Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kudus

Beragam Kisah Pasien Isolasi Terpusat di Kudus: Ruangan Sepi, Tiap Bangun Serasa Ketindihan

Sejumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 menjalani isolasi mandiri di Akbid Kabupaten Kudus. Beragam kisah menyertai mereka.

Penulis: raka f pujangga | Editor: moh anhar
TRIBUN JATENG/RAKA F PUJANGGA
Sejumlah penghuni pasien Covid-19 di Asrama Akbid Kudus tengah berjemur di bawah sinar matahari pagi. 

isah Pasien Covid-19 di Asrama Akbid Kudus
*Ketindihan Makhluk Tak Kasat Mata

Penulis: Raka F Pujangga

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Sejumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 menjalani isolasi mandiri di Asrama Kebidanan (Akbid) Kabupaten Kudus.

Melaksanakan isolasi mandiri tak senyaman yang dibayangkan sebelumnya.

Meskipun mendapatkan alokasi makanan dan obat-obatan yang memadai.

Berada di lingkungan pasien yang harus dikarantina dan tidak bisa pergi ke mana-mana ‎sungguh bukanlah hal yang menyenangkan.

Pasien terkonfirmasi Covid-19,  T (22) yang terpapar virus corona sejak bergejala pada hari Senin (7/6/2021) ‎dan dikuatkan dari hasil positif swab PCR pada hari Selasa (8/6/2021).

Kemudian, T mulai menjalani isolasi mandiri pada hari Rabu (9/6/2021) kemarin.

Baca juga: Persis Solo Kini Dilabeli Klub Sultan, Kaesang Pangarep Bicara Soal Target di Liga 2

Baca juga: Gara-gara Body Shaming Audi Marissa Blokir Haters Jadi Pilihan: Aku Tetap Maafin

Baca juga: Disbudpar Kota Semarang Akan Tutup Berkala Destinasi Wisata yang Dikelola Pemerintah

Baru semalam, dia sudah mengaku tidak betah.

"Nggak betah, nggak bisa tidur," ujar wanita asal Semarang yang bekerja di Kudus.

Jika bisa pulang ke kos, T memilih untuk tinggal di tempat kos.

Sayangnya sudah banyak teman yang tahu dia terkonfirmasi positif.

Sehingga khawatir akan membuat suasana kosnya ‎justru tidak kondusif.

Apalagi satu kamar mandi dipakai bersama dengan penghuni kos yang lainnya.

"Kamar mandinya cuma satu, dipakai bareng, jadi nggak bisa kalau tetap tinggal di kos," ujarnya.

Akhirnya dia terpaksa memilih Akademi Kebidanan yang lokasinya berada persis bersebelahan dengan RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus.

‎Bangunan tiga lantai yang memiliki sedikitnya sembilan ruangan untuk setiap lantainya itu mampu menampung sebanyak enam orang.

Setiap ruangan terdapat tiga tempat tidur ‎tingkat.

Namun saat ini, kebanyakan ruangan hanya diisi sekitar dua orang saja.

‎Di depan bangunannya juga masih terdapat pekarangan yang cukup luas untuk berjemur bagi para penghuni.

"Kalau di sini bisa berjemur, kalau di kos mau berjemur juga nggak bisa," ujarnya.

Aktivitas berjemur pada pagi hari, sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Setiap penghuni berkumpul untuk mencari sinar matahari pagi yang kaya vitamin D.

Tidak banyak juga aktivitas yang bisa dilakukan kecuali beristirahat di kamar atau berjemur pada pagi hari.

Pada malam, hari biasanya sejumlah penghuni keluar dari ruangan untuk mencari udara segar.

Tidak ada kesan menyeramkan pada saat malam hari, namun untuk lantai tiga sayangnya tidak banyak penghuninya.

Sehingga mayoritas ruangannya kosong, bahkan ada beberapa pasien yang tinggal sendirian dalam satu ruang.

