Kebakaran Kilang Balongan
Beda Statemen Pertamina dan BMKG Tentang Petir yang Diduga Sebabkan Kebakaran Kilang Minyak Balongan
Tangki di kilang minyak milik PT Pertamina RU VI di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, mengalami kebakaran pada Senin (29/3/2021) dini hari.
TRIBUNJATENG.COM, INDRAMAYU - Tangki di kilang minyak milik PT Pertamina RU VI di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, mengalami kebakaran pada Senin (29/3/2021) dini hari.
Diberitakan sebelumnya, Corporate Secretary Subholding Refining and Petrochemical Pertamina Ifky Sukarya mengatakan, kebakaran diduga akibat petir yang terjadi pada Senin dini hari.
Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu, Rahmat Triyono menjelaskan, BMKG melakukan analisis terhadap kejadian sambaran petir di sekitar lokasi kilang minyak Indramayu pada jam perkiraan kejadian kebakaran tersebut.
Baca juga: 3 Orang Terpental dari Mobil saat Kilang Minyak Pertamina Balongan Meledak
Baca juga: Komisi VII DPR Minta Pertamina Utamakan Masyarakat Terdampak Kebakaran di Balongan
Baca juga: Pertamina Atur Skema Darurat Suplai BBM Akibat Kebakaran Kilang Balongan
Baca juga: Inilah Pernyataan Resmi PT Pertamina Soal Tragedi Meledaknya Kilang Balongan
"Berdasarkan alat monitoring lightining detector yang berlokasi di BMKG Jakarta dan BMKG Bandung dari pukul 00.00 sampai pukul 02.00 WIB, bahwa tidak terdeteksi adanya aktivitas sambaran petir di wilayah kilang minyak Balongan Indramayu," ujar Rahmat melalui siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (30/3/2021).
Ketika dikonfirmasi ulang, Rahmat menegaskan bahwa pihaknya tidak menyimpulkan penyebab ledakan dan kebakaran kilang minyak Pertamina Balongan tersebut.
Akan tetapi, hanya menyampaikan data pada saat kejadian, tidak ada sambaran petir di sekitar Balongan.
"Ada (sambaran petir) tapi cukup jauh, bahwa apakah itu bisa sebagai pemicu kemudian membuat meledak, saya tidak menyimpulkan hal itu karena harus ada penelitian yang lebih mendalam," tegas Rahmat.
BMKG melaksanakan monitoring aktivitas sambaran petir di seluruh wilayah Indonesia dengan menggunakan alat pendeteksi petir di 56 lokasi.
Monitoring dilakukan menggunakan alat lightning detector dengan resolusi alat monitoring BMKG efektif pada radius 300 kilometer.
Alat monitoring ini, lanjut Rahmat, terpasang di 11 stasiun BMKG dan di Pulau Jawa untuk memantau aktivitas petir dari Banten hingga Jawa Timur.
"Berdasarkan hasil monitoring alat kelistrikan udara bahwa pada 29 Maret 2021 pukul 00.00-02.00 WIB, menunjukkan kerapatan petir berkumpul pada bagian barat kilang minyak Balongan sejauh kurang lebih 77 km, yaitu di sekitar Subang dengan klasifikasi tingkat kerapatan petirnya sedang-tinggi," tutur Rahmat.
Baca juga: Inilah Pernyataan Resmi PT Pertamina Soal Tragedi Meledaknya Kilang Balongan
Baca juga: Komisi VII DPR Segera Panggil Pertamina Terkait Kebakarang Kilang Minyak Balongan Indramayu
Baca juga: Kebakaran Kilang Minyak Pertamina di Indramayu, Warga Merasakan seperti Gempa Bumi saat Meledak
Baca juga: Kebakaran Kilang Minyak Pertamina di Balongan Indramayu, 4 Warga Terluka
Lebih lanjut, Rahmat menjelaskan, petir merupakan kilatan listrik di udara yang disertai bunyi gemuruh karena bertemunya awan yang bermuatan listrik positif dan negatif.
Petir mempunya 3 tipe, yaitu dari awan ke awan, di dalam awan dan dari awan ke bumi.
Petir yang paling berbahaya bagi kehidupan di bumi adalah dari awan ke bumi.
Diberitakan, telah terjadi insiden di kilang Pertamina Balongan yang menyebabkan terjadinya kebakaran pada tangki T-301G. Adapun menurut Pertamina, insiden itu terjadi pada Senin (29/3/2021) dini hari sekitar pukul 00.45 WIB. (*)
Berita lainnya tentang Pertamina
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kebakaran Kilang Minyak Pertamina Balongan Diduga karena Petir, Begini Analisis BMKG..."