Berita Regional
Kisah Anak 12 Tahun Harus Jadi Tulang Punggung Keluarga Karena Ayah dan Ibu Lumpuh
Seorang anak usia 12 tahun menjadi tulang punggung keluarga di di Kampung Kota Tunda, Desa Nanga Meje, Kecamatan Elar Selatan, Manggarai Timur.
Saat itu Wihelmina tidak bisa berbicara karena lidahnya tertarik ke dalam.
Hal tersebut dirasakan sang istri sepulang dari rumah sakit.
Sedangkan Benediktus mengalami kelumpuhan sejak 2019.
Kakinya tidak bisa digerakkan sepulang dari kebun.
"Kalau saya, awalnya itu saya rasa nyilu di tulang. Kemudian kaku dan tidak bisa jalan," ucapnya.
Dengan kondisi tersebut, Benediktus dan Wihelmina hanya bisa berbaring sepanjang hari dan hanya mengandalkan anaknya, Risalianus.
Sejak saat itu Risalianus banting tulang demi keluarga, salah satunya dengan memanfaatkan kebun kopi dan kemiri.
Baca juga: Arti Mimpi Melahirkan, Ada 10 Tafsir Mimpi Berbeda, Simak Penjelasannya
Baca juga: Akses ke Ladang Terhalang, Warga Bongkar Pagar Pembatas Jalan Tol
Baca juga: Pasca Lima Nasabah Alami Kerugian Hilangnya Saldo, Nasabah Bank BRI Bojonegoro Ramai Datangi Kantor
Baca juga: Babak Pertama Atalanta vs Real Madrid di Liga Champions, Lawan 10 Orang Tim Zidane Masih Buntu
"Pulang sekolah dan hari-hari libur. Setelah dia urus makan untuk kami, dia ke sawah atau ke kebun. Hasilnya itu supaya kami bisa makan dan beli kebutuhan sehari-hari," ujar dia.
Sementara tanaman padi di sawah biasa panen dua kali dalam setahun.
Mereka menggantungkan hidup dari belas kasih tetangga dan Komunitas berbasis gerejani (KBG), kelompok doa di tingkat keluarga.
Keluarga Risalianus juga mendapatkan dana Program Keluarga Harapan (PKH) dari pemerintah.
Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Manggarai, Markus Makur | Editor : David Oliver Purba)