Berita Gempa

Waspada Aktivitas Gempa di Jateng Lima Tahun Terakhir Meningkat, BMKG Beri Rekomendasi Ini ke Pemda

Aktivitas kegempaan di Jawa Tengah meningkat dalam lima tahun terakhir dalam periode tahun 2008 sampai 2020.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: galih permadi
BMKG
ilustrasi gempa bumi 

TRIBUNJATENG. COM, BANJARNEGARA - Aktivitas kegempaan di Jawa Tengah meningkat dalam lima tahun terakhir dalam periode tahun 2008 sampai 2020.

Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie  memaparkan, pada tahun 2015 tercatat 99 gempa di Jawa Tengah.

Di lima tahun terakhir sebelumnya, jumlah gempa yang terjadi juga relatif sedikit antara puluhan hingga seratusan lebih kejadian.

Tetapi mulai tahun 2016, grafik jumlah gempa di Jawa Tengah meningkat tajam menjadi 663 di tahun 2016, 553 di tahun 2017, 660 di tahun 2018, 624 di tahun 2019 dan 523 kejadian di tahun 2020.

“Terdapat loncatan aktivitas kegempaan, khususnya lima tahun terakhir,” katanya dalam Webinar "Menguak Jejak Gempa Megathrust dan Sesar Aktif di Banyumas Raya" yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Purwokerto, Selasa (20/4/2021) 

Ajie mengatakan, terdapat 295 sesar aktif di seluruh Indonesia.

Yang perlu diwasapdai, 7 sesar aktif di antaranya berada di Jawa Tengah, yakni Baribis Kendheng, Ajibarang, Merapi Merbabu, Muria, Pati/Lasem, Ungaran 1 dan 2.

Adapun potensi magnitude kegempaan yang dapat dihasilkan M 6.6

Wilayah Kabupaten Banyumas dan sekitarnya (Banyumas Raya), menurut dia, termasuk daerah yang rawan terjadi gempa bumi.

Menilik sejarah, wilayah Banyumas dan sekitarnya juga pernah diguncamg gempa dengan dampak cukup besar.

Semisal gempa pada 13 Agustus 1863 yang menyebabkan pabrik gula rusak berat, kemudian 27 Maret 1871 mengakibatkan bangunan pemerintah dan rumah rusak. Lalu pada 14 Februari 1976, epicenter di Purwokerto

Mengingat potensi kejadian gempabumi yang cenderung meningkat, pihaknya merekomendasikan kepada Pemerintah Daerah (Pemda) agar upaya mitigasi perlu segera ditingkatkan.

BMKG pun sudah melakukan berbagai upaya peningkatan mitigasi bencana gempa bumi. BMKG rajin menggelar Sekolah Lapang Geofisika untuk mewujudkan masyarakat siaga bencana, termasuk ancaman gempa bumi dan tsunami.

Pihaknya juga mengembangkan alat penyerbarluasan informasi melalui frekuensi radio sebagai bagian upaya mitigasi bencana. Ini cukup bermanfaat bagi masyarakat di daerah rawan yang terkendala sinyal atau jaringan internet.

“Sehingga masyarakat yang susah sinyal, bisa menggunakan frekuensi radio dan menerima pesan dalam bentuk suara,”katanya.(*)

Sumber: Tribun Jateng
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved