Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ki Manteb Soedharsono Meninggal

UPDATE : Tembang Ketawang Layu-Layu Iringi Prosesi Pemakaman Ki Manteb Soedharsono

Petugas pemulasaraan membawa peti jenazah Ki Manteb Soedharsono ke dalam komplek makam keluarga di Sekiteran, Desa Doplang

Penulis: Agus Iswadi | Editor: Catur waskito Edy
TribunSolo.com/Dok Pemkot Semarang
Dalang kondang wayang kulit asal Kabupaten Karanganyar, Ki Manteb Soedharsono meninggal dunia, Jumat (2/7/2021). 

TRIBUNJATENG.COM -- Petugas pemulasaraan membawa peti jenazah Ki Manteb Soedharsono ke dalam komplek makam keluarga di Sekiteran, Desa Doplang, Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jumat (2/7) siang.

Kini adegan peperangan yang dahsyat dan gerakan wayang sangat cepat serta sabetan mantap diiringi gamelan dipadu alat musik modern membuat pemirsa takjub bertepuk tangan sorak sorai.

Mereka menyaksikan pagelaran wayang kulit oleh Dalang Ki Manteb Soedharsono. Adegan perang sangat ditunggu penonton.

Kini Indonesia khususnya pecinta wayang berduka. Dalang kondang wayang kulit asal Karanganyar berpulang.

Suasana kesedihan menyelimuti rumah duka Ki Manteb Soedharsono yang biasa dijuluki Dalang Setan di Karangpandan.

Pantauan Tribunjateng.com, di rumah duka, ada enam pengrawit dan dua sinden sajikan tembang ketawang layu-layu yang menggambarkan suasana duka di Pendopo Bima.

Terlihat sesekali, pengrawit dan sinden tak kuasa menahan tangis selama membawakan ketawang layu-layu.

Irama kesedihan ditinggal Sang Dalang yang pernah memperjuangkan Wayang Kulit menjadi Warisan Dunia diakui UNESCO.

"Saya menjadi saksi sejarah dan pelaku sejarah penetapan wayang sebagai warisan budaya dunia.

Saya tampil selama tiga menit di hadapan pejabat PBB di markas UNESCO. Banyak tantangan yang harus dihadapi.

Senang dan bangga ketika PBB mengakui wayang sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia," kata Ki Manteb di kampus ISI Solo, 7 November 2016 silam.

Ketika jenazah Ki Manteb selesai dikafani di kamar pribadi dan dibawa petugas pemulasaraan untuk kemudian dimasukkan ke peti, sontak tangis dari keluarga pecah. Iringan ketawang layu-layu kian membuat suasana di rumah duka mengharu biru.

Usai jenazah disalatkan di rumah duka, petugas mengenakan APD lengkap membawa peti jenazah tersebut ke dalam mobil ambulans.

Jenazah Ki Manteb dimakamkan di komplek pemakaman keluarga di komplek pemakaman keluarga di Sekiteran RT 2 RW 8 Desa Doplang Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar, Jumat (2/7/2021) sekira pukul 13.00.

Perjalanan dari rumah duka ke permakaman diiringi dua tokoh pewayangan Pandawa yaitu Werkudara dan Arjuna.

Ki Manteb Soedharsono dimakamkan di sebelah makam Sri Suwarni, istrinya (menikah 1978 dan meninggal 2005).

Pemakaman Ki Manteb Soedharsono dilaksanakan sesuai protokol kesehatan secara ketat.

Anak Ki Manteb, Medhot Soedharsono menyampaikan, Ki Manteb Soedharsono meninggal dunia pada usia 73 tahun.

Pentas di TMII

Sebelum meninggal dunia, dalang kenamaan itu sempat menggelar pentas wayang di TMII Jakarta.

"Kondisi saat berangkat sehat. Tapi sepulang dari Jakarta beliau kondisi panas dan istirahat sehari.

Paginya, ketambahan dalang virtual (pentas wayang virtual) di rumah. Hampir semalaman," katanya kepada Tribunjateng.com di rumah duka.

Usai menggelar pentas wayang secara virtual pada Minggu (27/6) kondisi kesehatan Ki Manteb menurun sehingga harus mendapatkan penanganan medis.

Pihak keluarga sempat memanggil perawat dan dokter untuk memeriksa kondisi kesehatan Ki Manteb.

