli menghampiri.
Dengan sigap, pria lanjut usia itu menurunkan sepotong kayu menggantikan perannya menopang sepeda.
Lantas diambilnya sebuah celengan di antara puluhan perabot yang dibawa.
"Harganya Rp 10 ribu," kata dia sumringah yang disusul pembeli dengan sodoran uang pas.
Di usianya yang sudah sudah sepuh, Suratman tetap bersemangat bekerja.
Ia terlihat tegap mengiring sepeda dengan beban lebih dari 50 kilogram meski setiap paginya hanya segelas teh dan dua biji gorengan yang masuk ke dalam perutnya.
Bukan karena kekurangan uang untuk makan, melainkan itulah yang menjadi kebiasaannya.
Bahkan seusai melayani pembeli dan sejenak rehat di bawah pohon rindang jalan Singosari Semarang kala itu, Suratman segera melanjutkan keliling menjajakan dagangan dari kampung ke kampung.
Baginya ketika sudah berangkat bekerja, pantang untuk bermalas-malasan sebelum waktu pulang tiba.
"Dari rumah saya naik angkutan umum sampai pasar Bulu. Setelah itu saya ambil sepeda (yang dititipkan) di sana, kemudian jalan keliling sepeda melewati Rumah Sakit Kariadi, Gang Nangka, Singosari, keliling kampung-kampung sampai malamnya kembali," kata dia warga Mranggen Demak itu menceritakan pekerjaan sehari-harinya.
Sudah 29 tahun sapaan Mbah Suratman itu berjualan perabot keliling.
Ia berjalan berpuluh-puluh kilometer menjajakan dagangannya.
Menurutnya, hal itu rela dilakoni semata untuk menghidupi keluarga.
"Saya ingat dulu waktu anak mbarep 'anak pertama' berusia tiga tahun, bilang 'Bapak ikut, Bapak ikut...' lalu saya gendong, saya ajak berjualan keliling.
Tidak menyangka sekarang usianya sudah 32 tahun.
Sampai sekarang saya tetap cari nafkah, biar kebutuhan keluarga cukup," kata Suratman.
Setiap harinya, ayah tiga anak itu mampu menjual 10 sampai 15 biji perabot dengan penghasilan Rp 75 ribu sampai Rp 150 ribu perhari.
Dari penghasilannya itu Suratman bertekad untuk menyekolahkan cucu-cucunya.
Ia dibantu istri dengan berjualan sayur keliling.
"Selama masih sehat, saya tidak masalah berjualan keliling setiap hari.
Cucu saya lima, yang dua masih SD dan yang tiga masih TK.
Sekolahnya saya bantu tanggung semua.
Tidak apa-apa saya bantu asalkan mereka sekolahnya pintar dan keinginan saya, cucu bisa mondok (masuk pesantren) semua," kata dia sembari meraba saku bajunya. (idy)
Baca juga: Imigran Ini Tikam Petugas Kecewa Hak Tinggalnya Ditolak
Baca juga: Ainun Teriak dan Bunyikan Klakson saat Ponselnya Disambar dari Belakang, Si Jambret Tak Jadi Senang
Baca juga: Video Komjen Agus Andrianto Jenderal Polisi yang Fasih Memarut Kelapa
Baca juga: Lama Tak Merumput, Pelatih Sepak Bola Semarang Ini Pilih Jualan Jahe Rempah