Berita Temanggung
Alasan Orangtua Aisyah Temanggung Simpan Mayat di Kamar: Percaya Dukun Bisa Hidupkan Lagi Anaknya
Seorang anak perempuan berusia 7 tahun ditemukan meninggal dunia di kamar rumahnya di Dusun Paponan, RT 002 RW 003 Desa Bejen, Temanggung
TRIBUNJATENG.COM, TEMANGGUNG - Seorang anak perempuan berusia 7 tahun ditemukan meninggal dunia di kamar rumahnya di Dusun Paponan, RT 002 RW 003 Desa Bejen, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (16/5/2021).
Aisyah sudah meninggal dunia dan mayatnya disimpan oleh orangtuanya sejak 4 bulan yang lalu.
Kasat Reskrim Polres Temanggung AKP Setyo Hermawan mengatakan, jasad korban sengaja disimpan di kamar karena orangtua Aisyah percaya jika Hariyono, tetangga yang dikenal sebagai "orang pintar" atau dukun di wilayahnya itu memiliki kemampuan bisa menghidupkan kembali anaknya.
Baca juga: Aisyah Bocah SD Temanggung Meninggal Jalani 2 Kali Ruwatan, Dipaksa Makan Biji Mahoni dan Cabai
Baca juga: Inilah Sosok Hariyono Dukun Tersangka Meninggalnya Aisyah Temanggung, Mayat Disimpan di Kamar
Baca juga: Dukun Kasus Meninggalnya Aisyah Temanggung: Kepala Bocah Dibenamkan ke Bak Mandi Bagian dari Ruwat
Baca juga: Heboh Orangtua di Temanggung Simpan Mayat Anak Perempuan di Kamar, Tersisa Kulit dan Tulang
"Atas pengaruh dukun ini, ayah ibu korban yakin anaknya akan hidup dan hilang sifat nakalnya," ujar Setyo kepada wartawan, Rabu (19/5/2021).
Secara berkala, Marsidi dan Suwartinah membersihkan jasad anak kedua dari 2 bersaudara itu menggunakan tisu dan cotton bud.
Saat ditemukan kondisi mayat dalam keadaan kering, tesisa kulit dan tulang.
Menurut Setyo, para tetangga korban tidak mencium bau mayat lantaran M dan S selalu menyemprot pengharum ruangan dan banyak kapur barus.
Apalagi lokasi kamar tertutup rapat, dan jarak antara rumah korban dengan rumah tetangga cukup jauh.
Setyo menambahkan, untuk mengikuti seluruh ritual ini, Marsidi dan Suwartinah bahkan rela memberikan jasa uang dengan total lebih dari Rp 6 juta kepada Hariyono dan asistennya, Budiyono.
"Orangtua memberikan uang sebagai jasa konsultasi kepada dukun, walaupun jumlahnya tidak sama (setiap konsultasi/transkasi), tapi informasi yang kami dapatkan, sejak kejadian sampai kemarin terkumpul uang sampai lebih dari Rp 6 juta," terang Setyo.
Dikatakan Setyo, hasil pemeriksaan intensif ayah dan ibu korban juga percaya dengan Hariyono dan Budiyono yang menyebut korban nakal karena dirasuki makhluk dunia lain yaitu genderuwo.
Untuk menghilangkan genderuwo itu, kata Setyo, Hariyono dan Budiyono meminta Marsidi dan Suwartinah melaksanakan ritual menenggelamkan kepala anak di bak mandi berisi air.
Ritual itu ternyata sudah dilakukan beberapa kali, terakhir pada Desember 2019.
Ritual dilakukan di bak kamar mandi rumah Marsidi berukuran lebar 1 meter, panjang 2 meter, tinggi 1 meter.
Air bak mandi selalu penuh karena sistem air di desa itu selalu mengalir sehingga tidak pernah mati.