Selama menjalani perawatan di rumah, Ki Manteb dan Suwarti istrinya (menikah 2014) sempat menjalani swab antigen dan hasilnya terkonfirmasi positif.

"Dan tadi (kemarin) malam, kondisi sesak nafas. Sampai sekitar pukul 02.00 dini hari, itu kondisi normal lagi. tadi pagi, beliau agak sesak nafas lagi dan akhirnya beliau kapundut (meninggal dunia)," ucapnya.

Diam Saat Sakit

Medhot menuturkan, pihak keluarga berencana membawa Ki Manteb ke rumah sakit. Setelah sempat kesulitan mendapatkan rumah sakit, akhirnya pihak keluarga mendapatkan tempat di rumah sakit wilayah Karanganyar dan Solo. Namun saat hendak dibawa ke rumah sakit, Ki Manteb meninggal dunia.

Dia mengungkapkan, selama berada di rumah Ki Manteb cenderung pendiam. Sebelum meninggal dunia, Ki Manteb memang punya riwayat penyakit paru-paru.

"Jadi dibilang tidak sering sekali berinteraksi dengan kita-kita. Jadi kita-kita yang harus pro aktif menanyakan sesuatu. Baru beliau ngendiko. Jadi selama gerah ini tidak memberi dawuh apa-apa," ungkapnya.

Ketua Sekar (Seniman Karanganyar) sekaligus pengendang, Joko Dwi Suranto menambahkan, sesuai pesan dari keluarga, petakziah belum diperkenankan hadir ke rumah duka terlebih dahulu selama satu hari ini.

"Mereka (petakziah) boleh datang ke rumah duka, esok hari. Tapi terbatas dan protokol kesehatan," terangnya.

Putra Dalang Kondang

Ki Manteb Soedharsono lahir di Palur, Mojolaban, Sukoharjo, 31 Agustus 1948. Karena keterampilannya dalam memainkan wayang, ia pun dijuluki para penggemarnya sebagai Dalang Setan.

Ki Manteb Soedharsono dianggap sebagai pelopor perpaduan seni pedalangan dengan peralatan musik modern.

Manteb Soedharsono adalah putra seorang dalang kondang bernama Ki Hardjo Brahim Hardjowijoyo.

Manteb sebagai putra pertama dididik dengan keras agar bisa menjadi dalang tulen seperti dirinya.

Ibu Manteb seorang seniman, penabuh gamelan. Untuk meningkatkan keahliannya, Manteb banyak belajar kepada para dalang senior, misalnya kepada dalang legendaris Ki Narto Sabdo pada tahun 1972, dan kepada Ki Sudarman Gondodarsono yang ahli sabet, pada tahun 1974.

Dalang Setan

Pada tahun '70 dan '80-an, dunia pedalangan wayang kulit dikuasai oleh Ki Narto Sabdo dan Ki Anom Suroto.

Ki Manteb berusaha keras menemukan jati diri untuk bisa tetap eksis dalam kariernya. Jika Ki Narto mahir dalam seni dramatisasi, sedangkan Ki Anom mahir dalam olah suara, maka Ki Manteb memilih untuk mendalami seni menggerakkan wayang, atau yang disebut dengan istilah sabet.

Ki Manteb mengaku hobi menonton film kung fu yang dibintangi Bruce Lee dan Jackie Chan, untuk kemudian diterapkan dalam pedalangan.

Untuk mendukung keindahan sabet yang dimainkannya, Ki Manteb pun membawa peralatan musik modern ke atas pentas, misalnya tambur, biola dan terompet.

Ki Manteb pun makin kondang. Pada tanggal 4–5 September 2004, Ki Manteb membuat rekor dengan mendalang 24 jam tanpa henti dengan lakon Baratayudha di RRI Semarang.

Selamat jalan sang maestro dalang wayang kulit. (Agus Iswadi)

Baca juga: Peruntungan Shio Hari Ini Sabtu 3 Juli 2021

Baca juga: Sinopsis Ikatan Cinta RCTI Malam Ini Sabtu 3 Juli 2021 Pukul 19.30 WIB Nino Tolak Ajakan Elsa

Baca juga: Bansos Tunai Rp 300 Ribu Diperpanjang Dua Bulan

Baca juga: Perputara Roda Hidup Kompol IZ, Dari Perwira Polisi Kini Dipenjara Seumur Hidup dan Dicap Penghianat

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved