Berita Pendidikan
Pria Asal Bojonegoro Ini Jadi Lulusan S2 Terbaik FITK UIN Walisongo Semarang
Usman Roin menjadi wisudawan S2 terbaik pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) dalam Sidang Senat Terbuka Universitas.
Penulis: m zaenal arifin | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Usman Roin menjadi wisudawan S2 terbaik pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) dalam Sidang Senat Terbuka Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang yang digelar di Auditorium 2 Kampus 3, Selasa (8/6/2021).
Pria kelahiran Bojonegoro, 28 Agustus 1982 itu mengangkat tesis yang berjudul "Pembentukan Karakter Religius Berbasis Masjid pada Masyarakat Muslim di Palebon Semarang".
Ia berhasil lulus dengan indeks prestasi 3,75 (Sangat Memuaskan).
Usahanya meraih predikat tersebut bukan hal yang mudah. Kesehariannya yang sudah bekerja, masih dituntut harus menjalani perkuliahan yang ditempuhnya di UIN Walisongo.
Baca juga: Ganjar Apresiasi Pelaksanaan Jogo Tonggo di Kedungdowo Kudus, Ada Tim Juru Masak
Baca juga: Puluhan Warga Semarang Tertipu Perumahan Bodong di Pedurungan, Kerugian Tembus Rp 4 Miliar
Baca juga: Kerumunan Antrean Vaksinasi di Gedung Gradhika Pemprov Jateng Dibubarkan Satpol PP
Tak dipungkiri, pekerjaannya seringkali membuatnya terlena untuk meninggalkan jam perkuliahan.
"Tapi alhamdulillah hal itu bisa saya selesaikan dengan dorongan dari pembimbing dan istri yang selalu mengingatkan tugas belajar harus segera diselesaikan," katanya kepada Tribun Jateng.
Dengan segudang kesibukan pekerjaan dan masih harus kuliah, tentu saja ada yang dikorbankan. Namun ia selalu berusaha agar keduanya bisa berjalan tanpa harus meninggalkan salah satunya.
"Itu beban psikologis bagi saya agar pekerjaan maupun tanggung jawab kuliah bisa diselesaikan dengan baik. Sehingga waktu lulusnya agak molor," ujar Majelis Pembina Perhimpunan Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia (PRIMA DMI) Jateng.
Wakil Sekretaris PW Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jateng itu mengaku senang akhirnya bisa menyelesaikan kuliahnya meski dengan perjuangan yang berat. Terlebih ia mampu lulus meraih gelar akademik dengan menorehkan hasil yang terbaik.
"Saya tidak menyangka bisa meraih dua terbaik. Prinsip saya, saat kuliah berikan dan buat paper sebaik mungkin. Lalu saat menyelesaikan tesis buat yang terbaik. Dan alhamdulillah, torehan untuk melakukan yang terbaik berbuah manis dan terbaik diakhirnya," ungkapnya.
Dalam menyelesaikan tesisnya, Usman bukan tanpa kendala. Terlebih era pandemi ini, ia mengaku sulit menemukan perpustakaan yang melayani peminjaman buku.
"Alhasil, saya mencari rujukan buku-buku PDF. Kemudian jurnal-jurnal bereputasi, serta sering berkunjung ke toko buku adalah modal agar sisi kualitas karya tulis bisa saya peroleh," terangnya.
Ditanya caranya membagi waktu antara pekerjaan dan kuliah, Usman merasa beruntung karena kantor tempatnya bekerja yaitu Yayasan Amal PAPB memberi kelonggaran.
Saat dirinya harus kuliah, maka ia berangkat ke kampus. Setelah selesai kuliah, ia pun kembali melanjutkan pekerjaannya di kantor.
"Kalau untuk tugas kuliah, biasanya sebelum pulang bekerja, saya browsing-browsing buku dan rujukan. Setelah di rumah, saat tengah malam bangun menyelesaikan tugas kuliah hingga kadang menjelang subuh," tuturnya.