Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Liputan Khusus

Pengusaha di Kota Semarang Mulai Bersiap Terima Anak Kos

Sejak pandemi Covid-19 banyak sektor usaha yang terdampak. Satu di antaranya sektor usaha rumah kos yang berlokasi di sekitar perguruan tinggi.

Editor: iswidodo
tribunjateng/faizal m affan
Sejak pandemi Covid-19 banyak sektor usaha yang terdampak. Satu di antaranya sektor usaha rumah kos yang berlokasi di sekitar perguruan tinggi. 

Ia menambahkan, dalam satu bulan rata-rata satu rumah kos yang dia miliki bisa menghasilkan omzet antara Rp 5 juta hingga Rp 10 juta. Namun dalam satu tahun terakhir, omzetnya jatuh hingga Rp 2 juta per bulan.

"Ya sejak pandemi ini beberapa rumah kos sepi. Yang biasanya bisa sampai Rp 10 juta, kini paling besar hanya Rp 2 juta. Saya ya pasrah saja, memang kondisinya sedang begini, mau apa lagi," ujar Mustakim.

Dari seluruh rumah kos yang dimilikinya, setiap kamar sudah dipasangi meteran listrik prabayar. Sehingga, ia tak perlu khawatir harus bayar listrik walaupun tidak ada penghuni kos.

"Meteran listriknya yang pakai token. Jadi kalau tidak dipakai ya tidak harus bayar. Untung saja beberapa rumah kos yang ada, tidak ada yang saya agunkan ke bank. Jadi saya tidak dikejar cicilan. Hanya dikejar kebutuhan harian saja," terangnya.

Mulai Ada Harapan
Dari beberapa pengakuan sesama pemilik rumah kos, ada yang melakukan strategi diskon selama masa pandemi. Namun, Mustakim tidak melakukannya sebab harga sewa yang diterapkannya sudah sesuai dengan hitungan kebutuhan rumah kos.

"Tidak ada yang diskon. Kalau tidak ada yang menghuni ya sudah, enggak apa-apa. Karena harganya sudah sesuai dengan kebutuhan kos-kosan itu sendiri. Daripada rugi, mending tidak didiskon," tegasnya.

Tetapi menurutnya sejak awal tahun 2021, sudah ada beberapa orang yang berminat untuk menghuni rumah kos miliknya. Walaupun masih sekadar bertanya dan melihat-lihat, setidaknya mulai ada pemulihan kondisi. "Alhamdulillah ini kondisinya mulai membaik. Walau belum begitu drastis, tapi sudah ada harapan," tutupnya.

Sementara itu, Wijaya, satu di antara pemilik kos yang ada di wilayah Tembalang, mengatakan omzet dari rumah kosnya anjlok. Sejak diberlakukannya pembelajaran daring, seketika penghuni kos langsung pulang ke rumah mereka masing-masing.

"Rata-rata yang ngekos di tempat saya orang Jawa Barat. Sejak pandemi langsung drop. Bahkan warung makan yang biasanya ramai, juga ikut drop. Omzet terjun bebas. Ya sudah mau bagaimana lagi, memang kondisinya seperti ini," katanya.

Biasanya, dalam sebulan Wijaya bisa mengantongi penghasilan dari rumah kos hingga Rp 20 juta. Tapi sejak pandemi dan pembelajaran daring, ia hanya gigit jari.

"Selama pembelajaran daring, penghuni kos sudah saya beri pilihan. Barang-barang mereka silahkan tetap ada di kos, namun hanya saya kenakan biaya sewa separuhnya aja. Kalau tidak mau, ya harus ikut dibawa pulang. Jadi yang bayar separuh itu nanti kalau sudah mulai kuliah lagi tidak perlu repot cari kos," tegasnya. (tim)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved