Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Apa Itu Ain? Penyakit Pandangan Mata, Ramai Dibicarakan Netizen di Kolom Komentar Aurel Hermansyah

Apa Itu Ain? Penyakit Pandangan Mata, Ramai Dibicarakan Netizen di Kolom Komentar Aurel Hermansyah

Penulis: non | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUNNEWS
Apa Itu Ain? Penyakit Pandangan Mata, Ramai Dibicarakan Netizen di Kolom Komentar Aurel Hermansyah 

TRIBUNJATENG.COM - Kabar duka datang dari pasangan pengantin baru Aurel Hermansyah dan Atta Halilintar.

Putri sulung Anang Hermansyah dan Krisdayanti tersebut baru saja mengalami keguguran.

Hal itu dikabarkan pasangan Aurel dan Atta mengenai postingan mereka di akun Instagram masing-masing.

Pada postingan tersebut banyak netizen yang meninggalkan komentar mengenai penyakit ain.

Baca juga: Apa Itu Ghosting? Ini 3 Alasan Utama Terjadinya Ghosting Menurut Psikolog

Baca juga: Apa Itu Hamas? Kelompok Militan Palestina Miliki Brigade Izz Al-Din Al-Qassam

Baca juga: Tasya Kamila Stres Dampingi Randi Bachtiar Suaminya Pengobatan Kanker Limfoma

Baca juga: Bukan Bucin, Ini Alasan Instagram Vino G Bastian Cuma Follow Istri Marsha Timothy

Banyak netizen menduga keguguran yang dialami Aurel diakibatkan oleh penyakit ain.

Apa itu penyakit ain?

Dalam Islam Ain dikenal sebagai istilah penyakit pandangan mata yang bisa menyebabkan orang lain sakit bahkan meninggal dunia.

Dilansir oleh Tribun Sumsel, mengutip dari Muslim.or.id, Ain adalah penyakit atau gangguan yang disebabkan pandangan mata.

Seperti yang disebutkan oleh Syaikh Abdurrahman bin Hasan:

إصابة العائن غيرَه بعينه

“Seorang yang memandang, menimbulkan gangguan pada yang dipandangnya” (Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid, hal. 69).

Penyakit ain dalam islam adalah pengaruh dari pandangan hasad atau dengki dari seseorang.

Sehingga orang yang dipandang bisa mengalami gangguan berupa penyakit, kerusakan, hingga kematian.

Dijelaskan oleh Al Lajnah Ad Daimah:

Arab: مأخوذة من عان يَعين إذا أصابه بعينه ، وأصلها : من إعجاب العائن بالشيء ، ثم تَتبعه كيفية نفْسه الخبيثة ، ثم تستعين على تنفيذ سمها بنظرها إلى المَعِين

Artinya: ain dari kata 'aana - ya'iinu yang artinya: terkena sesuatu hal dari mata. Asalnya dari kekaguman orang yang melihat sesuatu,

lalu diikuti oleh respon jiwa yang negatif, lalu jiwa tersebut menggunakan media pandangan mata untuk menyalurkan racunnya

kepada yang dipandang tersebut. (Fatwa Al Lajnah Ad Daimah, 1/271).

Penyebab penyakit ain

Penyakit ain disebabkan oleh sifat hasad atau iri dengki terhadap nikmat yang dimiliki oleh orang lain.

Maka dari itu, Allah meminta agar umat Muslim untuk berlindung dari sifat hasad.

Dalam Quran surat Al Falaq, ayat 5 yang berbunyi

Wa min syarri sidin i asad

Artinya: dan (berlindung) dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.

Berkata Imam Ibnul Qayyim dalam Zadul Ma’ad: "Jiwa orang yang menjadi penyebab ‘ain bisa saja menimbulkan penyakit ‘ain tanpa harus dengan melihat.

Bahkan terkadang ada orang buta, kemudian kepadanya diceritakan tentang sesuatu, jiwanya bisa menimbulkan penyakit ‘ain, meskipun dia tidak melihatnya.

Ada banyak penyebab yang bisa menjadi sebab-sebab terjadinya ‘ain, meskipun dengan cerita saja tanpa melihat langsung”

Cara mengobati penyakit ain

Adapun orang yang terlanjur terkena ‘ain maka yang pertama kali harus dilakukan adalah bersabar.