Di antaranya ‎T menceritakan berani tinggal sendiri, namun saat malam hari entah ada sesuatu makhluk tak kasat mata yang membuatnya tidak bisa bergerak saat sedang tertidur.

"Rasanya ketindihan, mau bergerak itu sampai nggak bisa," ujar dia.

Kejadian itu, kata dia, membuatnya terbangun pada dini hari sehingga sampai muntah-muntah.

Pengalaman itu memberikan kesan yang tidak nyaman pada hari pertamanya tidur di tempat isolasi.

"Saya baca-baca doa, biar lepas gimana caranya. Begitu bisa bergerak langsung muntah," ujarnya.

Pada malam kedua ini, dia berencana akan menyiapkan diri untuk membaca ayat-ayat suci Alquran sebelum tidur.

"Ya rencananya nanti sebelum tidur sudah menyiapkan mau baca-baca doa dulu," katanya.

Baca juga: Kapasitas Sudah Tak mampu Menempung,Pengiriman Warga Kudus ke Donohudan Dihentikan

Baca juga: Masyarakat Tegal Tidak Boleh Gelar Nobar Piala Eropa 2021, Hartoto: Silahkan di Rumah

Baca juga: Video Cerita Calon Jamaah Haji Kota Pekalongan Batal Berangkat Lagi

Selain kisah mistis itu, pasien lainnya berinisial W (55) juga menceritakan rasa kesepiannya selama berada di sana.

Selama hampir satu minggu berada di sana, tidak ada keluarga yang menghubunginya.

Padahal dia berharap ada kakak atau adik kandungnya yang menanyakan kondisinya.

"Punya keluarga seperti nggak punya keluarga. Nggak ada saudara saya yang telepon, keponakan juga nggak ada yang tanya kabar," ujar dia.

Padahal dalam kondisinya yang tengah sakit dan sempat dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) itu dukungan keluarga sangatlah penting.

‎Dia berharap keluarganya bisa memberikan semangat agar dapat segera berkumpul bersama kembali.

Namun yang terjadi justru keluarganya menghindarinya, entah karena takut mengganggu istirahat atau memang tidak peduli.

"Ya mungkin karena takut, nggak mau ganggu istirahat, tapi bisa juga nggak peduli. Siapa yang tahu," jelas dia.

‎Keluarganya yang tak menanyakan kondisinya itu membuatnya terpaksa memblokir nomor ponsel mereka.

"Kemarin saya blokir saja, sama keluarga sendiri nggak ada perhatiannya," ujar warga Kudus itu.

Dia berharap bisa segera pulang dan sembuh dari penyakit yang dideritanya.

Sembari batuk-batuk dia ingin segera pulang lagi ke rumahnya.

"Sudah hampir seminggu di sini, ingin cepat‎ pulang saja ke rumah," ujar dia.

Kondisi perawatan pasien Covid-19 di Asrama Akademi Kebidanan secara garis besar sudah cukup baik.

Bila dibandingkan isolasi terpusat yang berada di Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali.

Tim dokter selalu datang melakukan pemeriksaan kesehatan setiap dua kali dalam sehari.

Baca juga: Berapa Sebenarnya Jumlah Positif Covid-19 di Kudus, ini Tracing Masifnya

Baca juga: 67 Perusahaan dari 8 Negara akan Gabung Kawasan Industri Kendal, Total Nilai Investasi 19,4 Triliun

Baca juga: Setelah Ghaza Putranya Tulis Penderitaan Teh Ninih, Aa Gym kembali Gugat Cerai Sang Istri

Kebutuhan makanan, obat-obatan, dan vitamin pasien juga tercukupi sebanyak tiga kali dalam sehari.

Bahkan obat yang diberikan bisa sampai enam butir untuk satu kali minum.

Semua ikhtiar dilakukan pasien agar bisa sembuh dan beraktivitas kembali. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved