Berita Semarang
BPPT Dorong Pelaku UKM Batik di Jateng Manfaatkan Minyak Sawit sebagai Bahan Industri
BPPT mendorong para pelaku UKM batik untuk memanfaatkan hasil riset khususnya minyak sawit.
Penulis: m zaenal arifin | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mendorong para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) batik untuk memanfaatkan hasil riset khususnya minyak sawit sebagai bahan industri khususnya industri batik.
Karena itu, BPPT menggelar sosialisasi dan workshop penggunaan malam berbahan turunan minyak sawit pada UKM batik di Hotel Aston Inn Pandanaran, Kota Semarang, Selasa (16/3/2021).
Sosialisasi yang digelar atas dukungan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Kementerian Keuangan itu diikuti 40 pelaku UKM Batik dari beberapa daerah di Jawa Tengah.
Direktur Pusat Teknologi Agroindustri BPPT, Arief Arianto mengatakan, hasil riset yang digunakan dalam malam batik adalah turunan sawit yang ditujukan untuk menggantikan parafin yang biasa digunakan dalam malam batik yang dinamai Bio Parafin Substitue (Bio-Pas).
"Melalui sosialisasi produk formulasi lilin batik kepada para pelaku industri batik di sentra-sentra batik di Indonesia, khususnya di Semarang, diharapkan produk riset baru ini dapat diterima pasar," kata Arief.
Dikatakannya, penggantian parafin berbasis minyak bumi (petroleum) dengan bahan yang bersumber dari produk terbarukan sangat penting mengingat keberlangsungan produksi batik membutuhkan penyediaan sumber daya yang lestari dan sebisa mungkin terbarukan dan lokal.
Hal itu karena pemakaian bahan dari sumber daya tak terbarukan dapat mengancam keberlanjutan industri batik yang menjadi warisan budaya Indonesia. Oleh karena itu, parafin dari sumber minyak bumi perlu dicari penggantinya dari sumber daya lain yang berkelanjutan dan berasal dari dalam negeri.
"Karena dipastikan ketergantungan Indonesia terhadap impor untuk pemenuhan minyak bumi akan membesar. Bahkan sangat mungkin harus memenuhi total kebutuhannya melalui impor kurang dari 15 tahun mendatang," paparnya.
Ia menegaskan, salah satu potensi yang dapat menjadi sumber bahan pengganti parafin minyak bumi adalah kelapa sawit. Ia menyampaikan, Indonesia merupakan penghasil minyak sawit terbesar dunia dengan produksi lebih dari 40 juta ton per tahun.
"Minyak sawit memiliki fraksi padat stearin yang saat ini umumnya dipisahkan dalam industri refinery fraksinasi, yang berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku untuk produk pengganti parafin," jelasnya.
Namun, lanjutnya, lemak padat sawit tersebut masih memerlukan berbagai tahapan proses modifikasi struktur molekulnya untuk dapat kompatibel dengan komponen-komponen penyusun formula malam batik lainnya sehingga diperoleh karakteristik formula malam batik yang tepat.
Bio-Pas tersebut merupakan produk berbasis minyak sawit yang telah dikembangkan oleh BPPT sebagai pengganti parafin berbasis minyak bumi. Selanjutnya, melalui riset bersama Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB), diformulasi menjadi malam batik.
"Keunggulan malam batik dari minyak sawit ini, mampu menjadi perintang warna yang bagus. Tidak terdapat rembesan warna yang masuk di tapak canting, dan hasil pewarnaan yang dihasilkan tajam dan cerah," ujarnya.
Menurutnya, keberhasilan formulasi tersebut akan memberi peluang bagi kemandirian dan jaminan penyediaan bahan bagi industri batik secara jangka panjang berbasis bahan terbarukan yang tersedia di dalam negeri.
"Salah satu keunggulan produk ini tidak hanya menggantikan parafin basis minyak bumi tapi juga bisa mengurangi beberapa komponen dalam pembuatan malam yang diharapkan bisa mengurangi harga malam batik," harapnya. (*)