Hendaknya ia meyakini bahwa penyakit ‘ain itu terjadi atas izin Allah. Allah Ta’ala berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّـهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّـهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّـهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah

niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. At Taghabun: 11).

Dan hendaknya ia bertawakkal hanya kepada Allah. Ia meyakini bahwa satu-satunya yang bisa menyembuhkan hanyalah Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman:

وَإِن يَمْسَسْكَ اللَّـهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ

“jika Allah menimpakan suatu mudharat kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Allah sendiri” (QS. Al An’am: 17).

Jika orang yang terkena ‘ain bertawakkal kepada Allah sepenuhnya, maka pasti Allah akan sembuhkan. Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah pasti Allah akan penuhi kebutuhannya” (QS. Ath Thalaq: 3).

Dan hendaknya orang yang terkena ‘ain mengusahakan sebab-sebab yang bisa menyembuhkan penyakit ‘ain, diantaranya:

Mandi dari air bekas mandi orang yang menyebabkan ‘ain

Sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhum, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

العين حق ولو كان شيء سابق القدر لسبقته العين ، وإذا استغسلتم فاغسلوا

“‘Ain itu benar adanya. Andaikan ada perkara yang bisa mendahului takdir, maka itulah ‘ain.

Maka jika kalian mandi, gunakanlah air mandinya itu (untuk memandikan orang yang terkena ‘ain)” (HR. Muslim no. 2188).

Mandi dari air bekas wudhu orang yang menyebabkan ‘ain

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Umamah bin Sahl di atas.

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan Amir bin Rabi’ah untuk berwudhu dan menyiramkan air wudhunya kepada Sahl yang terkena ‘ain. Dalam riwayat yang lain:

فَأَمَرَ عَامِرًا أَنْ يَتَوَضَّأَ، فَغَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ، وَرُكْبَتَيْهِ وَدَاخِلَةَ إِزَارِهِ، وَأَمَرَهُ أَنْ يَصُبَّ عَلَيْهِ

“Lalu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan Amir untuk berwudhu. Lalu Amir membasuh wajah dan kedua tangannya hingga sikunya, dan membasuh kedua lututnya dan bagian dalam sarungnya.

Lalu Nabi memerintahkannya untuk menyiramkannya kepada Sahl” (HR. An Nasa’i no. 7617, Ibnu Majah no. 3509, Ahmad no. 15980, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).

Dari Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata :

كانَ يُؤمَر العائِنُ، فيتوضّأُ، ثم يَغْتَسِلُ منه المَعِينُ

“Dahulu orang yang menjadi penyebab ‘ain diperintahkan untuk berwudhu, lalu orang yang terkena ‘ain mandi dari sisa air wudhu tersebut” (HR Abu Daud no 3885, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no.2522).

Ruqyah syar’iyyah

Sebagaimana hadits dari Asma bintu Umais radhiallahu’anha, ia berkata:

يا رسول الله ، إن بني جعفر تصيبهم العين ، أفنسترقي لهم ؟ ، قال : نعم ، فلو كان شيء سابق القدر لسبقته العين

“Wahai Rasulullah, Bani Ja’far terkena penyakit ‘ain, bolehkah kami minta mereka diruqyah? Nabi menjawab: iya boleh.

Andaikan ada yang bisa mendahului takdir, itulah ‘ain” (HR. Tirmidzi no.2059, Ibnu Majah no. 3510, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah).

Ada beberapa cara meruqyah orang yang terkena ‘ain, diantaranya dengan membacakan doa yang ada dalam hadits ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata:

“Ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam merasakan sakit, Malaikat Jibril meruqyahnya dengan doa:

باسْمِ اللهِ يُبْرِيكَ، وَمِنْ كُلِّ دَاءٍ يَشْفِيكَ، وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إذَا حَسَدَ، وَشَرِّ كُلِّ ذِي عَيْنٍ

/bismillahi yubriik, wa min kulli daa-in yasyfiik, wa min syarri haasidin idza hasad, wa syarri kulli dzii ‘ainin/

(dengan nama Allah yang menyembuhkanmu. Ia menyembuhkanmu dari segala penyakit dan dari keburukan orang yang hasad dan keburukan orang yang menyebabkan ‘ain) (HR. Muslim no.2185).

Atau membaca doa-doa ruqyah dari hadits-hadits shahih yang lainnya, serta ayat-ayat Al Qur’an. Dan semua ayat-ayat Al Qur’an bisa untuk meruqyah. (tribunjateng/non)

TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved