Readers Note
Kenapa Lonjakan Flu di Musim Hujan Harus Diwaspadai
SAAT hujan mulai rutin turun di berbagai daerah, fenomena yang sering dianggap “biasa” kembali muncul yaitu batuk, pilek, dan demam
Kenapa Lonjakan Flu di Musim Hujan Harus Diwaspadai
Oleh : Prima Trisna Aji
Dosen Prodi Spesialis Medikal Bedah
Universitas Muhammadiyah Semarang
SAAT hujan mulai rutin turun di berbagai daerah, fenomena yang sering dianggap “biasa” kembali muncul yaitu batuk, pilek, dan demam yang menyerang banyak orang secara bersamaan. Namun kali ini, tren tersebut bukan sekadar flu musiman biasa. Data dari Kementerian Kesehatan RI pada Oktober 2025 menunjukkan lonjakan kasus influenza-like illness (ILI) di sejumlah provinsi, terutama di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Rumah sakit dan klinik melaporkan peningkatan pasien dengan gejala mirip flu hingga 30 persen dalam dua minggu terakhir. Mengutip dari Detik health tahun 2025 Pakar kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia, dr. Tri Yunis Miko Wahono, mengingatkan bahwa perubahan cuaca ekstrem dari panas ke lembab menciptakan kondisi ideal bagi virus influenza tipe A dan B untuk berkembang biak. “Virus ini sangat cepat menular melalui percikan udara. Ketika daya tahan tubuh menurun akibat kelelahan atau perubahan suhu, peluang tertular meningkat drastis,” ujarnya (Detik Health, 2025).
Flu Bukan Penyakit Sepele
Sayangnya, banyak masyarakat masih menganggap flu sebagai penyakit ringan yang tak perlu ditangani serius. Padahal, bagi kelompok rentan seperti anak-anak, ibu hamil, dan lansia, infeksi influenza dapat menyebabkan komplikasi berat, termasuk pneumonia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 650 ribu kematian per tahun di dunia disebabkan oleh komplikasi influenza.
Di Indonesia, vaksinasi influenza masih jauh dari memadai. Survei Kemenkes tahun 2024 mencatat cakupan vaksinasi flu pada tenaga kesehatan hanya mencapai 18 persen, dan pada kelompok lansia bahkan di bawah 10 persen. Kondisi ini membuat masyarakat tidak memiliki kekebalan populasi yang cukup untuk menahan laju penularan.
Kesiapsiagaan Mulai Luntur
Sejak pandemi COVID-19 mereda, kebiasaan memakai masker dan menjaga jarak perlahan ditinggalkan. Di ruang publik, banyak orang kembali menganggap batuk-pilek ringan bukan masalah. Sekolah dan kantor mulai abai terhadap ventilasi ruangan, sementara kebijakan bekerja atau belajar dari rumah saat sakit hampir tak lagi diterapkan.
Padahal, kebiasaan sederhana seperti memakai masker ketika sedang flu, mencuci tangan, dan tidak memaksakan diri masuk kerja dapat menurunkan risiko penularan hingga 60 persen. Namun di lapangan, norma sosial “tidak enak izin” masih kuat padahal justru memperbesar risiko wabah lokal di lingkungan kerja dan sekolah.
Harus Segera Bertindak
Musim hujan baru dimulai, artinya puncak kasus belum terjadi. Jika dibiarkan, lonjakan flu berpotensi menekan fasilitas kesehatan yang juga harus menangani penyakit lain seperti DBD dan ISPA. Lebih jauh lagi, virus influenza memiliki kemampuan bermutasi dengan cepat. Ketika penularan tidak terkendali, peluang munculnya varian baru menjadi lebih besar, ini yang membuat WHO selalu menekankan pentingnya vaksinasi tahunan.
Langkah antisipatif sebenarnya bisa dimulai dari lingkungan terdekat. Sekolah dapat kembali menerapkan screening gejala ringan dan memastikan ventilasi udara cukup baik di ruang kelas. Kantor dapat membangun budaya kerja sehat dengan mendorong karyawan beristirahat di rumah saat sakit tanpa stigma negatif. Sementara itu, pemerintah daerah dapat memperkuat surveilans penyakit mirip influenza di puskesmas agar lonjakan kasus cepat terdeteksi dan tidak berkembang menjadi wabah luas.
Peran Individu
Di tengah keterbatasan sistem, langkah sederhana dari tiap individu tetap menjadi kunci. Istirahat cukup, makan bergizi seimbang, berolahraga ringan, serta menjaga sirkulasi udara di rumah adalah bagian penting dari pertahanan diri. Bila demam tinggi atau sesak napas muncul, masyarakat perlu segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan dan menghindari pengobatan sendiri yang dapat menutupi gejala.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/prima-trisno-aji-dosen-UNIMUS.jpg)