Dalam 6 Bulan Ada 996 Istri Gugat Cerai Suami di Banyumas, Dipengaruhi Faktor Ekonomi

Penulis: Permata Putra Sejati 

TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Faktor ekonomi sepertinya masih menjadi alasan tingginya kasus perceraian di Banyumas. 

Humas Pengadilan Agama Purwokerto, Drs Asnawi, mengatakan dari data yang ada tercatat sejak awal tahun hingga pertengahan 2021 ini, sudah ada 1.328 laporan perkara perceraian yang diterima.

Jumlah tersebut terbagi menjadi, cerai talak atau suami menceraikan istri ada 332 kasus, sedangkan cerai gugat atau istri gugat cerai suami ada 996 kasus.

Baca juga: Inilah Sosok Siswanto Siboen Youtuber Banyumas Penghasilan Rp 150 Juta per Bulan: Dianggap Pesugihan

Baca juga: Audiensi dengan Bupati Banyumas, PKL Alun-alun Purwokerto Mohon Tetap Bisa Berjualan

Baca juga: Wabup Banyumas Sadewo Luncurkan Website Resmi ISNU Banyumas

Baca juga: Permudah Perizinan, Pemkab Banyumas Mulai Uji Coba Aplikasi OSS-RBA

Ia mengatakan, setiap tahun memang yang paling banyak mengajukan itu adalah dari sisi perempuan. 

Dan hal itu terjadi hampir di setiap daerah. 

Ia mengatakan faktor pandemi sedikit banyak turut mempengaruhi, namun tidak secara langsung. 

"Misal karena pandemi kemudian suami terkena PHK, jadi tidak bisa memberi nafkah, lagi-lagi ya larinya ke ekonomi lagi," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Senin (14/6/2021). 

Ada beberapa perkara lain, contohnya pelanggaran moral seperti selingkuh.

Namun menurutnya jika diprosentase, kasus semacam itu hanya 10 persen saja.

Faktor-faktor lain misal ditinggal oleh salah satu pihak selama dua tahun. Dari data yang diberikannya, pada tahun 2019 lalu, total perkara yang diterima untuk perceraian adalah 783 cerai talak, 2.150 cerai gugat. 

Sedangkan pada tahun 2020 sebanyak 652 cerai talak dan 2.156 cerai gugat. (Tribunbanyumas/jti) 

Berita terkait istri gugat cerai suami

Berita terkait Banyumas